Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengkritik Seperti Ferry Irwandi
27 April 2025 13:31 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Abdullah Fadllan Harist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tidak sedikit orang menganggap bahwa memberi kritik sama seperti membenci. Mereka sering kali menyalah artikan pemahaman ini. Padahal, tidak semua kritik bisa disamakan dengan membenci. Ada kritik yang memang berfokus untuk membangun, adapula kritik yang memang berfokus menjatuhkan.
ADVERTISEMENT
Semua ini bukan tentang benar dan salah. Kritik yang disampaikan secara jelas dan bersifat mendukung memang baik, namun kritik yang disampaikan menggunakan kata-kata kasar atau melabeling seseorang tidak sepenuhnya salah. Semua ini hanya tentang tujuan, dan metode yang digunakan.
Ferry Irwandi adalah seorang paruh baya yang aktif di media sosial dengan konten-konten kritikannya. Sebagai seseorang yang mampu memberikan dampak yang massive dari kritikannya, ia pernah membuat sebuah video yang berjudul "Seni dalam Mengkritik".
Pada video tersebut, Ferry Irwandi menekankan kepada penontonnya bahwa kritik tidak selalu identik dengan kebencian. Kritik bisa saja menjadi kasih sayang terbaik atau dukungan terbaik.
Selain itu, ia menegaskan bahwa kritik harus melalui proses yang matang. Seperti memahami masalah yang ingin dikritik, tujuan yang ingin diraih, dan metode yang digunakan.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, setiap orang mampu memaksimalkan output dari kritik dengan cara memahami tujuan dan metode yang akan digunakan. Jika ingin kritik yang disampaikan diterima secara penuh oleh orang atau organisasi yang kita tuju, maka kita harus mengeliminasi hal-hal yang mampu membuat kritik kita diabaikan. Seperti kata-kata kasar, ujaran kebencian, dsb.
Meskipun ia menyampaikan hal tersebut, dalam video itu Ferry tidak menyalahkan orang lain yang memiliki gaya berbeda dalam mengkritik. Ia menganggap bahwa kritik yang dibalut dengan kata-kata kasar, melabeling seseorang, atau berfokus pada personal, itu tidak sepenuhnya bisa dibilang salah, karena ia yakin ada tujuan yang mereka putuskan untuk melakukan itu.
Dirinya juga menyampaikan bahwa ia akan melakukan hal yang sama jika dirinya bukanlah seseorang yang aktif di media sosial dan memiliki platfrom yang cukup besar. Namun karena ia merasa memiliki tanggung jawab besar dan mampu memberikan dampak yang besar pula, ia menyesuaikan tujuannya untuk menggunakan metode kritik yang anti kekerasan.
ADVERTISEMENT
Semuanya harus disesuaikan dengan tujuannya, karena itulah Ferry berkata bahwa kritik adalah seni. Ia menekankan bahwa ini soal rasa, ini soal selera, dan ini soal bagaimana setiap orang bisa menempatkan kritik itu di tempat yang tepat.
Kesimpulannya, Ferry menekankan dua poin penting saat ingin mengkritik. Pertama, ia mengajak setiap orang untuk fokus terhadap tujuan melakukan kritik. Ferry juga mengajak untuk memahami kebutuhan dari kritik tersebut, kondisi permasalahannya, dan jangkauan yang bisa disebabkan oleh kritikan tersebut.
Kedua, Ferry menekankan untuk menyampaikan kritikan secara objektif. Setidaknya, dirinya selalu memberikan pilihan dan perspektif lain dari kritik tersebut. Ia tidak ingin menggunakan kalimat-kalimat yang so savage, menyerang personal atau organisasi, karena Ferry tidak ingin ada celah yang membuat kritikan itu bisa diabaikan. Dengan begitu, ia merasa bahwa kritik yang ia sampaikan mampu diterima sepenuhnya.
ADVERTISEMENT