Konten dari Pengguna

Barokah, Pendidikan, dan Ancaman

Padilah Ramadan
Mahasiswa STKIP PGRI Situbondo
24 Maret 2024 0:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Padilah Ramadan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dunia pendidikan (sumber: https://pixabay.com/id/images/search/pendidikan/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dunia pendidikan (sumber: https://pixabay.com/id/images/search/pendidikan/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seiring perkembangan zaman dunia pendidikan pun mengalami perubahan yang sangat drastis termasuk pendidikan Indonesia. Semakin berkembang dari tahun ke tahun kebijakan–kebijakan yang di keluarkan oleh pemangku kebijakan terbukti membawa berbagai perubahan di pendidikan Indonesia. Akan tetapi dari kebijakan yang diambil terdapat pro dan kontra, jika hanya sebuah persoalan hambatan-hambatan yang diakibatkan dari instrumentalisasi lupa diri terhadap dunia pendidikan, maka sebuah kritik terhadap persoalan persoalan tersebut patut dimaklumi mengingat di dunia ini tiap individu atau golongan yang memiliki pola pikir yang berbeda. Hal tersebut menyesuaikan dengan wilayah dari berbagai suku, ras, dan agama.
ADVERTISEMENT
Pendidikan di Indonesia merupakan sebuah polemik yang tidak kunjug habis. Saat ini banyak orang yang bertanya “Apakah kesejahteraan yang diberikan oleh intansi pendidikan berbanding lurus dengan hasil yang diharapkan?”
Bagi Pendidik yang berbondong-bondong untuk meraih status dan penghargaan tanpa pernah berfikir “Apakah mereka layah mendapat penghargaaan tersebut?”
Dalam agama ada yang disebut dengan konsep barokah atau bertambahnya kebaikan, dimana orang yang melakukan suatu hal di anggap barokah jika slalu bertambahnya kebaikan orang tersebut. Akan tetapi apa korelasi barokah dalam dunia pendidikan dan bagaimana mengartikan barokah tersebut?
Tidak sedikit dari beberapa guru yang telah lolos mendapatkan status tersebut alih alih disampaikan ini merupakan sebuah barokah, namun tidak sedikit pula guru yang tidak dapat mencerminkan atau layak dirinya di anggap sebagai guru. Persoalannya adalah bukan materi apa yang diberikan sebagai sebuah nilai, akan tetapi bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan. Dalam setiap proses belajar mengajar guru tidak seharusnya memposisikan dirinya sebagai orang yang paling paham melainkan bagaimana caranya seorang guru dapat memberikan rangsangan dan mengembangkan potensi bagi masing-masing peserta didik.
ADVERTISEMENT
Kekecewaan yang terjadi adalah ketika seorang peserta didik sedang dalam proses pembentukan kerangka berfikir dengan selalu berupaya menganalisis setiap hal yang terjadi dilingkungan sekitarnya yang bersifat mendasar, ironinya guru selalu mengklaim hal tersebut adalah sebuah gebrakan yang tidak seharusnya dilakukan. Konsep barokah yang sering dikumandangkan oleh sebagian guru atau pengajar seolah olah adalah hal yang seharusnya dilakukan, dimana seorang murid dilarang menganalisis dan mengeluarkan argumennya terhadap apa yang telah mereka amati karna di anggap tidak punya etika. Menurut Paulo pereire dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Alat Perlawanan guru atau pengajar tidak ada bedanya hanya saja guru atau pengajar h sebatas orang yang mentransfer ilmu, dengan seperti itu guru bukanlah objek dan murid sebgai subjek, akan tetapi guru dan murid adalah sama sama subjek dan objeknya adalah ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Prinsip pendidikan yang seharusnya dapat mengembangkan dan membentuk kerangka berpikir seorang murid per hari ini sudah tidak lagi hadir dalam dunia pedidikan. Barokah yang selalu menjadi tameng bagi sebagian guru atau pengajar menjadi penyebab utama tidak berkembangnya dan tidak meningkatnya kualitas murid atau peserta didik di sebuah intansi pendidikan.
Dengan mengetahui esensi dari pada pendidikan dan memahami konsep barokah yang sebenarnya, maka peserta didik harus mendapatkan kebebasan dalam mengekspresikan pikirannya, karena dengan sperti itu pendidikan yang sebenarnya telah hadir dalam proses belajar mengajar. Hal yang paling spesifik dalam membangun dunia pendidikan terlihat dari dimensi kepemimpinan sebagai poros pemangku kebijakan.
M Padilah R, Mahasiswa Ekonomi Pendidikan STKIP PGRI SITUBONDO
ADVERTISEMENT