Siswa Generasi AI: Sudah Benar atau Membuat Ketergantungan?

Faiqotul Muna
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang
Konten dari Pengguna
22 September 2023 13:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faiqotul Muna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu platform dari AI berupa chat.openai.com / Dokumentasi Pribadi Faiqotul Muna
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu platform dari AI berupa chat.openai.com / Dokumentasi Pribadi Faiqotul Muna
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam era teknologi yang semakin maju, Artificial Intelligence (AI) seperti ChatGPT telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, termasuk dunia pendidikan. Siswa saat ini tumbuh dalam lingkungan di mana AI mendominasi, dari asisten virtual hingga alat pembelajaran berbasis AI. Namun, sementara AI menawarkan potensi besar untuk meningkatkan pembelajaran, kita perlu bertanya, apakah kita benar-benar mempersiapkan generasi muda ini dengan baik atau justru membuat mereka terlalu bergantung pada teknologi?
Siswa yang Sedang Membuka AI / Dokumentasi Pribadi Faiqotul Muna
Faktanya, AI telah membawa sejumlah manfaat signifikan ke dunia pendidikan. Sistem pembelajaran berbasis AI dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kebutuhan individu, memungkinkan setiap siswa untuk belajar pada tingkat mereka sendiri. Ini adalah kemajuan besar dalam mengatasi kesenjangan pembelajaran yang mungkin terjadi dalam kelas-kelas tradisional. AI juga dapat memberikan umpan balik instan, membantu siswa meningkatkan dan bagaimana cara melakukannya. Ini adalah alat yang berguna bagi guru dalam memantau perkembangan siswa.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik semua potensi keuntungan ini, ada beberapa kekhawatiran yang patut diperhatikan. Pertama, adakah risiko bahwa siswa saat ini terlalu bergantung pada AI dalam pembelajaran mereka? Siswa mungkin menjadi terlalu terbiasa dengan bantuan teknologi sehingga kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah secara mandiri. Mereka mungkin tidak lagi merasa perlu untuk mengembangkan keterampilan analitis mereka karena AI telah mengambil alih sebagian besar pekerjaan itu.
Selain itu, ada keprihatinan tentang privasi dan keamanan data. Dalam lingkungan di mana data siswa menjadi semakin penting, ada risiko bahwa data pribadi mereka bisa disalahgunakan atau terekspos. Bagaimana kita dapat memastikan bahwa data siswa dijaga dengan baik dan digunakan hanya untuk tujuan pendidikan? Ini adalah pertanyaan yang perlu dijawab secara serius saat kita terus mengadopsi teknologi AI dalam pendidikan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga masalah kesenjangan akses. Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi AI canggih. Siswa dari latar belakang ekonomi yang kurang mungkin memiliki akses ke perangkat dan koneksi internet yang diperlukan untuk memanfaatkan teknologi ini sepenuhnya. Ini bisa menghasilkan ketidaksetaraan dalam pendidikan, di mana beberapa siswa memiliki akses ke alat pembelajaran berbasis AI yang canggih sementara yang lain tidak.
Jadi, bagaimana kita bisa memastikan bahwa kita mempersiapkan generasi AI ini dengan benar? Pertama-tama, penting untuk mengintegrasikan teknologi AI ke dalam kurikulum pendidikan dengan bijak. Siswa harus diajarkan bagaimana menggunakan teknologi ini sebagai alat bantu, bukan pengganti keterampilan inti seperti berpikir kritis dan analitis. Guru memiliki peran penting dalam membimbing siswa tentang cara menggunakan AI secara efektif dalam pembelajaran mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, penting untuk memprioritaskan pengembangan keterampilan manusia yang tidak dapat digantikan oleh AI, seperti kreativitas, empati, dan kepemimpinan. Ini adalah keterampilan yang akan tetap relevan di dunia kerja yang semakin didominasi oleh teknologi. Kita harus menekankan pentingnya mengembangkan kemampuan ini bersamaan dengan penggunaan teknologi AI.
Selanjutnya, kita perlu memastikan bahwa data siswa dilindungi dengan baik. Kebijakan privasi dan keamanan data harus diterapkan dengan ketat, dan siswa dan orang tua harus diberikan informasi yang jelas tentang bagaimana data mereka akan digunakan dan dilindungi. Keamanan data harus menjadi prioritas utama saat kita mengadopsi teknologi AI dalam pendidikan.
Terakhir, kita perlu mengatasi masalah kesenjangan akses. Setiap siswa harus memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses teknologi AI yang diperlukan untuk pendidikan mereka. Ini bisa melibatkan inisiatif pemerintah untuk memberikan akses internet yang terjangkau dan perangkat yang diperlukan kepada keluarga yang kurang mampu.
ADVERTISEMENT
Hal ini pun sudah terjadi di Swiss dimana negara tersebut saat ini kembali ke sistem pembelajaran tradisional yakni dengan metode menulis dan belajar. Ini bisa menjadi perlambatan adanya alih dunia terhadap AI. Keputusan untuk kembali ke metode belajar yang lebih konvensional adalah tanggapan dari para politisi dan ahli pendidikan terhadap pertanyaan apakah pendekatan pendidikan yang sangat berbasis teknologi, termasuk penggunaan tablet di taman kanak-kanak, telah berdampak negatif pada pengembangan keterampilan dasar. Pemerintah juga memiliki rencana untuk melangkah lebih jauh dengan menghentikan sepenuhnya penggunaan pembelajaran digital bagi anak-anak di bawah usia 6 tahun.
Generasi AI akan menghadapi tantangan yang unik dalam dunia yang semakin terhubung dan didorong oleh teknologi. Kami memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa mereka dipersiapkan dengan baik untuk menghadapinya. Ini tidak hanya tentang penggunaan teknologi, tetapi juga tentang pengembangan keterampilan manusia yang tidak dapat digantikan oleh AI. Dengan pendekatan yang bijak dan seimbang terhadap penggunaan AI dalam pendidikan, kita dapat memastikan bahwa generasi ini memiliki dasar yang kuat untuk sukses di dunia yang semakin canggih.
ADVERTISEMENT