Membatasi Tidak Selamanya Posesif

Fahri Fajri
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
29 Juni 2023 7:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fahri Fajri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sikap posesif sebabkan pertengkaran. Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sikap posesif sebabkan pertengkaran. Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mengutip dari laman KBBI online kata posesif merujuk pada sifat merasa menjadi pemilik; mempunyai sifat cemburu. Namun, dalam penggunaannya pada kehidupan sehari-hari, makna kata Posesif sendiri merujuk pada sifat pasangan yang berlebihan dalam membatasi kebebasan-kebebasan dari sang pasangan karena terlalu takut akan kehilangan pasangannya tersebut.
ADVERTISEMENT
Posesif tidak melulu tentang hubungan percintaan, posesif juga bisa berlaku terhadap hubungan teman, saudara, dan lain sebagainya. Melalui definisi di atas, kita sepakat bahwa sifat posesif adalah sebuah hal buruk dan toxic yang dapat membawa malapetaka bagi orang lain.
Tetapi bukankah dalam sebuah hubungan, penting untuk bersikap sedikit protektif dan menetapkan batasan-batasan tertentu? Pembatasan-pembatasan atau peraturan yang sudah selazimnya ada dalam sebuah hubungan ini terkadang ditafsirkan sebagai bentuk keposesifan. Bahkan, dengan mudah langsung menganggap pasangan dan hubungannya sudah berada dalam fase toxic.
Pembatasan-pembatasan ini diperlukan dalam sebuah hubungan sebagai bentuk pencegahan dari permasalahan-permasalahan yang dapat terjadi jika kita tidak memiliki aturan dalam sebuah hubungan, Salah satunya yaitu kejadian seperti perselingkuhan dan semacamnya.
ADVERTISEMENT
Belajar melalui banyak kasus perselingkuhan yang berseliweran di jagat maya, biasanya hal ini didasari dan diawali oleh sikap pasangan yang terlalu welcome dan friendly dengan orang baru, sehingga akhirnya menimbulkan percikan-percikan asmara terlarang.
Apakah meminta pasangan untuk tidak bersikap terlalu welcome terhadap lawan jenis termasuk ke dalam tindakan posesif? Bagi saya sendiri, hal seperti itu sebenarnya sudah sepatutnya diterapkan tanpa harus diminta oleh pasangannya sekalipun. Kembali lagi,
pembatasan-pembatasan seperti ini harus sudah melalui kesepakatan bersama terlebih dahulu, berbeda dengan orang posesif yang mungkin lebih sewenang-wenang dalam membuat aturan-aturan tertentu.
Pertengkaran dalam hubungan akibat sifat posesif. Foto: Freepik
Perbedaan selanjutnya yang jelas nampak antara pembatasan yang wajar dilakukan dalam sebuah hubungan dengan sebuah tindak posesif dapat dilihat dari seberapa logis argumen yang menyertai mengapa sebuah aturan dibuat. Biasanya seseorang yang posesif memberi batasan dan mengekang pasangannya tanpa alasan yang jelas, hanya berdasarkan ketidakpercayaan dan ketakutan berlebihnya. Oleh karena itu, penting bagi tiap individu untuk memahami mana yang wajar dan mana yang merupakan bentuk keposesifan, sehingga tidak mudah melabeli seseorang sebagai orang yang posesif.
Ilustari contoh sifat terlalu membatasi (posesif). Foto: Freepik
Pembatasan atau aturan yang terdapat dalam sebuah hubungan ini tidak ada yang baku bentuknya, tidak ada aturan yang benar-benar harus dan cocok untuk diterapkan dalam setiap hubungan.
ADVERTISEMENT
Dengan itu, penting bagi pasangan untuk berkolaborasi dalam menentukan hubungan seperti apa yang diinginkan, ingin seperti hubungan konvensional dengan batasan-batasan yang cukup mengikat atau malah ingin seperti open relationship agar lebih bebas dan tidak perlu terlalu memikirkan hati pasangan.
Agar tidak bersikap mudah melabeli pasangan sebagai orang yang posesif, sudah seharusnya terlebih dahulu mendengarkan dan menimbang argumen yang dilontarkan.
Jika dirasa memang argumen yang diberikan terasa tidak objektif dan terkesan seperti ketakutan berlebih tanpa dasar yang jelas, barulah boleh menganggapnya posesif. Tetapi, sebagai pasangan, jika sudah merasakan munculnya sikap posesif yang berlebihan, ada baiknya langsung dibicarakan.
Sejatinya, aturan-aturan dalam hubungan memang harus berlandaskan pada kepentingan dan keputusan bersama untuk melindungi hubungan agar langgeng dan sehat, serta untuk melindungi/menjaga perasaan satu sama lain.
ADVERTISEMENT