Konten dari Pengguna

Andai Kartini Hidup di Masa Ini

Abdullah Fadllan Harist
Mahasiswa Universitas Pamulang - Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi
20 April 2025 11:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdullah Fadllan Harist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Dibuat Menggunakan Ai.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dibuat Menggunakan Ai.
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak mengenal Raden Ajeng Kartini? Sosok perempuan yang memiliki tekad kuat dalam memperjuangkan hak-hak dan kebebasan perempuan pribumi. Kisah perjuangan dan biografinya yang dikenalkan di penjuru internet hingga buku-buku di sekolah, membuat namanya mengakar pada pikiran kita.
ADVERTISEMENT
Melihat perjuangan semasa hidupnya, Kartini tidak hidup tanpa pertentangan. Hidup di masa saat perempuan pribumi dipandang sebelah mata dan rendahnya status sosial, ia tidak memilih menerima nasib. Ia teguh pada pendiriannya dan berjuang untuk bangsanya.
Mulai dari tradisi pingitan, akses pendidikan yang sulit untuk perempuan, stratifikasi sosial perempuan yang rendah, Ini menunjukkan bagaimana perempuan dianggap tidak bernilai pada saat itu. Rendahnya martabat perempuan, hingga timbulah gagasan perempuan hanya hidup untuk urusan dapur, sumur, dan kasur.
“Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia” adalah lirik terakhir dari lagu ‘Ibu Kita Kartini’ yang diciptakan oleh W.R Supratman. Lirik ini menyampaikan kepada semua orang bahwa apa yang dicita-citakan oleh Kartini sangatlah berjasa untuk bangsa ini.
ADVERTISEMENT
Segala hal yang diperjuangkan oleh Kartini bukanlah hal yang sia-sia. Saat ini, perempuan mampu bersekolah setinggi-tingginya. Mereka bebas memilih profesi apa yang ia impikan. Mereka bebas melakukan apapun yang mereka sukai dan memilih jalan yang ingin mereka tempuh.
Memang, perjuangan Kartini memberikan dampak nyata bagi kehidupan perempuan di Indonesia saat ini. Hal-hal yang sulit dilakukan dan didapatkan oleh perempuan saat itu, kini perempuan sudah memiliki hak untuk memimpikan dan mencapainya.
Namun, jika Kartini hidup di masa sekarang, apakah ia benar-benar akan tersenyum?
Anggaplah Kartini masih hidup di masa ini, melihat harapan dan cita-citanya yang belum sepenuhnya tercapai. Dirinya memang bisa melihat perempuan bersekolah tinggi, namun senyumnya akan memudar saat ia tahu bahwa perempuan masih sering dilecehkan. Ia memang mampu melihat perempuan mendapatkan kerjaan yang layak, namun ia akan geram saat melihat perempuan berdiri di pinggir jalan di tengah malam.
ADVERTISEMENT
Anggaplah Kartini masih hidup di masa ini, memainkan media sosial selayaknya orang-orang di masa sekarang. Ia tidak perlu lagi menulis pesan yang harus di kirim ke Belanda, ia hanya perlu membuka kamera, menekan record, dan berbicara dengan lantang terkait kegelisahannya.
Dan, anggaplah Kartini masih hidup di masa ini, benarkah seperti ini yang diharapkan dirinya saat itu?
Sekarang, apakah menari dan joget di media sosial merupakan kebebasan yang diimpikan oleh Kartini. Apakah berteman terlalu dalam dengan banyak laki-laki merupakan kebebasan yang diimpikan oleh Kartini?
Pada kenyataanya, Kartini hanya ingin perempuan memiliki pilihan.
Jika perempuan memilih untuk tampil, maka Kartini berharap mereka tampil dengan baik. Memperhatikan semua aspek dan mempertimbangkan semua resiko. Kartini akan ikut menari dengan kalian, jika kalian melakukan itu karena kalian suka, karena hobi, dan karena itu pilihan kalian sendiri. Namun, jika kalian tampil hanya karena validasi sosial atau tekanan algoritma, maka ia akan kecewa.
ADVERTISEMENT
Jika kalian memilih untuk berteman dengan banyak laki-laki, maka Kartini berharap bertemanlah dengan tujuan yang bermanfaat. Berikan batasan yang menjaga harga diri, tentukan tujuan supaya tidak salah arah. Kartini akan ikut menemani kalian, jika kalian merasa bahwa itu adalah cara untuk kalian bertumbuh menjadi lebih baik. Namun, jika kalian memilih untuk terlihat keren, Kartini akan kecewa.
Selain berjuang untuk memiliki pilihan, Kartini berjuang supaya perempuan punya akses pendidikan, suara dalam masyarakat, dan kemerdekaan berpikir. Kalau hari ini perempuan sudah bebas menari di depan kamera, tapi belum bebas memilih jalan hidupnya sendiri, belum berani berpikir kritis, dan belum tahu potensi dirinya—mungkin Kartini justru akan merasa perjuangannya belum selesai.
Teruntuk perempuan seluruh Indonesia, berjuanglah untuk segala hal yang memenangkanmu. Jadilah perempuan yang tidak hanya bebas, tapi juga sadar. Karena itulah kebebasan sejati yang Kartini perjuangkan.
ADVERTISEMENT
Selamat Hari Kartini!