Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Para Maniak Perang di Lingkaran Trump dan Kakistokrasi di Amerika Serikat
4 Mei 2018 2:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Fahrul Roji Misbahuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Terpilihnya Mike Pompeo dan John Bolton
Bukan Donald Trump kalau tidak membuat ucapan dan tindakannya yang kontrovesi. Setelah dipecatnya Rex Tillerson sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat pada, pilihan Trump jatuh kepada Mike Pompeo, Direktur Central Intelligence Agency (CIA). Mengutip dari laman Detik.com, dipilihnya Pompeo sebagai Menteri Luar Negeri sempat mendapat penolakan dari Partai Demokrat, namun akhirnya Pompeo mengalahkan pengkritiknya dan memenangkan voting konfirmasi Senat dengan 57 suara menerima dan 42 sura menolak dan akhirnya dilantik sebagai Menteri Luar Negeri pada 26 April 2018. Tidak hanya sampai pada Mike Pompeo, terpilihnya John Bolton sebagai Penasihat Keamanan Amerika Serikat yang menggantikan Letnan Jenderal HR MacMaster, menambah kecemasan dunia internasional akan menambahnya tindakan agresif kebijakan luar negeri Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Khawatiran warga Amerika serikat, atau mungkin warga dunia terhadap keputusan Trump memilih menteri Luar Negeri dan Penasihat Keamanan baru tersebut bukan tanpa alasan. Dilansir dari Aljazeera, 23 Maret 2018, yang dikutip dari para ahli “Bolton adalah seorang penghasut perang Irak dan pandangan mengenai Iran dan Korea Utara”.
Mattis, Pompeo, dan Bolton
Dengan datangnya Bolton dan Pompeo di pemerintahan Presiden Trump, semakin memperjelas sikap Trump yang mengambil akan posisi keras terhadap terorisme, isu-isu luar negeri, khusunya Timur-Tengah, Iran dan Korea Utara. Sebelumnya pun di dalam kabinet Trump, terdapat sosok Menteri Pertahanan Amerika Serikat, James Mattis. James Mattis seorang purnawirawan Marinir dengan pangkat terakhir jenderal dan komandan di Perang Irak dan Afghanistan merupakan tokoh pilihan yang dianggap Trump mampu dalam menjalankan kemauan sikap politiknya yang keras atas isu luar negeri.
ADVERTISEMENT
Lantas, dengan formasi Mattis, Bolton dan Pompeo yang latar belakang sikapnya melihat isu luar negeri hampir sama, dunia Internasional khawatir akan terjadinnya kekacauan politik, baik di dalam negeri atau luar negeri Amerika Serikat itu sendiri. Kita bisa lihat sendiri bagaimana sikap Trump dalam menangani konflik Syira dengan menggunakan kekuatan militer bersama Perancis dan Inggris, yang menurutnya menyimpan dan menggunakan senjata kimia, sama halnya dengan terjadi di Irak tiga belas tahun yang lalu.
Kakistokrasi
Dengan banyaknya para “Maniak Perang” yang berada di lingkaran pemerintahan Trump, kita melihat mundurnya Amerika Serikat sebagai negara demokratis. Sikap Trump juga yang cenderung belum mentransformasi dirinya dari seorang Big Boss menjadi seorang Politikus Ulung , hal ini terlihat bagaimana Trump yang sring memaki, memberhentikan Rex Tillerson sebagai Menteri Luar Negeri dan mengumumkannya di akkun twitter pribadinya. Jelas hal tersebut bukanlah tindakan politik yang elegan.
ADVERTISEMENT
Dengan gaya politik Trump meengelola negara seperti mengelola perusahaan, mungkin ada benarnya cuitan di twitter mantan petinggi CIA, John Brennan, yang menyebut pemerintahan Trump yang Kakistokrasi (pemerintahan yang kacau) dan akan runtuh setelah perjalanan yang mengerikan.