Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memaknai Islam Moderat, KTT Ulama dan Cendikiawan Muslim Dunia
4 Mei 2018 3:22 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Fahrul Roji Misbahuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
High Level Consultation of Muslim Scholars on Wasatiyyat Al Islam atau Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cedekiawan Muslim Dunia dilaksanakan di Bogor dari tanggal 1 hingga 3 Mei 2018, dengan dihadiri sekitar 100 ulama dari dalam dan luar negeri. KTT di buka oleh Presiden Joko Widodo. Salah satu yang menarik perhatian adalah kedatangan Grand Syeikh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmad Muhammad Ath-Thayeb dari Mesir. Diselenggarakannya KTT ini merupakan penekanan terhadap pentingnya nilai wasatiyyat atau Islam moderat. Din Syamsuddin selaku utusan Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, menjelaskan bahwa motto Bhineka Tunggal Ika merupakan perwujudan Islam jalan tengah, Islam wasatiyyat. Untuk itu dari Indonesia, kami ingin hadir di kumpulan Islam dunia.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari kumparan.com, Presiden Joko Widodo menggagas Indonesia sebagai poros wasatiyyat dunia. Dalam KTT ini lahir pula beberapa kesepakatan yang disebut “Pesan Bogor” yang terdiri atas:
1. Tawassut, posisi di jalur tengah dan lurus.
2. I'tidal, berperilaku proporsional dan adil dengan tanggung jawab.
3. Tasamuh, mengakui dan menghormati perbedaan dalam semua aspek kehidupan.
4. Syura, bersandar pada konsultasi dan menyelesaikan masalah melalui musyawarah untuk mencapai konsensus.
5. Islah, terlibat dalam tindakan yang reformatif dan konstruktif untuk kebaikan bersama.
6. Qudwah, merintis inisiatif mulia dan memimpin untuk kesejahteraan manusia.
7. Muwatonah, mengakui negara bangsa dan menghormati kewarganegaraan.
Tugas berat menanti Indonesia, selaku tuan rumah KTT ini, disaat Indonesia sedang muncul gejolak politik identitas yang mengatasnamakan agama, belum lagi pemilihan umum sudah di depan mata. Inilah saatnya Indonesia mampu memainkan peran sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Kita juga berharap dari terlaksananya KTT ini, menjadi sarana berbagi mengatasi konflik keagaaman dan solusi bagi beberapa negara, khususnya Timur-Tengah yang sedang dilanda konflik.
ADVERTISEMENT