Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Radio di Indonesia: Dari Zaman Penjajahan hingga Zaman Kemerdekaan
20 November 2024 17:11 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Muhammad Fadlan Athariq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di zaman yang sangat maju akan teknologi, semua terasa sangat cepat dan mendorong kearah instan. Jika berbicara soal komunikasi misalnya, tidak ada lagi batasan untuk kita bisa menghubungi orang lain. Mau dia di Benua Afrika atau di ujung dunia, asal ada jaringan, kita bisa mengontak mereka. Dunia sudah ada di genggaman kita, begitulah metafora yang tepat untuk mendeskripsikan globalisasi pada saat ini.
ADVERTISEMENT
Melihat perkembangan media komunikasi sekarang, misalnya penemuan gawai dan internet, tentu kita sudah lupa dengan media seperti surat kabar dan radio. Apa itu radio? Sebuah kotak kecil yang mampu mengeluarkan suara. Kotak yang dulunya adalah satu-satunya tempat bergantung perihal informasi dan hiburan. Radio adalah sebuah media untuk berkomunikasi yang berlandasan pada audio. Ringkasnya, radio hanya mampu untuk mengkomunikasikan suara tanpa menampilkan visual atau gambar.
Media ini pada awalnya adalah penemuan sangat besar dalam sejarah komunikasi. Ketika masyarakat rindu akan seseorang atau ingin mengirim pesan penting kepada sanak-saudara, mereka hanya bisa mengirimkannya lewat surat. Dengan ditemukan radio oleh Guglielmo Marconi (1901), kita bisa berkomunikasi dengan orang yang lokasinya jauh dari kita. Pada saat itu, Marconi berhasil mengirimkan pesan dengan gelombang elektromagnetik dari Cornwall di Inggris ke New Foundland di Kanada.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana perkembangan radio di Indonesia? Ketika Bapak Radio, Guglielmo Marconi menemukan konsep radio pertama kali pada Tahun 1901 dan disempurnakan hingga bisa disiarkan kepada publik di Inggris lewat BBC pada Tahun 1922, Negara Indonesia belum lahir. Pada masa penjajahan Belanda, orang-orang kenalnya hanya Hindia Belanda. Bagaimana perkembangan media radio saat masa penjajahan?
Para kolonial pertama kali menggunakan gelombang radio di Aceh. Fungsinya untuk menghubungi kapal-kapal Belanda yang akan berlabuh di perairan Aceh supaya tidak tersesat. Melihat perkembangan radio yang sangat pesat di Eropa, Belanda akhirnya tertarik untuk mencoba membuat sinyal radio pertama di Hidia Belanda. Saat terbangunlah sinyal radio swasta seperti Bataviase Radio Vereniging (BRV) di Batavia, Solossche Radio Vereniging (SRV) di Solo, Mataramse Verniging Voor Radio Omroep (MAVRO) di Yogyakarta, dan Verniging Oosterse Radio Luisteraars (VORL) di Bandung.
ADVERTISEMENT
Melihat perkembangan radio yang sangat pesat, Pemerintahan Hindia Belanda membangun perusahaan radio milik negara pertama bernama Nederlandsch Indische Radio Omroep Masstchapyj (NIROM) di Jakarta pada Tahun 1934. NIROM beroperasi dengan biaya dari pemerintah dan menjadi siaran radio paling besar pada masanya. Pada saat itu, NIROM difungsikan untuk menyiarkan berita, lagu-lagu berbahasa Belanda, dan memanipulasi semangat kemerdekaan Indonesia. Pemerintahan Hindia Belanda juga mengeluarkan Undang-Undang regulasi radio bernama Radiowet, untuk menertibkan sinyal-sinyal radio swasta yang ada di Hindia Belanda.
Untuk melawan propaganda tersebut, pahlawan Indonesia membuat sinyal radio pribumi yang dinaungi oleh Organisasi Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK). Persatuan ini dibangun untuk menyiarkan siaran radio berbahasa pribumi, seperti lagu-lagu berbahasa pribumi, acara-acara ketimuran, dan memperkenalkan adat-adat Indonesia supaya tidak dilupakan oleh Masyarakat Indonesia. Melihat gerbakan dari para pejuang kemerdekaan, pihak Bendala tidak tinggal diam. NIROM mulai menyiarkan siaran-siaran ketimuran di saluran radio milik mereka. Mereka meminta penyanyi-penyanyi pribumi untuk bernyanyi di radio NIROM. Melihat hal tersebut, PPRK murka dan memintak keadilan kepada Pemerintah Hindia Belanda. Melalui diskusi dan perdebatan, hak menyiarkan siaran ketimuran diberikan kepada PPRK dengan syarat tidak boleh menyerukan propaganda kemerdekaan. Walaupun tidak diperbolehkan, PPRK tetap menyiarkan propaganda kemerdekaan dengan cara membuat siaran-siaran edukasi budaya dan norma Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ketika Jepang datang, regulasi radio di Hindia Belanda dirombak besar-besaran. NIROM dan PPRK dibubarkan dan hak kepemilikan pesawat saluran pribadi dicabut. Masa masa Penjajahan Jepang, hanya ada satu saluran radio milik Jepang dan untuk pesawat saluran, dibagikan kepada masing-masing wilayah dengan kepemilikan umum. Pemerintahan Jepang pada saat itu benar-benar ingin meminimalisir informasi dari luar. Jepang menggunakan media radio untuk menyuci otak Rakyat Indonesia dengan propaganda 3A (Jepang cahaya Asia, Jepang pelindung Asia, Jepang pemimpin Asia). Melihat fenomena tersebut, para pejuang kemerdekaan tidak tinggal diam. Mereka sesekali mencoba membuat saluran radio baru tanpa diketahui oleh Penjajah Jepang untuk menyerukan semangat kemerdekaan. Dengan keberanian tersebut, beberapa pahlawan ada yang ditangkap dan dijebloskan ke penjara.
ADVERTISEMENT
Ketika Jepang kalah dalam Perang Dunia ke II, Pemerintah Jepang berusaha menutupi berita tersebut dari telinga Bangsa Indonesia. Sayangnya, berita kekalahan tersebut terdengar oleh Sutan Syahrir lewat radio BBC (British Broadcasting Corporation) dan disebarkan kepada golongan muda. Setelah Sukarno dan Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada Tanggal 17 Oktober 1945, teks tersebut diperbanyak dan dibagikan kepada beberapa utusan untuk disebarkan. Beberapa pahlawan dengan berani menyerbu kantor saluran radio milik Jepang dan membacakan teks proklamasi kemerdekaan tersebut. Sayangnya pihak Jepang yang mendengar penyerbuan tersebut, marah dan menangkap pahlawan Indonesia.
Tapi api semangat kemerdekaan tersebut tidak padam. Beberapa pemuda di daerah lain juga tanpa kenal takut menyerbu saluran radio yang dijaga ketat oleh Jepang dan membacakan teks proklamasi dengan lantang. Teks tersebut disiarkan dari pagi hingga malam tanpa henti di semua saluran radio di Indonesia. Walaupun kadang tersendat oleh Pemerintahan Jepang yang datang menghentikan, para pejuang tidak peduli dan pantang mundur selalu berusaha untuk menyiarkan seruan kemerdekaan. Seruan itu tidak pernah berhenti hingga semua masyarakat dari Sabang hingga Marauke tahu bahwa Indonesia sudah merdeka
ADVERTISEMENT
Melihat sejarah diatas, kita tahu bahwa radio pada masa itu begitu penting bagi para pahlawan. Dengan radio, Masyarakat Indonesia tetap ingat akan bahasa dan budaya yang mereka miliki. Dengan radio, teks proklamasi kemerdekaan bisa disampaikan dengan cepat dan singkat hingga menyebar ke seluruh wilayah di Indonesia. Walaupun radio sudah hilang peminatnya, kita tidak bisa melupakan jasa radio untuk membantu kemerdekaan Indonesia. Apapun media komunikasinya, semoga tetap digunakan untuk hal positif dalam membangun dan menjaga kelestarian Negara Indonesia.