Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jepang dan Korea Menjadi Raksasa Industri Media Hiburan, Indonesia Kapan?
8 Desember 2021 10:59 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Fahrul Dwi Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Media menggenggam publik luar biasa, katanya sabda lakunya menyerupai mantra.” –Najwa Shihab.
ADVERTISEMENT
Kutipan tersebut saya ambil untuk menggambarkan bagaimana peran media khususnya industri hiburan yang saat ini semakin berkembang pesat, manusia semakin membutuhkan hiburan seakan menjadi sebuah kebutuhan primer. Dilansir dari JawaPos.com rata-rata orang di seluruh dunia menghabiskan hampir tiga jam sehari di depan televisi mereka. Eurodata TV Worldwide mengatakan, jumlah penonton TV terus meningkat meskipun semakin banyak orang beralih ke platform online seperti Netflix dan Amazon. Hal ini menunjukkan betapa besarnya kebutuhan masyarakat akan konsumsi media hiburan selain dari informasi tentunya.
Peluang tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh kedua Negara yang saat ini menjadi salah satu pemegang terbesar pasar industri media hiburan, Jepang dan Korea.
Jepang yang terkenal dengan industri anime-nya yaitu serial animasi 2D Jepang yang memiliki ciri khas tersendiri telah menguasai pangsa pasar media di dunia, tidak hanya di Asia bahkan menjalar sampai ke Eropa dan sekitarnya. Anime sendiri diperkirakan telah ada sejak 1907 dan 1911, namun yang membawa popularitas anime semakin terkenal ialah pada tahun 1963-1966 dengan tajuk “Astro Boy”. Perjalanan panjang industri anime tidak berhenti hanya di situ saja, anime semakin berkembang dengan lebih banyak lagi variasi cerita yang disukai khalayak masyarakat Jepang.
ADVERTISEMENT
Anime juga kemudian terus didistribusikan ke berbagai Negara melalui perusahaan-perusahaan yang bekerja dibidang pendistribusian salah satunya adalah Muse yang melakukan distribusi anime melaui jejaring media sosial YouTube yang semakin meluaskan pasar anime ke berbagai kalangan.
Pertumbuhan industri anime juga didukung dengan munculnya komunitas-komunitas pecinta anime atau pada tingkatan ekstremnya disebut dengan Weaboo, termasuk saya sendiri adalah seorang penggemar anime. Fenomena ini kemudian dimanfaatkan oleh para pelaku industri anime untuk membuat merchandise-merchandise yang berhubungan dengan anime favorit para penggemar dan dibandrol dengan harga yang cukup fantastis berada di sekitar ratusan ribu rupiah bahkan bisa sampai jutaan rupiah. Namun, bagi saya dan sebagian para penggemar anime lainnya tidak akan ragu untuk merogoh kocek dalam-dalam demi memiliki barang yang identik dengan serial anime favorit, hal ini tentunya menjadi sebuah keuntungan yang besar bagi produsen anime.
ADVERTISEMENT
Selain merchandise, industri anime juga kemudian menyisipkan budaya-budaya Jepang dalam pemasarannya sehingga kini budaya Jepang kian terkenal dan digandrungi oleh masyarakat dunia, menurut saya budaya Jepang terlihat memiliki keunikan tersendiri sehingga selain menggemari anime saya juga menjadi menggemari budaya Jepang. Hal semacam ini tentunya akan semakin menguntungkan pendapatan dan semakin meningkatkan ekonomi Jepang dari peran industri media hiburannya.
Tak mau kalah dari Jepang, Korea Selatan juga memiliki jagoannya sendiri dalam menguasai pangsa pasar media hiburan dunia dengan menggunakan K-Pop, sebut saja Boyband BTS dan Girlband Blackpink yang sudah tidak asing di telinga kita dan sering kita lihat fans-fans garis kerasnya berada di sekitar kita atau bahkan ternyata kamu sendiri adalah penggemar K-Pop.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka ternyata Korea Selatan dulunya sempat menjadi Negara miskin pada tahun 1950-an, kini telah bertumbuh menjadi Negara maju. Perkembangan ini tak luput dari peran K-Pop sebagai aset industri hiburannya. K-Pop sudah selayaknya menjadi ‘mesin pencetak uang’ bagi Korea Selatan.
Militansi penggemar K-Pop atau biasa disebut Kpopers yang begitu tinggi menjadi ladang untuk meraup pundi-pundi keuntungan. Beberapa kawan saya yang begitu menggemari Boyband K-Pop rela menabung sejak lama atau datang dari tempat yang jauh hanya demi menonton konser Boyband kesayangannya dalam semalam. Tidak jauh berbeda pola dengan Jepang, Korea Selatan juga menyelipkan budaya-budaya negaranya melalui industri media hiburan K-Pop ini. Fenomena ini juga terlihat jelas di sekeliling saya, begitu banyak kawan saya yang mengikuti gaya berpakaian ala-ala K-Pop, baju-baju adat tradisional K-Pop juga makin dikenal, dan apabila kita perhatikan kuliner-kuliner yang mengusung tema makanan Korea Selatan kian menjamur.
ADVERTISEMENT
Setelah kita sama-sama melihat betapa adidayanya kedua Negara penguasa pangsa pasar media hiburan dunia tersebut, Yuk mari kita menoleh kebelakang bagaimana Negara kita Indonesia dalam industri media hiburannya.
Industri media hiburan di Indonesia bisa dikatakan sangat kurang, walaupun ada anak-anak muda kreatif yang bergerak dibidang industri hiburan seperti Weird Genius dengan lagu Lathi yang menembus billboard New York. Namun, keberadaan anak-anak muda ini menurut saya masih dirasa kurang untuk menjadikan industri media hiburan penopang ekonomi Indonesia. Karena justru dari televisi-televisi lokalnya kerap kali menghadirkan hiburan yang kurang berkualitas, saya kerap kali menemukan acara serial drama televisi dengan jumlah episode yang fantastis paling tidak diatas seratus episode sehingga alur ceritanya makin tidak jelas. Jangankan menembus pangsa pasar internasional, untuk menarik kembali minat penonton pun susah terutama bagi kalangan anak muda seperti saya.
ADVERTISEMENT
Kemudian ditambah dengan keberadaan sosial media seperti Youtube bukannya meningkatkan kreativitas televisi untuk bersaing justru malah mematikan kreativitas televisi dalam mengelola program acaranya. Terkait hal ini, bagi saya Pemerintah juga kurang mendukung perkembangan industri media hiburan dari segala aspeknya padahal ini merupakan peluang emas untuk membantu memajukan perekonomian Indonesia dan sekaligus memelihara serta meluaskan budaya Indonesia ke kancah internasional.
Ternyata jika diperhatikan Indonesia belum melek perihal ini, lalu mau sampai kapan kita menjadi bangsa yang tertinggal di segala bidang?