Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Flaming dalam Komunitas Game Online: Perspektif Psikologi pada Game ML
30 Desember 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Fadia Luthfiyah Sukmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Game online saat ini menjadi salah satu bentuk hiburan yang paling digemari masyarakat modern. Dengan teknologi yang semakin canggih, banyak game daring berbasis multipemain, seperti Mobile Legends, menawarkan interaksi sosial antar pemain melalui fitur komunikasi langsung, baik melalui suara maupun teks. Meskipun fitur ini bertujuan untuk mempererat kerja sama tim, tidak jarang terjadi perilaku negatif, salah satunya adalah flaming.
ADVERTISEMENT
Flaming merupakan tindakan mengirimkan komentar atau pesan bernada kasar, merendahkan, atau bahkan menghina pemain lain. Flaming sering terjadi ketika pemain merasa frustrasi akibat kekalahan atau kinerja tim yang dianggap buruk. Fenomena ini memiliki dampak signifikan, tidak hanya terhadap pengalaman bermain, tetapi juga terhadap kesehatan mental pemain yang terlibat, baik sebagai pelaku maupun korban. Flaming menurut psikolog sosial, dalam konteks interaksi daring, adalah tindakan mengirimkan pesan yang kasar, menghina, atau memprovokasi dengan tujuan untuk menyerang atau melukai orang lain secara emosional. Menurut Joseph Walther (1996), flaming terjadi karena individu merasa kurang terikat dengan norma sosial dalam komunikasi daring, yang sering kali lebih anonim dan tidak terkontrol dibandingkan dengan komunikasi langsung. Kurangnya pengawasan ini memungkinkan ekspresi emosi negatif seperti kemarahan dan frustrasi untuk diekspresikan lebih bebas, sehingga meningkatkan potensi terjadinya flaming dalam komunitas online.
ADVERTISEMENT
Dari perspektif psikologi, flaming mencerminkan dinamika emosi dan sosial yang kompleks. Perilaku ini dapat dikaitkan dengan konsep frustrasi, agresi, dan anonimitas, serta dipengaruhi oleh norma dan budaya yang berkembang di komunitas game online.
1. Penyebab Flaming dalam Game Mobile Legends
Anonimitas dan Deindividuasi
Anonimitas dalam game online seperti Mobile Legends memungkinkan pemain merasa terlindungi dari konsekuensi sosial atas tindakan mereka. Ketika pemain merasa tidak teridentifikasi secara personal, mereka lebih mungkin melakukan flaming, sesuai teori deindividuasi.
Seperti hasil wawancara dengan AK (Perempuan, 16 tahun, pelajar)
“Saya pernah marah-marah di chat karena salah satu teman tim AFK (away from keyboard). Rasanya kesal sekali karena saya sudah berusaha keras, tapi ada yang tidak berkontribusi. Menurut saya, mereka pantas ditegur, meskipun kadang saya sadar kata-kata saya kasar.”
ADVERTISEMENT
Hal ini mencerminkan pola umum di mana flaming terjadi karena rasa tidak adil saat ada pemain yang tidak berkontribusi. Namun, pengakuannya tentang kesadaran akan kekasaran menunjukkan bahwa flaming sering kali bersifat impulsif dan tidak direncanakan.
Frustrasi dan Tekanan Kompetitif
Mobile Legends adalah game berbasis kompetisi yang memprioritaskan kemenangan tim. Tekanan untuk menang sering kali menyebabkan frustrasi, terutama ketika salah satu anggota tim dianggap bermain buruk. Flaming menjadi pelampiasan frustrasi, meskipun sering kali dilakukan secara impulsif dan tanpa memikirkan dampak terhadap korban.
Hasil wawancara dengan MF (Laki-laki, 21 tahun, pekerja)
“Saya sering melakukan flaming kalau merasa tim saya bermain buruk, terutama kalau ada pemain yang terlihat tidak serius. Saya merasa frustrasi karena kalah itu memengaruhi ranking saya. Biasanya, saya hanya meluapkan emosi agar mereka sadar. Tapi setelah itu, saya juga merasa sedikit bersalah.”
ADVERTISEMENT
MF menunjukkan bahwa flaming sering kali berakar pada frustrasi akibat tekanan kompetitif, terutama pada game berbasis peringkat seperti Mobile Legends. Namun, ia juga mengakui rasa bersalah setelah melakukannya, yang menunjukkan kesadaran akan dampak perilaku tersebut.
Pembelajaran Sosial
Flaming dapat dipelajari melalui observasi. Pemain yang sering melihat perilaku flaming, terutama oleh pemain yang dianggap berpengaruh, cenderung meniru perilaku tersebut. Dalam komunitas Mobile Legends, pemain baru sering kali diajarkan bahwa flaming adalah respons yang “normal” terhadap kekalahan atau performa buruk rekan satu tim.
2. Dampak Psikologis Flaming
Dampak pada Korban
Kasus ini menunjukkan bahwa korban flaming tidak hanya menghadapi tekanan selama bermain, tetapi juga menghadapi stigma sosial di luar game. Korban sering mengalami:
ADVERTISEMENT
• Stres dan Kecemasan
Pesan flaming menciptakan rasa takut akan kritik tambahan.
• Penurunan Kepercayaan Diri
Korban merasa tidak mampu, meskipun performa mereka mungkin tidak seburuk yang digambarkan.
• Isolasi Sosial
Korban cenderung menarik diri dari komunitas game untuk menghindari interaksi negatif lebih lanjut.
Dalam hal ini, dapat dilihat pada wawancara dengan CR (Perempuan, 20 tahun, mahasiswa)
“Saya pernah menjadi korban flaming di turnamen komunitas. Salah satu pemain menyalahkan saya terus-menerus di chat hingga orang lain ikut-ikutan. Saya merasa sangat sedih dan merasa tidak ingin bermain lagi. Rasanya seperti dihakimi, padahal itu hanya game."
Pengalaman CR menunjukkan bahwa flaming dapat meluas dari individu ke kelompok, menciptakan tekanan sosial yang lebih besar bagi korban. Dalam kasus ini, korban merasa dihakimi tidak hanya secara performa, tetapi juga secara personal.
ADVERTISEMENT
Dampak pada Pelaku
Meskipun tampak dominan, pelaku flaming juga berisiko mengalami:
• Pola Agresi
Kebiasaan melampiaskan frustrasi melalui kata-kata kasar dapat terbawa ke dunia nyata.
• Dijauhi oleh Komunitas
Pemain lain mungkin enggan bekerja sama dengan pelaku flaming, yang dianggap merugikan tim.
3. Teori Psikologi Sosial dan Emosi
Psikologi Sosial
Teori pembelajaran sosial Albert Bandura menjelaskan bahwa flaming adalah perilaku yang dipelajari melalui pengamatan. Dalam kasus ini, flaming yang dilakukan oleh pemain lain kemungkinan dipengaruhi oleh norma komunitas yang menganggap flaming sebagai respons wajar terhadap kekalahan.
Konsep Emosi
Daniel Goleman, melalui konsep kecerdasan emosional, menjelaskan bahwa flaming sering kali disebabkan oleh ketidakmampuan mengelola emosi negatif. Dalam kasus ini, pelaku flaming tidak dapat mengendalikan frustrasi akibat kekalahan sehingga melampiaskannya kepada korban.
ADVERTISEMENT
4. Strategi Mengurangi Flaming
Edukasi Komunitas
Mengajarkan pentingnya regulasi emosi kepada pemain melalui tutorial di dalam game atau kampanye komunitas.
Responden NN (Perempuan, 19 tahun, mahasiswa):
“Mungkin ada baiknya pemain diberi edukasi soal dampak flaming. Banyak yang tidak sadar bahwa kata-kata mereka bisa melukai orang lain.”
Pendapat NN menggarisbawahi perlunya kampanye edukasi dalam komunitas game untuk meningkatkan kesadaran tentang efek negatif flaming.
Sanksi Tegas
Memberikan hukuman, seperti larangan bermain sementara, kepada pelaku flaming untuk menciptakan efek jera.
Responden TA (Laki-laki, 19 tahun, pekerja):
“Saya rasa penting untuk membuat fitur ‘mute’ agar pemain bisa memilih untuk tidak membaca chat yang terlalu negatif. Ini akan sangat membantu mengurangi dampak emosional.”
Usulan TA menunjukkan bahwa solusi praktis seperti fitur mute dapat menjadi langkah efektif untuk melindungi pemain dari dampak langsung flaming, sambil tetap memungkinkan mereka menikmati permainan.
ADVERTISEMENT
Responden AN (Laki-laki, 19 tahun, mahasiswa)
“Saya pikir game harus punya fitur yang bisa mendeteksi flaming. Kalau ada kata-kata kasar, langsung diberi peringatan atau hukuman, misalnya dilarang bermain sementara.”
Responden AN menunjukkan pentingnya intervensi sistematis dari pengembang game untuk mengurangi flaming, seperti fitur deteksi otomatis dan sanksi langsung.
Dukungan untuk Korban
Menyediakan fitur pelaporan yang efisien dan bantuan psikologis untuk pemain yang menjadi korban flaming.
Flaming dalam Game Mobile Legends mencerminkan kompleksitas interaksi sosial dan emosi di lingkungan virtual. Flaming merupakan tindakan mengirimkan komentar atau pesan bernada kasar, merendahkan, atau bahkan menghina pemain lain. Dalam Game Mobile Legends, flaming sering terjadi ketika pemain merasa frustrasi akibat kekalahan atau kinerja tim yang dianggap buruk. Fenomena ini memiliki dampak signifikan, tidak hanya terhadap pengalaman bermain, tetapi juga terhadap kesehatan mental pemain yang terlibat, baik sebagai pelaku maupun korban. Fenomena ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti anonimitas, frustrasi, dan pembelajaran sosial, yang dapat dijelaskan melalui teori Bandura dan konsep emosi Goleman. Untuk mengurangi flaming, diperlukan kombinasi antara edukasi komunitas, regulasi ketat, dan desain fitur yang mendukung interaksi positif. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pengalaman bermain dapat menjadi lebih sehat dan menyenangkan bagi semua pemain.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. Bantam Books.
Kwak, H., Blackburn, J., & Han, S. (2015). Exploring Cyberbullying and Other Toxic Behavior in Team Competition Online Games. Proceedings of the 33rd Annual ACM Conference on Human Factors in Computing Systems.
Khoiri, N. F. (2021). Dampak Bermain Game Online Mobile Legends Terhadap Perilaku Flaming Pada Remaja. Jurnal Studi Pendidikan, 15(3), 45-56.
Wibowo, M. F. (2021). Perilaku Toxic Disinhibition dalam Game Online Studi Kasus pada Pemain PUBG Mobile. Jurnal Psikologi dan Teknologi, 9(1), 91-103.
Walther, J. B. (1996). Computer-Mediated Communication: Impersonal, Interpersonal, and Hyperpersonal Interaction. Communication Research, 23(1), 3-43.
ADVERTISEMENT
Live Update
Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan menghapus presidential threshold 20 persen dalam sidang uji materi terkait UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, Kamis (2/1). Semua partai politik kini bisa mengajukan capres-cawapresnya sendiri.
Updated 2 Januari 2025, 20:40 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini