Konten dari Pengguna

Fakta Novel Ringan dan Novel Visual: Segmentasi Sastra Modern

Fadlan Khatami Ahmad
Mahasiswa Bahasa Indonesia UIN Jakarta. 19 tahun. Hobi membaca cerita, menonton film, mendengarkan musik sambil bernyanyi dengan suara sumbang, dan bermotoran ria sambil taat aturan. Wibu pintar, walau tampang di bawah standar
10 November 2021 20:57 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadlan Khatami Ahmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Novel Ringan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Novel Ringan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Halo, para penikmat sastra! Pada artikel kali ini saya akan membahas variasi sastra modern asal ‘negeri sakura’ alias Jepang yang mungkin masih asing untuk sebagian orang.

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sastra berkembang amat pesat. Biasanya kita mengenal sastra dalam bentuk puisi, sajak, prosa, cerita-cerita seperti novel, cerpen, dan dongeng. Membahas lebih jauh, kita mengetahui bahwa sebuah karya dapat disebut karya sastra bila ia bersifat rekaan/hasil olah imajinasi pengarang, bahasa yang digunakan pada karya tersebut merupakan bahasa yang lazim digunakan di daerah itu, beberapa karya sastra tidak memiliki sistematika yang baku, biasanya sasaran karya sastra ialah emosi (perasaan) pembaca, dan memiliki amanat (pesan moral) tertentu.
ADVERTISEMENT
Mengetahui beberapa hal di atas, sastra dapat mudah berkembang sampai ke sastra modern seperti sekarang ini. Salah satu bentuk sastra modern seperti yang kita tahu seperti novel modern yang memuat cerita-cerita yang berelasi dengan kehidupan masa kini, cerpen kekinian, puisi yang juga lebih modern dalam pemilihan kata dan penyampaiannya, dan masih banyak lagi.
Sebagai salah satu pencinta budaya Jepang. Saya menemukan beberapa bentuk penyajian cerita yang bagi saya dapat diklasifikasikan sebagai bentuk sastra modern, yakni novel ringan dan novel visual. Mengapa saya mengatakan novel ringan dan novel visual merupakan variasi sastra modern? Simaklah penjelasan di bawah ini
Novel ringan atau light novel adalah sebuah novel asal Jepang yang biasanya menargetkan pelajar SMP & SMA. Biasanya, novel ringan disebut dengan ranobe atau LN. Dalam suatu novel ringan hanya menggunakan 40.000-50.000 kata, jarang melebihi 200 halaman, biasanya waktu penerbitan antara satu cerita dengan cerita lainnya tidak terpaut jauh, biasanya diterbitkan dalam ukuran bunkobon alias buku dengan format kecil, yang dirancang dengan harga terjangkau dan hemat tempat, dan seringkali dalam sebuah novel berisi ilustrasi-ilustrasi terhadap kejadian yang terjadi dalam cerita. Cerita dalam novel ringan sering diserialisasikan di sebuah majalah antologi sebelum dikumpulkan dalam bentuk buku.
ADVERTISEMENT
Mengetahui penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa novel ringan memiliki kemiripan dengan cerpen dan novel yang biasa kita lihat. Lalu, apakah novel ringan disebut variasi sastra modern? Menurut saya bisa. Novel ringan telah dibuat sedemikian rupa untuk menarik orang-orang yang tidak begitu suka novel maupun hanya suka membaca komik. Jadilah bacaan yang ringan seperti komik. Novel semacam ini memang khas Jepang yang merupakan negeri komik.
Biasanya cerita yang disampaikan juga ringan, tapi memiliki makna dari cerita teresebut. Saya ambil contoh cerita Sewayaki Kitsune no Senko-san atau The Helpful Fox Senko-san yang bercerita tentang seorang pria bernama Kuroto Nakano yang setiap harinya bekerja keras sampai energinya terkuras habis. Akibatnya Nakano dipenuhi oleh kegelapan karena stres yang dihasilkan dari kerja lemburnya itu. Kedatangan seekor rubah yang berusia 800 tahun bernama Senko membantu Nakano dan mulai mengurus serta membantu Nakano dalam kesehariannya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan sinopsis di atas nampaknya tidak terlalu memiliki kesan yang kuat ya, namun cerita di atas ternyata menyentil fakta mengenai "black company", yakni para perusahaan yang memiliki jam kerja terlalu lama, lembur yang terlalu panjang dengan minim kompensasi, serta menjadi subjek tekanan yang berat jika tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya yang terlalu banyak. Segala bentuk ‘ketidakpatuhan’ junior pada senior di Jepang, secara kultural, adalah tabu. Oleh karena itu, black company menyasar anak-anak muda yang baru saja lulus kuliah, lantas putus asa ingin mendapatkan pekerjaan tetap. Mereka merekrut anak muda dalam jumlah yang banyak, perusahaan black company memberikan tekanan sebanyak mungkin sebab kekuataannya jauh lebih di banding para pekerja, dan jika sang pekerja baru ini mengundurkan diri, black company tinggal akan mempekerjakan pemuda yang lain lagi. Nakano selamat dan mampu bertahan sebab ia, karena satu dan lain hal, didukung oleh Senko-san, yang abadi, dapat melakukan hal-hal yang ajaib dalam mengurus rumah tangga, dan mampu menjadi pendengar dan penenang yang baik bagi segala kesulitannya.
ADVERTISEMENT
Nah, bagaimana dengan para pekerja di dunia nyata yang tidak memiliki ‘Senko-san’ mereka? Tentu saja ini menjadi sentilan pahit bagi para black company dan membantu menyadarkan pembaca mengenai bahayanya perusahaan seperti itu. Melalui cerita tersebut juga kita paham bahwa dibalik cerita sehari-hari yang ditampilkan, memiliki makna di dalamnya. Maka dari itu, penulis menyatakan bahwa novel ringan adalah variasi dari sastra modern.
Novel Visual adalah sebuah simulasi cerita fiksi interaktif, memuat ilustrasi-ilustrasi dalam ceritanya, paling sering menggunakan gaya penggambaran ala anime. Seperti namanya, novel visual menyerupai novel media campuran. Dalam terminologi Jepang, persamaan yang ada pada novel visual antar satu dengan yang lain, yang sebagian besar terdiri dari narasi dan memiliki elemen interaktif yang sangat sedikit yang biasanya hanya fokus kepada elemen interaktif dan focus-story. Novel visual yang lebih terkenal juga sering diadaptasi ke dalam format novel ringan, manga, atau anime.
ADVERTISEMENT
Mengenai novel visual ini sendiri, saya tidak dapat menampik bila banyak yang menyebut ini sebagai ‘game’ yang fungsinya hanya dimainkan tanpa memerhatikan cerita dan pengembangan karakter. Perlu digaris bawahi bahwa saya tidak melihat novel visual seperti itu. Novel visual adalah sebuah simulasi cerita interaktif yang memungkinkan para pembaca untuk memilih sendiri jalan cerita atau ‘rute’ yang mereka inginkan. Melalui konsep tersebut dapat dikatakan bahwa cerita yang dimuat dalam novel visual tidak linear atau hanya memiliki satu alur cerita, namun memiliki berbagai kemungkinan alur cerita sampai memiliki multiple ending/akhir cerita ganda .
Hal ini disebabkan karena sebagian besar novel visual miliki sistem yang bernama butterfly effect atau sebuah pilihan dapat memulai rangkaian peristiwa yang menyebabkan efek lebih besar dan tidak terduga. Mudahnya, saat dalam cerita, lalu terjadi suatu kejadian biasanya para pembaca akan dihadapkan oleh beberapa opsi tindakan. Opsi yang mereka pilih akan menentukan proses cerita kedepannya, apakah akan berakhir baik, buruk, sempurna, atau amat buruk. Tentu hal ini amat menarik karena tidak seperti cerita-cerita yang ditampilkan dalam sebuah novel biasa, dalam novel visual kita dapat memilih dan menentukan nasib ceirta kedepannya seperti apa.
ADVERTISEMENT
Cerita yang dimuat pun biasanya ringan, namun banyak juga novel visual yang memuat cerita berat dan memiliki alur yang berbelit-belit. Itu karena novel visual lebih ditargetkan untuk pasar yang lebih luas. Bukan hanya kalangan remaja sekolah, namun juga kalangan penikmat cerita drama, aksi, mau pun konspirasi.
Saya ambil contoh serial Fate yang memiliki inti cerita pertarungan antar penyihir, Perang Cawan Suci/seihaisensou, untuk memperebutkan Cawan Suci/seihai, sebuah benda sihir yang dipercaya mampu mengabulkan segala hasrat pemiliknya. Terdengar sederhana bukan? Tapi tahukah kalian bahwa berakar dari inti cerita itu, serial ini telah berkembang dari Fate/Stay Night yang dirilis tahun 2006 sampai Fate/Stay Night: Heaven’s Feel yang dirilis tahun 2020.
Cerita utama Fate ialah Fate/Stay Night yang memiliki masing-masing tiga jalan cerita atau ‘rute’ yang memiliki cerita yang berbeda-beda. Rute pertama/utama mengisahkan sang karakter utama dengan pendampingnya yang membantunya dalam Perang Cawan Suci. Rute kedua mengisahkan sang karakter utama dengan temannya bekerja sama dalam perang Cawan Suci, namun kali ini sang pendamping tokoh utama tidak terlalu terlibat. Rute terakhir ialah di mana sang karakter utama membantu juniornya yang ternyata menyimpan rahasia mengenai dirinya dan Perang Cawan Suci ini.
ADVERTISEMENT
Melalui inti cerita yang sederhana, hingga berkembang menjadi cerita yang memiliki tiga alur berbeda tentu merupakan sebuah keistimewaan novel visual yang memiliki sistem butterfly effect. Cerita yang ditampilkan pun cukup berat dan lumayan membuat pikiran saya berbelit-belit memikirkan alur ceritanya, namun amat menarik untuk disimak dan tentu membawakan pengalaman baru bagi penikmat sastra.
Mengakhiri tulisan ini, saya rasa sudah jelas dan tidak dapat dipungkiri bahwa novel ringan dan novel visual adalah variasi sastra modern yang cukup interaktif, menarik, menghibur, dan berelasi dengan kehidupan zaman sekarang.