Konten dari Pengguna

Stereotip Organisasi: Tempat Berkembang atau Sumber Kegelisahan

Abdullah Fadllan Harist
Mahasiswa Universitas Pamulang - Ilmu Komunikasi
14 April 2025 12:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdullah Fadllan Harist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menggambar Struktural Organisasi. Foto : Canva Pro
zoom-in-whitePerbesar
Menggambar Struktural Organisasi. Foto : Canva Pro
"Ribet!"
Itu adalah kata yang sering digunakan oleh individu saat mendengar kata 'organisasi'. Hanya cukup satu kata, mereka mampu mendefinisikan dan mewakili semua hal negatif terkait organisasi. Sebenarnya, mereka yang tidak menyukai organisasi juga sering menggambarkan organisasi dengan kata toxic, capek, boros, dll.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa benar organisasi seribet itu? Apa benar organisasi setidak berguna itu?.
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada satu hal yang perlu dipahami terlebih dahulu, yaitu kebutuhan hidup manusia.
Menurut Imam Al-Ghozali, "Kebutuhan hidup manusia adalah keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang diperlukan dalam rangka mempertahankan hidup."
Kalimat tersebut memberitahu kita bahwa manusia pasti memiliki sebuah keinginan dalam hidupnya. Sebagai seseorang yang memiliki keinginan, tentu mereka akan mempersiapkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan tersebut. Secara umum, cara-cara yang sering digunakan individu dalam mencapai tujuannya adalah meningkat keterampilan, memperbanyak relasi, memperluas wawasan, dan bekerja keras.
Dalam konteks ini, cara-cara umum yang digunakan oleh setiap individu dalam mencapai tujuannya, itu bisa didapatkan di berbagai tempat, salah satunya adalah organisasi.
ADVERTISEMENT
Beberapa hal seperti dinamika, sistem, dan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam organisasi mampu membantu individu dalam meningkatkan kemampuan yang mereka perlukan. Mereka juga mampu mendapatkan kenangan yang baik jika organisasi tersebut masuk ke dalam tipe organisasi greenflag.
Pada akhrinya hal tersebut dipercaya bahwa organisasi dianggap sebagai wadah yang mampu memberikan hal-hal yang mereka butuhkan, mereka juga menganggap bahwa organisasi menjadi salah satu wadah yang ideal dalam mewujudkan cita-cita mereka.
Anggapan mereka tentu benar, namun tidak sepenuhnya benar.
Karena pada kenyataanya, tidak sedikit dari mereka yang terjebak dalam organisasi redflag. Mereka terjebak pada organisasi yang menghancurkan expetasi mereka. Mereka terjebak pada organisasi yang seharusnya menjadi wadah untuk membantu berkembang, namun menjadi sumber kegelisahan.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu lah muncul stereotip yang buruk terhadap organisasi. Pengalaman tidak mengenakan dan expetasi yang dihancurkan menjadi sumber utama mengapa beberapa orang tidak ingin masuk organisasi.
Jadi, 'Apakah organisasi seribet itu? Apakah organisasi setidak berguna itu? Dan apakah organisasi sudah tidak layak di zaman sekarang?' jawabannya adalah, tergantung.
Karena pada dasarnya, organisasi adalah sebuah sistem yang terdiri dari individu yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Namun, apakah sebuah organisasi itu positif atau negatif sangat bergantung pada nilai, tujuan, dan cara organisasi tersebut dijalankan. Organisasi yang sehat dan positif biasanya memiliki tujuan yang baik, prinsip etika yang kuat, dan budaya yang mendukung kesejahteraan anggotanya. Sebaliknya, jika tujuan organisasi itu merugikan pihak tertentu, mengabaikan hak-hak individu, atau mendorong perilaku yang tidak etis, maka organisasinya bisa menjadi negatif.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, stereotip yang mengatakan bahwa organisasi itu useless tidak sepenuhnya benar. Mereka yang mengatakan atau menyebarkan stereotip seperti itu juga tidak pantas untuk disalahkan, karena bisa saja yang mereka rasakan memang seperti itu. Namun yang mejadi tugas penting kita sebagai individu yang memiliki harapan dan cita-cita, kita perlu untuk mengetahui bagaimana cara kita dalam mencapai harapan tersebut, kita perlu mengetahui bagaimana cara kita menanggapi sesuatu, dan kita juga perlu mengetahui bagaimana menghadapi segala permasalahan saat sedang berproses.
Abdullah Fadllan Harist, Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang.