Konten dari Pengguna

Perpustakaan Angkot

Fahrul Roji
KONSULTAN MEDIA BERITA RILIS.ID
11 Agustus 2017 19:32 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fahrul Roji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
RILIS.ID, Bandung— Namanya Elis Ratna Suminar (30) dan Muhammad Pian Sopian (38), pasangan suami istri yang kini menuai banyak pujian. Bukan semata karena idenya membuat perpustakaan angkot di kota Bandung, tapi kesungguhannya mengejar ilmu menggetarkan banyak kalangan.
ADVERTISEMENT
"Kami berdua merasakan bagaimana pedihnya dunia pendidikan, sulit sekolah karena tidak ada biaya. Kami tidak bisa membantu orang-orang dengan uang, karena itu kami membantu lewat buku-buku. Kami ingin meningkatkan minat baca orang-orang agar wawasannya makin luas, makin kreatif dan cerdas," tutur Elis, tentang idenya itu.
Elis mengisahkan, dirinya hanya lulusan SMA 2 Karawang, Jawa Barat. Sementara pendidikan suaminya lebih rendah, yakni tamatan SD. Keduanya menikah tahun 2007 silam. "Suami saya dari dulu sopir angkot, sedangkan saya dulu jualan cimol," kata Elis, sebagaimana dilansir detik.com, Senin (17/10/2016). Elis mengatakan, dirinya dari dulu bercita-cita mempunyai pendidikan yang tinggi. Namun apa daya, keluarganya hidup serba pas-pasan. Dia bisa bersekolah di SMA 2 Karawang hingga tamat pun berkat bantuan guru olahraganya.
ADVERTISEMENT
Beruntung suami Elis, Pian, mendukung niatnya untuk mengejar pendidikan. Pada 2017, bermodalkan uang Rp 75 ribu, Elis disuruh suaminya masuk universitas terbuka (UT) di Bandung. "Saya kuliah di UT pas usia lima tahun pernikahan, pas anak sudah satu," ucapnya. Elis merasa sangat terharu waktu itu, karena didukung sepenuhnya sang suami untuk kuliah. "Dia bilang waktu itu, 'Bu, anak-anak kita akan maju, masa depannya terjamin jika ibunya berpendidikan. Saya mah tugasnya nyari nafkah, nyari uang buat itu semua'. Setiap hari dia antar jemput saya ke tempat kuliah, dia biayain semua sampai selesai. Itu dari hasil ngangkot," jelas Elis.
Lulus dari Universitas Terbuka, Elis pun bekerja sebagai pustakawati di SDN Cisalak, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung. Dari situ lah dia tergerak untuk menjalankan perpustakaan keliling menggunakan sepeda motor dari satu desa ke desa lainnya. Tak jarang, dia berjalan kaki ke lokasi yang cukup terpencil.
ADVERTISEMENT
Dari situ, suaminya kemudian tergerak untuk ikut ambil bagian. Keduanya lalu menggagas ide membuat angkot pustaka, yakni mengadakan perpustakaan mini di dalam angkot yang dikemudikan suaminya. Di bagian belakang angkot suaminya, dibuat rak kecil berisi buku-buku bacaan. Bukunya beragam, mulai dari novel, cerita fiksi dan ilmiah, buku agama dan lainnya. Buku-buku itu gratis dibaca oleh seluruh penumpang.
Menurut Elis, sejak membuat angkot pustaka, angkot suaminya ramai dibicarakan. Banyak respons postitif yang datang. Para penumpang angkot bisa naik angkot ke lokasi tujuan sambil membaca buku. Macet di jalan pun jadi tidak terasa. Buku-buku di angkot tersebut setiap hari diganti agar penumpang tidak bosan. Elis mengatakan, buku-buku bacaan di angkot suaminya merupakan buku koleksi mereka berdua. Jumlahnya sekitar 80-an buku. Ada juga buku-buku yang dipinjamnya dari SDN Cisalak. Dia berharap masyarakat lainnya tergerak untuk menyumbangkan buku-buku bacaan agar koleksi buku mereka makin bertambah.
ADVERTISEMENT
Elis merasa bersyukur suaminya satu visi dengannya. Keduanya berharap masyarakat Indonesia lebih terdidik dengan banyak membaca buku. Elis menambahkan, suaminya yang sopir angkot lulusan SD itu kini makin getol mengejar pendidikan. Bahkan, suaminya sudah lulus program kejar paket B, setara SMP. "Sekarang dia mau kejar paket C dan berharap nanti bisa sampai kuliah juga kayak saya," ujarnya.