Ajaran Agama dan Moralitas dalam Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian

Fadia Azzahra
Seorang Mahasiswi di Universitas Islam Negeri. Salah satu kegemarannya, yaitu membaca novel.
Konten dari Pengguna
26 Oktober 2022 8:25 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadia Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Agama bisa kita katakan sebagai alat pengatur keimanan atau kepercayaan seseorang kepada Tuhan-Nya. Bagaimana kita sebagai umat manusia melakukan peribadatan, perbuatan manusia dengan manusia lain, serta perilaku manusia terhadap lingkungan sesuai dengan kepercayaan tersebut. Lalu bagaimana dengan moralitas? Moralitas merupakan moral, akhlak, serta etika yang mengatur baik buruknya perilaku manusia, biasanya yang menjadi sifat seseorang. Di mana jika kita memiliki akhlak yang baik berarti jiwa kita sudah terlatih menjadi pribadi yang baik. Lalu, apakah ada naskah yang membahas mengenai ajaran agama dan moralitas?
ADVERTISEMENT
Sudah tidak asing lagi bukan, jika kita mendengar kata "naskah"? Naskah merupakan suatu gambaran tentang sejarah masa lalu manusia maupun makhluk hidup serta benda mati lain, di mana biasanya naskah ini bisa kita temukan dari bahan kertas, daun, lontar, bambu dan sebagainya. Salah satu naskah yang isinya membahas ajaran agama dan moralitas adalah naskah berjudul Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Naskah ini merupakan teks Sunda kuno yang berbentuk prosa didaktis dan isinya bersifat ensiklopedis. Naskah ini menggambarkan pedoman moral umum kehidupan bermasyarakat pada masa itu, termasuk berbagai ilmu yang harus dikuasai sebagai bekal kehidupan sehari-hari. Naskah ini pertama kali diungkapkan oleh Atja dan Saleh Danasasmita pada tahun 1981. Saat itu, Danasasmita memperkirakan bahwa naskah ini ditulis pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja penguasa Pakuan Pajajaran pada tahun 1482-1521 Masehi. Pada tahun 2014, Aditia Gunawan dan Arlo Griffiths juga meyakini bahwa berdasarkan keterangan pada kolofonnya, naskah ini merupakan naskah Sunda kuno tertua yang menuliskan keterangan tahun.
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu? Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian ditunjukan untuk kita yang sedang mencari kebahagiaan dan naskah ini juga sudah menjadi pegangan banyak orang di dunia. Ajaran-ajaran yang tersurat pun dituliskan untuk kelompok yang bukan resi, dan paling utama untuk pelaksanaan tugas rakyat kelas atas bagi kepentingan raja. Semua itu sesuai dengan isinya yang menceritakan ungkapan dan keterangan tentang sepuluh kesejahteraan dalam bahasa Sunda disebut dasakreta, sepuluh pengabdian atau dasa prebakti, sepuluh alat indra atau panca indriya, lima pelindung atau panca byapara, pembagian lima arah mata angin beserta warna dan dewa yang menempatinya dengan sebutan sanghyang wuku lima dan sebagainya. Terdapat pula larangan dan anjuran dalam berbagai aspek kehidupan manusia, mantra, pertanda alam, ajaran, harga, sandi, bahasa, pekerjaan, keahlian dan masih banyak larangan serta ajaran lainnya. Termuat pula ungkapan berbagai perbuatan baik dan buruk manusia, tanah-tanah kotor, sifat-sifat kearifan, keutamaan, etika, ungkapan-ungkapan dalam bahasa Sunda dengan disertai penjelasannya. Penjelasan-penjelasan dari ungkapan yang telah disebutkan dengan lengkap itu bisa kita baca semua di dalam naskah tersebut.
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu? Pada saat itu naskah ini dianggap sebagai kitab pedoman hidup erat Jayadewata. Bahwasanya, penerapan dari kitab ini dapat membendung pengaruh agama Islam, padahal penyebaran agama Islam di Sunda nyaris membuat kerajaan Hindu tamat riwayatnya dan itu terjadi pada abad ke- 16. Akan tetapi, pada masa pemerintahan Prabu Jayadewata pengaruh Islam di kerajaan Sunda berhasil dibendung. Namun, tahukah kamu? Bahwa selama kurang lebih 39 tahun pada masa pemerintahan Jayadewata, ajaran Hindu tetap berjalan di Pajajaran. Itu karena naskah yang dikatakan sebagai pedoman hidup masyarakat Sunda itu memuat banyak nilai dari ajaran Hindu-Budha, serta ajaran nenek moyang yang dipercayai telah ada sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Tatar Sunda.
Ajaran-ajaran dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian terbukti mampu menghalau pengaruh Islam. Sampai akhirnya runtuhlah kerajaan Pajajaran pada masa Prabu Surya Kencana di tahun 1579. Itu semua disebabkan oleh perdepatan politik antara kerajaan Sunda era Jayadewata dengan Prabu Surawesia pada tahun 1521-1535, yang pada saat itu juga bersamaan dengan konflik Islam yang sangat memicu peperangan. Tetapi, ajaran-ajaran naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian masih tetap ada dalam masyarakat Sunda. Bahkan, turun-temurun pada setiap generasi walaupun dengan jumlah terbatas.
ADVERTISEMENT
Salah satu kutipan naskah yang dapat ditilik dengan arti berikut ini,
Itu sangat tercermin pada kehidupan sehari-hari yang sering kita jumpai. Jika kita pintar dalam memilih pertemanan haruslah pintar, agar kita tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah. Di temukan juga kutipan naskah dengan arti,
Secara tidak langsung, pesan tersurat itu mengajarkan kita untuk tetap rendah hati karena sesungguhnya kita bukanlah manusia yang sempurna. Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian ini ditulis menggunakan pisau kecil dengan sebutan pengutik pada bahan lontar, yang berkisahkan risalah untuk menjadi orang yang bijaksana dan suci. Jadi, pada intinya jika dalam kehidupan kita selalu menjalankannya dengan Agama dan Moralitas hidup kita akan tentram.
https://pixabay.com/images/search/naskah/?manual_search=1