Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pengangguran di Kalangan Gen Z: Salah Siapa? Sistem atau Skill?
10 April 2025 13:29 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Fadliatuzzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Fenomena pengangguran di kalangan Generasi Z (Gen Z) menjadi permasalahan yang cukup serius di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2024, tercatat sekitar 9,89 juta penduduk berusia 15–24 tahun berada dalam status tidak bekerja. Angka ini mewakili 22,25% dari total penduduk di rentang usia tersebut. Melihat tingginya angka ini, timbul pertanyaan kritis: apakah pengangguran di kalangan Gen Z disebabkan oleh sistem yang belum mendukung, atau karena keterampilan individu yang belum memadai?
ADVERTISEMENT
Banyak pihak bilang kalau akar masalahnya ada pada ketidaksesuaian antara pendidikan dan kebutuhan industri. Dunia kampus seringkali terlalu teoritis, sementara dunia kerja lebih butuh orang yang bisa langsung praktik. Jadi wajar kalau banyak lulusan yang bingung pas masuk ke dunia kerja. Apalagi, beberapa jurusan punya kurikulum yang nggak banyak berubah sejak dulu, padahal tren di industri terus bergerak cepat. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, yang bilang bahwa pendidikan di Indonesia masih belum “link and match” dengan kebutuhan industri.
Masalahnya nggak cuma sampai situ. Lapangan kerja formal juga makin sempit. Dalam lima tahun terakhir (2019–2024), lapangan kerja formal hanya menyerap sekitar 2 juta pekerja—turun jauh dibanding periode sebelumnya. Akibatnya, lulusan baru harus bersaing bukan cuma dengan sesama angkatan, tapi juga dengan mereka yang udah lebih berpengalaman. Sayangnya, banyak perusahaan masih lebih milih pelamar yang udah siap pakai, alias yang punya pengalaman. Ini bikin posisi fresh graduate makin sulit.
ADVERTISEMENT
Pemerintah sendiri telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi persoalan ini, antara lain melalui program Kartu Prakerja dan revitalisasi pendidikan vokasi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022. Program-program ini ditujukan untuk membekali generasi muda dengan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri.
Tapi kalau mau jujur, kita sebagai Gen Z juga kadang punya kontribusi terhadap masalah ini. Banyak dari kita yang punya standar tinggi saat cari kerja—maunya gaji besar, fleksibilitas kerja, lingkungan kerja yang santai, dan karier yang cepat naik. Tapi di sisi lain, kita belum punya pengalaman, portofolio, atau skill yang benar-benar relevan. Ada juga yang terlalu idealis, sampai nolak kerjaan yang dianggap nggak sesuai passion, padahal itu bisa jadi batu loncatan.
ADVERTISEMENT
jadi, kalau ditanya pengangguran Gen Z ini salah siapa, jawabannya nggak bisa dilimpahkan ke satu pihak aja. Sistem pendidikan memang perlu berbenah, tapi kita juga harus introspeksi. Dunia kerja sekarang butuh orang yang adaptif, terus belajar, dan nggak gengsi mulai dari bawah. Mungkin bukan soal siapa yang salah, tapi siapa yang mau berubah lebih dulu.