Konten dari Pengguna

Fenomena Fear of Failure, Penyebab dan Strategi Mengatasinya

Fadilah Amanda Putri
Mahasiswi Psikologi Universitas Syiah Kuala // Awardee Etos ID Scholarship
6 Januari 2025 11:41 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadilah Amanda Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Source : pixabay.com
ADVERTISEMENT
“Aku selalu ingin mencoba untuk melakukan berbagai hal baru, tapi sering kali aku terhenti oleh pikiranku yang selalu merasa takut untuk mencobanya, takut gagal, takut tidak kompeten, dan pikiran negatif lainnya.”
ADVERTISEMENT
Pernahkah terbesit hal semacam itu? Padahal, mencoba saja belum, tapi sudah berpikir terlalu jauh, pikiran yang negatif pula. Remaja seperti kita sering kali dihantui dengan perasaan takut dan khawatir yang berlebihan akan kegagalan di masa depan, yang dapat menjadi hambatan untuk berkembang karena selalu merasa rendah diri dan terlalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang sebenarnya belum tentu terjadi.
Ketakutan akan kegagalan, yang secara ilmiah disebut sebagai Atychiphobia adalah kondisi psikologis di mana seseorang mengalami kekhawatiran yang tidak rasional dan sangat kuat yang ditandai dengan keengganan untuk melakukan kesalahan atau menghadapi kegagalan dalam berbagai aspek kehidupan, meliputi bidang akademis, karir, maupun hubungan pribadi. Sedemikian besarnya emosi dari ketakutan ini dapat melumpuhkan individu, memaksa seseorang untuk melakukan perilaku penghindaran dan akibatnya menimbulkan konsekuensi yang merugikan diri mereka sendiri. Sebagian besar manusia mungkin takut mengalami kegagalan. Akan tetapi, ketakutan yang dirasakan oleh orang-orang dengan Atychiphobia sangatlah berlebihan dan tidak masuk akal. Beberapa orang yang mengalami hal ini mungkin menyadari bahwa rasa sakut tersebut tidak wajar, tetapi mereka tidak kuasa mengendalikan emosi tersebut.
ADVERTISEMENT
Kegagalan adalah bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindari, setiap orang wajar mengalami kegagalan. Bukankan mencoba namun gagal adalah lebih baik daripada hanya berdiam diri dan tidak mencoba sama sekali? Namun, sering kali perspektif dan pandangan orang-orang mengenai kegagalan itu yang keliru. Padahal jika dilihat dari sudut pandang yang positif, kegagalan sebenarnya terjadi sebagai jembatan untuk kita menjadi lebih baik di kemudian hari. Salah satu perspektif positif sederhana namun penting yang harus senantiasa kita miliki adalah melihat kegagalan sebagai pengalaman pembelajaran yang berharga dan bukanlah bencana. Merangkul kegagalan sebagai batu loncatan kesuksesan dapat dengan mengurangi rasa takut jika sewaktu-waktu dihadapkan oleh kegagalan.
Penyebab dan Pemicu Atychiphobia
- Pengalaman masa kanak-kanak awal (Early child experiences)
ADVERTISEMENT
Atychiphobia sering kali berakar dari pengalaman masa kanak-kanak awal. Anak-anak yang mendapat tekanan berlebihan atau kritik keras atas kesalahan mereka memungkinkan untuk mengalami ketakutan yang semakin besar akan kegagalan di masa dewasanya. Pengalaman-pengalaman ini dapat membangun keyakinannya bahwa segala bentuk kesalahan atau kegagalan tidak dapat diterima sehingga menimbulkan kecemasan yang mendalam ketika menghadapi kejadian yang menantang.
- Perfeksionisme (Perfectionism)
Perfeksionisme merupakan salah satu faktor yang berkontribusi besar terhadap Atychiphobia. Orang-orang yang menetapkan standar tinggi dan tidak realistis bagi diri mereka sendiri serta terus-menerus mengejar kesempurnaan berisiko lebih tinggi untuk mengalami ketakutan yang kuat terhadap kegagalan dalam memenuhi harapan mereaka sendiri atau orang lain.
- Perbandingan sosial (Social Comparison)
Membandingkan diri sendiri dengan orang lain dapat memicu Atychiphobia. Mengukur keberhasilan orang lain secara terus menerus dapat memperkuat rasa takut yang akan memicu perasaan insecure yang menilai diri sudah jauh tertinggal dari yang lain.
ADVERTISEMENT
Strategi untuk Mengatasi Atychiphobia
- Manusia adalah “Lifelong Learner” dan kegagalan adalah bagian dari pembelajaran
Pada hakikatnya, manusia selalu belajar sepanjang hayatnya. Dalam setiap perjalanan kehidupan, manusia selalu dihadapkan oleh hal-hal yang dapat membuatnya belajar. Belajar di sini tak melulu tentang akademis ataupun berkaitan dengan buku, namun segala aspek dan kejadian hidup merupakan sarana pembelajaran bagi manusia. Maka dari itu, mengapa kegagalan harus menjadi alasan untuk takut mencoba padahal manusia memang tercipta untuk belajar dan terus belajar? Jadi, jangan jadikan ketakutan akan kegagalan menghalangi dirimu untuk terus berkembang ya!
- Daripada selalu fokus pada kelemahan, mari mulai menghargai kelebihan diri
Segala hal diciptakan saling berdampingan, siang dengan malam, laki-laki dengan perempuan, begitu pula dengan manusia, diciptakan lengkap dengan kelebihan dan kelemahan yang membersamai. Tak ada yang sempurna, setiap orang memiliki porsi dan kapasitasnya masing-masing, kelemahan ada untuk mengingatkan bahwasannya kita adalah manusia yang tidak dapat menandingi sempurnanya Tuhan, namun kelemahan bukanlah menjadi alasan untuk tidak mau mencoba hal baru.
ADVERTISEMENT
- Kenali potensi dan bakat
Lazimnya, orang-orang yang tidak percaya diri adalah mereka yang kurang mengenal diri mereka sendiri, tidak tahu apa hal yang diminati dan tidak tahu bakat atau kelebihan apa yang dimiliki sehingga menganggap diri tidak pantas atau merasa akan terus gagal. Maka dari itu, penting sekali untuk mengenali potensi dan bakat diri sendiri agar menunjang self-esteem yang baik, dengan mengetahui potensi dan bakat diri juga dapat menjadi acuan seseorang hal atau bidang apa yang sesuai dan cocok untuk dirinya.
- Self-compassion
Kita biasanya berpikir bahwa compassion hanya untuk diterapkan pada orang lain. Namun, kita bisa dan memang seharusnya juga menunjukkan compassion kepada diri sendiri. Mempraktikkan self-compassion berarti memperlakukan diri sendiri dengan kebaikan dan pengertian, terutama ketika diri sendiri menderita, gagal, atau merasa tidak mampu. Dengan membiasakan self-compassion, dapat membantu individu untuk mengembangkan sikap lebih memaafkan terhadap kesalahannya sehingga mengurangi rasa takut akan kegagalan.
ADVERTISEMENT
- Profesional dalam menghadapi kritikan
Dalam proses pembelajaran, sangat memungkinkan seseorang untuk menemukan hal-hal yang perlu ditingkatkan dari kinerja maupun performance dirinya, terkadang kita memerlukan orang lain yang untuk dapat menilai hal-hal yang mungkin diluar dari penilaian diri kita sendiri. Maka dari itu, kritikan maupun masukan dan arahan kerap kali menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari. Itulah mengapa pentingnya untuk cermat dalam mengahadapi kritikan, ketika dikritik maka anggaplah bahwa kritikan tersebut bukanlah serangan pribadi, melainkan ditujukan terhadap hal-hal objektif yang dilakukan, yang mana tidak lain tujuannya adalah untuk membangun dan meningkatkan kualitas diri menjadi lebih baik.
- Detox media sosial jika dirasa perlu
Kita adalah generasi yang hidup di era modern yang disuguhi berbagai kecanggihan teknologi. Sebagian besar orang juga menggunakan media sosial yang memungkinkan untuk bercengkerama dengan siapa saja. Namun di samping itu, media sosial dapat memberikan efek negatif, salah satunya adalah semakin meningkatnya tingkat overthinking. Tak dapat dipungkiri, hal-hal yang kita lihat di media sosial cenderung hal-hal yang menampilkan keindahan, contohnya orang-orang dengan feed instagram yang menampakkan segala pencapaian dan kesuksesannya. Beberapa orang mungkin dapat memandang hal tersebut sebagai motivasi, namun juga tak jarang beberapa yang lainnya melihat itu sebagai pressure yang akhirnya dijadikan bahan untuk membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Tak jarang pula hal itu menimbulkan asumsi-asumsi negatif dan memandang hidup sebagai ajang kompetisi yang tidak sehat. Padahal, sering kali yang diperlihatkan di media sosial adalah hal-hal yang boleh dipublikasikan saja, kita tidak pernah tahu di balik itu semua apa yang telah dilalui seseorang dan bagaimana usaha serta pengorbannya untuk menjadi dirinya yang kita kagumi saat ini. Maka dari itu, jika media sosial tak lagi dirasa ramah, mengambil pilihan untuk istirahat sejenak dari bermedia sosial adalah hal yang wajar.
ADVERTISEMENT
- Membuat goals (tujuan) yang realistis
Menetapkan tujuan yang dapat dicapai dan realistis sangat penting untuk mengurangi rasa takut akan kegagalan. Memecah goals besar menjadi tugas-tugas yang lebih kecil dan memungkinkan untuk dikelola dapat membuat kesuksesan terasa lebih dapat dicapai dan tidak membebani.
REFERENSI
Fera Hayatun Qalbi, S. C. (2020). Masa Emerging Adulthood pada Mahasiswa : Kecemasan akan Masa Depan, Kesejahteraan Subjektif, dan Religius Islam. Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam
Megha Manjula, D. L. (2023). Understanding Atychiophobia : THre Psychology of Fear of Failure. EPRA International Journal of Research and Development.
Purwoko, S. A. (2024, Januari 04). Mengenal Atychiphobia, Rasa Takut Gagal yang Tidak Masuk Akal. Retrieved from https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/atychiphobia/
ADVERTISEMENT
Rabia Abdul Karim, M. R. (n.d.). The Effect of Atychiphobia (Fear of Failure) on Student's Performance at Higher Level.
School, H. M. (2024, January 16). The Power of Self-Compassion. Retrieved from Harvard Health Publishing: https://www.health.harvard.edu/healthbeat/the-power-of-self-compassion