Konten dari Pengguna

Nahkoda Baru Perlu Membaca Peta

Padilah Ramadan
Mahasiswa STKIP PGRI Situbondo
18 Juni 2024 10:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Padilah Ramadan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gambar tentang II Nahkoda baru perlu membaca peta. https://www.bing.com/images/search?q
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar tentang II Nahkoda baru perlu membaca peta. https://www.bing.com/images/search?q
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nahkoda merupakan bahasa lain dari pada seorang pemimpin, ntah pemimpin suatu negara, daerah/kota, keluaraga, maupun organisasi dalam ruang akademik. Nahkoda merupakan pemegang komando tertinggi dalam sebuah kapal, dimana kump
ADVERTISEMENT
ulan manusia yang hidup bersama merupakan kapalnya. Seyogyanya setiap pemimpin berhasil disebut pimpinan setelah melalui beberapa tahap. Tahap-tahap yang dilalui pun kami sebut sebagai seleksi dari pada manusia yang hidup bersama dengan budaya yang di anggap sama. Dimana seorang nahkoda berhak memberikan arahan, mengatur strategi, dan mengakomodir sebuah kapal. Menurut Freire "Pemimpin seharusnya memegang peran secara progresif dalam mendorong perubahan sosial yang positif." Dengan demikian pemimpin harus bisa bekerjasama dengan masyarakat, dan memberdayakan mereka untuk mengatasi keadilan dan kesenjangan sosial pada titik y
ang dianggap meresahkan dan memicu hadirnya masalah.
Nahkoda atau pemimpin yang baru terpilih, tentunya sudah memiliki barometer untuk menjalankan kepemimpinannya dalam periode jabatannya. Barometer yang dibawa seorang pemimpin tentunya harus dapat membaca peta, dimana keadaan yang seharusnya kacau menjadi tenang begitupun keadaan yang tenang harus dibuat kacau untuk memperkuat benteng pertahanan dirinya. Kamuflase perlu dilakukan dalam upaya mengontrol k
ADVERTISEMENT
ebijakan suatu pemerintahan.
Layaknya Soekarno yang terus didampingi salah satu istrinya yaitu Fatmawati hingga menjadi ibu negara kala itu, Moh Hatta bagian dari pada orang yang berdarah darah membersamainya, hingga sampai pada titik memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tepat pada tanggal 17 agustus 1445. Meski begitu, Soekarno dan Hatta memiliki cara pandang politik yang berbeda, dimana kala itu,hatta tidak menyetujui arah jalan soekarno yang menuju demokrasi terpimpin dengan sokoguru Nasionalis Agama Komunis (Nasakom).
Dengan begitu, tidak mudah bagi seora
ng pemimpin dalam mengupayakan seluruh kebijakannya, perlu yang namanya membaca peta atau celah yang ada, perlu pasukan perang yang gigih dan berani berdarah-darah juga siap menghabiskan peluru dalam sebuah peperangan, tanpa perlu memberikan kesempatan pada lawan yang dapat merugikan. Mengenal kawan dan lawan adalah salah satu cara yang bijak dalam mengambil langkah pembenahan seorang pemimpin. Dalam dunia perpolitikan, posisi lawan yang merubah arah untuk mendapat peluang menjadi sekutu
ADVERTISEMENT
perlu diwaspadai. Hal tersebut berdampak signifikan bahkan hingga memperkerut posisi kemenangan. Tidak hanya itu, lawa
n yang memposisikan dirinya berbalik arah dapat merusak pertahanan dan memicu datangnya sekterianisme dalam satu kub
u. Dimana keresahan sebuah pasukan yang berdampak pada sebuah kelemahan sangat efisien untuk dihancurkan. Maka demikian, perlunya seorang nahkoda dalam membaca peta atau arah sebuah kapal agar berlayar dilautan lepas tanpa takut dengan ombak yang yang menabrak.
Dengan memahami peta atau arah, seorang nahkoda dapat melayarkan kapalnya tanpa perlu takut teggelam di lautan yang dalam. Tentunya rekonsiliasi perlu dilakukan dalam upaya pencagahan terhadap suatu hal yang dapat menimbulkan kehancuran sebuah kapal.
M. Padilah R, Mahasiswa ekonomi pendidikan semester 6 STKIP PGRI Situbondo
ADVERTISEMENT