Kisah Pedagang Kaki Lima di Lagu Bunga Trotoar

Fachry Aziz Hasibuan
Mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
19 Mei 2022 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fachry Aziz Hasibuan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
pixabay.com
ADVERTISEMENT
Mungkin generasi sekarang tidak mengetahui betapa hebatnya grup band SWAMI di era 80 sampai 90. Grup band SWAMI berdiri pada tahun 1989. Band ini beranggotakan Iwan fals, Sawung Jabo, Nanoe, Inisisri, Naniel Yakin, Toto tewel, Jockie Suryoprayogo, dan pengusaha besar sekaligus sponsor band ini Setiawan Djodi. Band ini awalnya berdiri atas kediktatoran zaman Orde Baru. Nama SWAMI sebenarnya merupakan plesetan dari suami, karena anggota band ini semuanya sudah berumah tangga.
ADVERTISEMENT
Grup band ini terkenal dengan lagu-lagunya yang sarat akan kritik sosial. Kalian tau ngga sih? lagu Bento dan Bongkar adalah bagian lagu band ini. Namun, dari berbagai lagunya yang nyentrik. Ada satu lagu yang sangat kental dengan irama country dan liriknya menyentil kritik sosial. Lagu itu berjudul Bunga Trotoar yang berada pada album Swami 1. Lagu ini diciptakan oleh Iwan Fals dan Naniel Yakin.
Dalam lagu ini kita diajak berpikir tentang nasib para pedagang kecil di Indonesia. Bunga Trotoar merupakan perumpaan bagi pedagang kaki lima. Dalam lirik-liriknya mereka menceritakan orang-orang desa yang tidak punya pekerjaan, dari daya tarik kota yang sangat besar. Akhirnya mereka ke kota untuk mendapat secercah rezeki. Kaum urban ini menjadi pedagang di emperan toko besar dengan koar mulut berkobar. Jika kita melihat pedagang kaki lima di Jakarta, pasti kita melihat diskriminasi terhadap pedagang kaki lima yang sering digusur karena melanggar aturan kota.
ADVERTISEMENT
Akan semakin banyak orang-orang yang datang ke kota, karena di desa mereka tidak terjamin hidupnya. Kota akan semakin padat, begitu juga pedagang kaki lima. Kita bisa memberi solusi dengan pemerataan bagi desa agar warganya tidak hijrah ke kota dan memberi tempat bagi para pedagang kaki lima agar tidak menunpuk di trotoar.