Konten dari Pengguna

Fleksibilitas Jam Kerja Memicu Burnout? Atasi dengan Manajemen Waktu yang Tepat

Fa'idhatul Achsani Ima Rachmawati
Data Entry / Article Writer / Aktivis Sosial
25 September 2024 9:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fa'idhatul Achsani Ima Rachmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi gambar orang sedang pusing kerjaan. Foto: Pixabay
Jam kerja di Indonesia biasanya mewajibkan karyawan bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore atau dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Tapi, seiring dengan berkembangnya teknologi dan gaya hidup modern, dunia kerja pun kini jauh lebih dinamis, apalagi dengan munculnya trend kerja remote yang mana pekerjaan bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Ini artinya karyawan tidak lagi terikat pada jam kerja tertentu, mereka bisa menyesuaikan kapan mulai dan selesai bekerja. Kerja menjadi lebih fleksibel, bisa dilakukan dari rumah bersama keluarga atau bahkan sambil liburan keluar kota. Jam kerja yang fleksibel sering dianggap menjadi solusi untuk meningkatkan work life balance. Mereka nggak terjebak di satu pola waktu yang mungkin belum tentu cocok dengan gaya kerjanya. Dengan fleksibilitas ini memberikan ruang bagi setiap karyawan untuk mengatur waktu mereka masing-masing yang memungkinkan untuk bekerja dimanapun dan kapan pun. Akan tetapi, di balik kebebasan tersebut, justru banyak individu yang mengalami burnout, kondisi dimana seseorang merasa lelah, baik dari segi fisik, mental, maupun emosional. Biasanya terjadi karena memiliki lingkungan kerja yang toxic, beban kerja yang terlalu banyak, atau kurangnya apresiasi dari atasan. Nah, Apakah kamu satu diantara mereka yang mengalaminya? Yuk kita simak lagi, Mengapa fleksibilitas kerja bisa memicu burnout, dan Bagaimana cara mengatasinya melalui manajemen waktu yang tepat.
ADVERTISEMENT
Mengapa Fleksibilitas bisa memicu Burnout?
1. Tidak ada batasan waktu
Kebebasan jam kerja sering kali memicu kesulitan karyawan dalam menentukan kapan pekerjaan dimulai dan kapan selesai. Banyak karyawan yang merasa harus selalu bekerja meskipun diluar jam normalnya. Sehingga jam istirahat pun tersita yang mengakibatkan kelelahan tak terduga.
2. Merasa harus selalu ada
Fleksibilitas jam kerja juga memberikan dampak terhadap banyak karyawan yang merasa harus selalu siap sedia entah pagi hari, malam hari, atau weekend sekalipun. Hal ini bisa menganggu waktu istirahat serta menambah tekanan karyawan.
3. Jobdesk pekerjaan yang menumpuk
Kebebasan jam kerja juga memicu kecenderungan karyawan untuk menunda pekerjaan, karena merasa memiliki waktu yang fleksibel sehingga pekerjaan menumpuk di akhir.
ADVERTISEMENT
4. Kurang terstrukturnya pekerjaan
Tanpa adanya rutinitas kerja yang konsisten, terkadang karyawan bingung dalam menentukan prioritas pekerjaan, mengelola tugas-tugas kerja, sehingga mengalami kebingungan dan stres berkepanjangan.
Cara Menghindari Burnout dengan Manajemen Watu yang Tepat:
1. Menetapkan batasan waktu yang jelas
Tentukan batasan waktu kapan memulai dan kapan mengakhiri pekerjaan. Patuhi jadwal yang sudah ditetapkan, dan pastikan bahwa waktu digunakan dengan bijaksana. Dengan begitu pekerjaan akan lebih teratur.
2. Membuat jadwal harian yang terstruktur
Dengan membuat jadwal harian yang terstruktur maka pekerjaan akan terasa lebih efisien, sehingga bisa meningkatkan produktivitas dalam bekerja
3. Prioritaskan tugas penting
Kebebasan pekerjaan menjadikan kita untuk bisa lebih memanage prioritas pekerjaan, dengan memetakan tugas-tugas berdasarkan skala prioritas, akan memudahkan selesainya pekerjaan.
ADVERTISEMENT
4. Memisahkan waktu kerja dan waktu pribadi
Kita hampir lupa bahwa hidup tidak sepenuhnya tentang pekerjaan, banyak hal yang bisa dilakukan diluar sana seperti kumpul bersama keluarga, atau sekedar mencari relasi bersama teman.
5. Beri ruang untuk istirahat
Istirahat singkat di tengah kesibukan pekerjaan akan membangun produktivitas kita dalam bekerja. Hanya sekedar berjalan santai atau melakukan meditasi memberi dampak yang bagus dalam kesehatan fisik.
Fleksibilitas jam kerja memiliki peluang yang besar dalam meningkatkan keseimbangan antara pekerjaan dan urusan pribadi. Tentunya dengan managemen waktu yang tepat. Dengan begitu kehidupan akan terasa lebih terstruktur dan nyaman. Akan tetapi, tanpa menegemen waktu yang baik, fleksibilitas akan menjadi pemicu burnout seseorang. Ayo manfaatkan fleksibilitas jam kerja tanpa mengorbankan kesehatan mental dan fisik. Jadikanlah fleksibilitas kerja membuat hidup kita lebih sejahtera.
ADVERTISEMENT