Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Minimnya Sopan Santun di Era Globalisasi
9 Desember 2021 16:19 WIB
Tulisan dari Fadilla Zundina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap harinya, kita tidak pernah terlepas dari kegiatan komunikasi. Dalam melakukan kegiatan tersebut, kita harus tetap memperhatikan etika baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satunya yaitu sopan santun. Seringkali kita mendengar istilah sopan santun. Namun sebenarnya apa yang dimaksud sopan santun? Menurut KBBI, sopan santun diartikan sebagai budi pekerti yang baik; tata krama; peradaban; kesusilaan. Sopan santun adalah sikap ramah seseorang terhadap lawan bicaranya dengan maksud untuk menghormati orang tersebut. Sopan santun termasuk salah satu sikap yang penting dan harus dimiliki setiap orang, baik anak-anak maupun orang tua tanpa terkecuali.
ADVERTISEMENT
Dahulunya sikap ini seringkali dijumpai. Contohnya, orang yang berpapasan di jalan terbiasa untuk saling menyapa, ketika melewati orang yang lebih tua membungkukkan badan, mengucapkan kata tolong sebelum meminta bantuan, dan masih banyak lagi. Seiring berjalannya waktu terutama di era globalisasi ini, kebiasaan-kebiasaan tersebut semakin pudar. Ada yang terlalu canggung dan malu untuk memulai sapaan terlebih dahulu, ada yang berpikir bahwa dirinya lebih unggul sehingga membuatnya bersikap angkuh dalam berkomunikasi, bahkan ada juga yang tidak terbiasa mengucapkan kata maaf ketika sadar bahwa dirinya salah.
Seperti yang kita ketahui saat ini, kata “baper” seringkali kita dengar bahkan juga dijadikan tameng oleh orang yang melakukan kesalahan. Ketika candaannya terlalu menyinggung lawan bicaranya, bukannya meminta maaf tetapi malah melontarkan kalimat “Gitu aja baper” atau “Canda, jangan baper”. Padahal seseorang tersebut paham bahwa dirinya salah, tetapi mulutnya terlalu kelu untuk mengucapkan kata maaf. Sepele mungkin, tetapi dampaknya besar. Bisa menyebabkan lawan bicaranya sakit hati, trauma, bahkan terkadang menjadi dendam.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, sekarang sopan santun anak-anak terhadap orang tua pun sudah mulai luntur. Seolah-olah mereka hidup bebas tidak ada aturan dan seperti tidak pernah belajar norma kesopanan. Tidak jarang kita jumpai seorang anak menyuruh orang tuanya, tidak mau disuruh orang tua dengan kata penolakan yang tidak semestinya, bahkan terkadang sampai membentak orangtuanya. Hal-hal seperti itu dianggap wajar bagi mereka, padahal di dalam agamapun diajarkan bagaimana cara menghormati orang yang lebih tua. Contohnya dalam agama islam sopan santun sudah diatur dalam Al-Qur'an yang artinya, "Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah'"(Q.S. Al-Isro'[17]:23). Kata "keduanya" merujuk kepada kedua orang tua. Orang tua disini, tidak hanya dikategorikan sebagai orang tua yang melahirkan kita saja, tetapi semua orang yang memiliki umur lebih tua dari kita. Berkata “ah” saja sudah dilarang, lalu bagaimana dengan membentaknya? Naudzubillah, semoga kita bukan termasuk orang yang seperti itu.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa faktor yang menyebabkan lunturnya nilai-nilai sopan santun di zaman sekarang ini. Pertama, tayangan televisi yang kurang mendidik. Kedua, pengaruh negatif gawai. Ketiga, tidak tegasnya orang tua terhadap anak. Keempat, rasa canggung dan malu untuk memulai sapaan. Dan yang kelima, pengaruh lingkungan serta pergaulan bebas.
Faktor-faktor tersebut dapat dicegah dengan beberapa cara berikut. Yang pertama, orang tua harus memberi contoh yang baik kepada anaknya semisal dengan mengajarkannya berkata baik dan halus. Kedua, menghilangkan stereotip bahwa memberi sapaan terlebih dahulu adalah hal yang memalukan atau dianggap rendah. Ketiga, mengambil manfaat yang positif dari gawai. Dan yang terakhir adalah membentengi dan membekali diri kita sendiri dengan pengetahuan betapa pentingnya sopan santun.
ADVERTISEMENT
Mari kita mengintrospeksi diri kita sendiri, sudah sejauh mana perbuatan atau perkataan kita yang secara tidak langsung bisa melunturkan nilai-nilai sopan santun tersebut? Apakah kita sudah merasa paling baik sehingga enggan untuk mengucapkan kata “tolong” ketika ingin meminta bantuan, kata “maaf” ketika salah, dan juga kata “terimakasih” setelah dibantu? Manusia tidak luput dari salah dan lupa, juga tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki kesalahan tersebut dan memulai sebuah hal baru yang lebih baik.