Konten dari Pengguna

Kunci Sukses itu: Kerja Keras atau Privilese?

Fahbi Hidayanto
Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan
22 Maret 2022 20:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fahbi Hidayanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Orang Indonesia memang cenderung menganggap kerja keras itu kunci sukses, asalkan belajar dengan tekun, tidak neko - neko, dan terus bekerja keras, niscaya kesuksesan datang menghampiri diri kita sendiri. Tidak ada martabat dalam kemiskinan aku pernah kaya, aku pernah miskin, dan jelas aku akan selalu memilih kaya.
ADVERTISEMENT
Benarkah kerja keras satu - satunya kunci kesuksesan?
Zaman sekarang tidak bisa hanya dengan mengandalkan kerja keras dan bakat, uang dan orang dalam punya banyak pengaruh jika ingin sukses. Asalkan bekerja keras bisa sukses saat ini sepertinya mustahil untuk orang berpendapatan kecil rasanya sulit untuk berkembang dengan usaha sendiri, banyak penghambatnya.
Kami mengikuti perkembangan sekitar 1.522 anak usia 8 sampai 17 tahun ditahun 2000, kami ikuti perkembangannya selama 14 tahun hingga mereka itu mencapai usia 22 sampai 31 tahun ditahun 2014 dan telah bekerja untuk memperoleh penghasilan yang ditemukan dalam kasus ini adalah yang pertama, anak yang terlahir miskin memiliki penghasilan yang lebih rendah sebesar 87 persen dibandingkan dengan anak yang tidak terlahir miskin.
ADVERTISEMENT
Singkat kata, mereka yang lahir dan besar dari keluarga miskin, cenderung akan miskin ketika dewasa sedih lain menyebut faktor keluarga juga berperan penting membentuk masa depan anak.
Nah, privilese ekonomi ternyata mempengaruhi tingkat Kesuksesan kita, lalu kenapa banyak orang masih yakin bahwa kerja keras kunci utama kesuksesan?
INOVASI berpendapat ada tiga hal penyebabnya, yaitu:
ADVERTISEMENT
Contohnya bisa kamu lihat dari kanan-kirimu, bukan? Syaratnya, 2 kerja keras itu perlu bertemu faktor kesempatan, yang salah satunya didorong pendidikan. Sudah sejak lama, kekuatan utama meningkatkan kesetaraan adalah penyebaran pengetahuan dan keterampilan.