Sedentary Behavior dalam Kebijakan Berdiam Diri di Rumah: Pemicu Masalah Baru

Rahmat Fahri Naim
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya: Aktif pada Pusat Studi Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
13 April 2020 10:09 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmat Fahri Naim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi berkumpul bersama keluarga di rumah Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berkumpul bersama keluarga di rumah Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Joko Widodo mengumumkan secara resmi kasus Novel Coronavirus Disease 2019 atau disingkat COVID-19 pertama di Indonesia, tanggal 2 maret. Kasus pertama tersebut tentu saja membuat pemerintah juga mulai mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk berdiam diri di rumah dengan slogan, "Bekerja di rumah, belajar di rumah, beribadah di rumah."
ADVERTISEMENT
Kebijakan ini bertujuan agar COVID-19 yang tingkat penularannya cepat tersebut dapat ditekan tingkat penyebarannya. Namun bila tidak disertai dengan edukasi yang memadai, kebijakan ini bisa memicu masalah yang baru, yaitu semakin meningkatkan kelompok rentan akibat Sedentary Behavior.
Berdasarkan tulisan Dr. Mfrekemfon P tahun 2015 pada jurnal Nursing and Health Science, dijelaskan bahwa istilah sedentary berasal dari kata latin Sedere yang memiliki arti duduk atau menetap.
Namun Sedentary Behaviour lebih banyak digunakan untuk menggambarkan keadaan di mana aktivitas fisik seseorang yang dikeluarkan dalam jumlah yang sedikit yaitu kurang dari 1.5 Metabolic Equivalent Task (METs). Contoh dari Sedentary Behavior ini adalah berlama lama duduk, menonton tv, bermain game online, berlama lama dalam hal berbaring di kasur dan aktivitas lainnya yang hampir tidak mengeluarkan energi secara fisik.
ADVERTISEMENT
Mungkin bila diterjemahkan ke dalam bahasa gaul ala milenial, terjemahan mudah dari Sedentary Behavior adalah mager, alias malas gerak. Perilaku yang semacam ini terlihat remeh, namun jika dibiarkan maka akan memiliki konsekuensi yang serius, termasuk dalam hal kesehatan.
Menurut definisi World Health Organization (WHO), kesehatan adalah kondisi utuh secara fisik, mental, dan sosial. Berdasarkan definisi sehat dari WHO maka orang yang tidak memenuhi 3 aspek tersebut bisa dikatakan tidak sehat atau bahkan memiliki masalah kesehatan.
Kesehatan memang terdiri dari tiga aspek, namun karena keterbatasan topik yang ingin dibahas maka penulis hanya akan membahas kesehatan secara fisik dan mental saja.
Kesehatan fisik dan kesehatan mental mempunyai konektivitas yang tinggi. Berdasarkan Katya B. Rubinow pada jurnal Dialogues in Clinical Neuroscience yang ditulis tahun 2017, kedua hal tersebut menunjukkan ketergantungan satu dengan yang lainnya. Contoh yang ditulis oleh jurnal tersebut adalah antara depresi dan gangguan metabolisme saling berkaitan satu sama lainnya.
ADVERTISEMENT
Dari literatur yang ada, Sebagian besar jurnal menjelaskan keterkaitan Sedentary Behavior dengan obesitas. Hal tersebut tentu bisa dipahami karena masalah kesehatan yang paling mudah dilihat yang terjadi akibat dari Sedentary Behavior adalah obesitas. Dalam jurnal Nutrients yang ditulis oleh Esti Nurwanti tahun 2018 menyebutkan bahwa obesitas sendiri merupakan kondisi yang tidak baik karena berpotensi menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Akan tetapi perlu diperhatikan juga bahwa obesitas bukan satu satunya masalah kesehatan yang disebabkan oleh Sedentary Behaviour. Hasil rangkuman pada jurnal Nursing and Health Science yang ditulis Dr. Mfrekemfon P tahun 2015 menyatakan bahwa masalah kesehatan yang bisa muncul akibat Sedentary Behavior yaitu stroke, hipertensi, gagal jantung, asma, diabetes melitus, dan lain lain. Sedangkan masalah kesehatan mental yang bisa muncul adalah perasaan rendah diri, depresi, menarik diri dari lingkungan sosial, dan masalah mental lainnya.
ADVERTISEMENT
Menjaga diri dan keluarga dari terpapar COVID-19 adalah satu hal. Tetapi apabila kebijakan berdiam diri di rumah tidak disertai dengan pengetahuan dan praktik-praktik yang sehat pada tiap individu, maka masalah-masalah kesehatan yang bisa ditimbulkan dari Sedentary Behaviour sebagaimana dijabarkan di atas, dapat menimbulkan masalah baru.
Penulis sengaja membahas masalah kesehatan ini dengan tujuan agar menyadarkan para pembaca sekalian untuk tetap melakukan aktivitas fisik dan menjaga kesehatan selama berdiam diri di rumah.
Apa masalah baru yang muncul dari Sedentary Behaviour?
Masalah pertama, adalah meningkatnya populasi rentan COVID- 19. WHO menyebutkan bahwa ada dua jenis populasi rentan COVID-19, yaitu lansia dan populasi yang memiliki gangguan paru kronis, hipertensi, stroke, gagal jantung, dan orang dengan gangguan kronis penyerta lain yang sudah parah.
ADVERTISEMENT
Pada individu yang semula dia tidak masuk dalam kategori populasi rentan, namun dia menerapkan Sedentary Behaviour, maka yang bersangkutan bisa mengalami masalah kesehatan baru.
Untuk masalah kesehatan secara fisik, penyakit yang akan muncul adalah sama seperti yang sudah disebutkan sebelum sebelumnya yaitu stroke, hipertensi, gagal jantung, asma, diabetes melitus, dan lain-lain. Untuk masalah kesehatan mental yang akan muncul juga sudah disebutkan pada tulisan sebelum sebelumnya yaitu perasaan rendah diri, depresi, dan masalah masalah mental lainnya. Apabila ini terjadi, berarti akan terjadi penambahan populasi rentan covid-19.
Masalah yang kedua, yaitu daya tahan tubuh yang lemah di antara populasi rentan COVID-19 tersebut. Berdasarkan jurnal Dialogues in Clinical Neuroscience yang ditulis Katya B. Rubinow tahun 2017, banyak orang dengan masalah kesehatan fisik kronis memiliki fungsi imun yang terganggu. Imun yang terganggu ini diperparah dengan masalah kesehatan secara mental.
ADVERTISEMENT
Tulisan dari lembaga The King’sfund Centre of Mental Health pada tahun 2012 yang merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang kesehatan di Inggris menyebutkan bahwa orang dengan gangguan kronis juga memiliki masalah kesehatan mental. Masalah kesehatan mental cenderung menimbulkan emosi negatif.
Sedangkan menurut dr. Tirta Mandira Hudhi pada siaran Youtube Deddy Cobuzier pada program Close The Door Cobuzier Podcast menyebutkan bahwa emosi negatif bisa menurunkan imun di tubuh. Ketika faktor masalah kesehatan fisik yang mengganggu kerja imun dan faktor masalah kesehatan mental pemicu emosi negatif yang memperlemah imun ini digabungkan, maka dapat muncul masalah yang ketiga, yaitu tingkat kematian yang lebih tinggi untuk populasi rentan ketika mereka terpapar covid- 19.
ADVERTISEMENT
Tentu saja tidak ada yang ingin mengalami rentetan masalah yang terjadi akibat dari melakukan Sedentary Behaviour di tengah pandemic COVID-19. Oleh karena itu ada beberapa cara yang direkomendasikan di dalam website WHO untuk menjaga diri agar tidak menjadi pelaku Sedentary Behaviour yang bisa berkontribusi menambah populasi rentan covid-19 yang baru.
Pertama, mengimbau agar tetap aktif pada saat berdiam diri di rumah dengan mengikuti latihan fisik dengan durasi yang direkomendasikan WHO, yaitu 150 menit latihan tingkat sedang atau 75 menit latihan tingkat berat per minggu, atau bisa juga gabungan dari kedua tingkat latihan tersebut.
Kedua, membuat pikiran rileks, bisa dengan cara meditasi atau melakukan hobi yang menyenangkan.
Ketiga, mengisi tubuh dengan makanan dan minuman yang bergizi, perbanyak buah dan sayur, minum air putih yang banyak dan mengurangi konsumsi gula.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penjelasan di atas, di tengah pandemic COVID-19 ini mari kita tetap berdiam diri di rumah agar terhindar dari paparan COVID-19, dan secara sadar menghindari Sedentary Behavior dengan tetap aktif secara fisik untuk menghindari masalah-masalah kesehatan yang baru.
Menjaga kesehatan bukan hanya berguna untuk mengamankan diri sendiri agar tidak masuk golongan rentan COVID-19 yang baru, namun juga bisa menyelamatkan diri sendiri dari terkena berbagai macam penyakit di masa depan.
Bagi pemangku kepentingan, dalam hal ini penggiat gerakan hidup sehat, dan pemerintah selayaknya juga mulai melakukan promosi dan edukasi terhadap bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh Sedentary Behavior.
Ayo jangan mager, jaga kesehatan masing masing dan jaga kesehatan orang-orang di sekeliling kita. Pilihan menjadi individual yang sehat ada di tangan sendiri dan kita juga bisa memilih untuk mengajak orang lain hidup sehat.
ADVERTISEMENT
---------------------------------
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!