Ancaman Jakarta pada Tahun 2050

Fahbi Hidayanto
Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan
Konten dari Pengguna
3 Maret 2022 21:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fahbi Hidayanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi dari shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi dari shutterstock.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tanpa kita sadari, tanah jakarta terus melorot. Pada 2050, diperkirakan sepertiga Jakarta akan berada di bawah permukaan laut artinya, kalau tidak ada teknologi yang menangani itu Jakarta bakal tenggelam. Kota ini memang dibangun di zona gempa dan berada di antara tempat pertemuan 13 sungai ini memungkinkan para penduduknya rentan terkena bencana.
ADVERTISEMENT
Masalahnya urbanisasi yang cepat selama 30 tahun terakhir, dan meningkatnya jumlah penduduk tidak diimbangi dengan penyediaan air bersih. Layanan air PAM Jaya hanya menjangkau sekitar 65% dari populasi dan terkonsentrasi didaerah yang relatif kaya diJakarta Selatan dan pusat. Maka, tak heran, untuk mengatasi kekurangan penduduk dan pelaku bisnis menentang air tanah di bawah kotak.
Tapi Tahukah kamu penggunaan air tanah secara besar-besaran, bisa memicu penurunan permukaan tanah? Pengambilan air tanah dalam ini, sebab lapisan tanah di atasnya terus turun. Jika terus-menerus diambil, proses kompleksi, alias penekanan partikel yang membentuk massa padat dilapisan kulit bumi berpori yang berfungsi menahan air. Akibatnya penurunan tanah bisa mencapai 20 cm per tahun.
Pembangunan gedung pencakar langit juga memicu masalah lainnya. Massa dari bangunan membuat beban permukaan tanah semakin berat dan turut membebani lapisan di bawahnya, gedung-gedung tersebut juga otomatis ikut menyedot banyak air tanah untuk operasional sehari-hari. Dari wilayah diibukota area yang paling rawan mengalami land supsidence tersebut adalah Utara Jakarta, soalnya pada saat yang sama Wilayah utara itu berada di bawah permukaan laut dan rentan terhadap banjir pesisir, makanya berbagai proyeksi menyebut di wilayah itulah yang paling terancam tenggelam pada 2050.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi ini Pemprov DKI melakukan berbagai siasat. Mulai dari program pengawasan terpadu pemanfaatan air tanah, drainase vertikal dan sumur resaan, pemerintah pusat pun membuat proyek tanggul pengaman pantai, national capital integrated coastal development atau sebagai kompensasi pengambilan air tanah dan sekaligus sebagai kompensasi pengambilan air tanah dan sekaligus pengendali banjir.
Hanya saja, enggak ada jaminan proyek keroyokan yang diperkirakan menelan biaya senilai 40 miliar dolar Amerika Serikat itu cukup untuk membuat kota Jakarta tidak tenggelam. Ditengah rumitnya masalah ini Presiden Indonesia mengambil pilihan untuk memindahkan ibukota ke Kalimantan.
Jadi, cara kita menghentikan penurunan permukaan tanah itu seketika seluruh masyarakat, seluruh pelaku usaha, pemerintah daerah Sudah berani menyatakan stop pengambilan air tanah, stop eksploitasi air tanah.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, ketika semuanya bisa dihentikan, yang dituntut adalah kemampuan dari badan usaha penyelenggaraan air minum ini, untuk bisa menyediakan air baku yang cukup. Tanpa adanya kepastian itu, orang barang akan tetap mengambil air tanah, Mengapa apa, karena ketidakpastian itu akan membuat investasi tidak berjalan. Untuk saat sekarang yaitu tanamkan darurat, ini namanya langkah darurat. Ingat ya, tahun 2050 itu tinggal 28 tahun lagi, artinya sekarang Tahun 2022.