Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Taman Siswa Sejarah Pendidikan di Masa Pergerakan Nasional
3 April 2022 23:41 WIB
Tulisan dari Fais Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendidikan merupakan hal yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku dari seseorang atau kelompok dalam upaya pendewasaan manusia melalui sebuah pembelajaran atau pelatihan. Pada hakikatnya pendidikan menjadi hal umum yang dapat dirasakan oleh semua manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, sistem pendidikan di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan seperti perubahan metode pelaksanaan, perangkat pembelajaran, dan kurikulum yang digunakan.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah teman-teman tahu seperti apa pendidikan di Indonesia pada masa kolonialisme? Dewasa ini kemudahan untuk mengakses sistem pendidikan dapat kita rasakan semakin mudah dan praktis. Bahkan hanya dengan ketikan jari di gadget kita bisa mendapatkan pengetahuan baru. Kita perlu untuk mempelajari sejarah pendidikan di Indonesia tanpa kecuali pendidikan pada masa penjajahan Belanda.

Sejarah dan latar belakang berdirinya taman siswa.
Taman siswa adalah salah satu dari organisasi pada masa Pergerakan Nasional di Indonesia pada tahun 1908-1945. Organisasi ini bergerak dalam bidang pendidikan untuk membentuk karakter nasionalisme masyarakat. Organisasi taman siswa didirikan oleh seorang tokoh yang namanya tidak asing dalam dunia pendidikan Indonesia. Beliau adalah Suwardi Suryoningrat atau yang lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara organisasi ini didirikan pada tanggal 3 juli 1992.
ADVERTISEMENT
Hal yang melatar belakangi dibentuknya organisasi ini adalah perbedaan dalam bidang pendidikan pada masa kolonial. Dalam sebuah buku yang berjudul Munculnya elit modern Indonesia tahun 2009 karya Robert Van Niel disebutkan bahwa Belanda menerapkan sistem stratifikasi berjenjang dalam dunia pendidikan di Indonesia. Golongan pribumi miskin hanya diberikan kebebasan untuk menempuh pendidikan kelas rendah setara dengan SD, sedangkan golongan priyayi diberikan kebebasan untuk menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Prinsip yang digunakan oleh taman siswa.
Organisasi taman siswa berdiri dengan berlandaskan pada prinsip diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Dalam praktiknya organisasi ini menerapkan prinsip asah, asih, dan asuh. Sedangkan semboyan yang dipakai dalam organisasi taman siswa adalah
ADVERTISEMENT
1.Ing ngarsa sung tuladha (yang di depan memberikan contoh yang baik)
2.Ing madya mangun karsa (yang di tengah ikut membangun)
3.Tut wuri handayani (yang di belakang ikut mendorong dengan memberikan semangat)
Berdasarkan 3 semboyan tersebut dapat diketahui bahwa perjuangan pada masa pergerakan nasional di Indonesia dalam bidang pendidikan selain dengan tujuan untuk mencerdaskan masyarakat namun juga diimbangi dengan penanaman nilai nilai karakter.
Tanggapan Belanda setelah taman siswa berdiri.
Berdirinya organisasi taman siswa mengundang tanggapan oleh pihak Belanda. Diberlakukanya sistem Undang-Undang tentang sekolah liar atau dalam bahasa Belanda Wilde scholen ordonantie yang berdampak pada keterbatasan guru dalam mengajar. Hal tersebut berakibat pada ruang lingkup pergerakan taman siswa yang menjadi sempit. Akan tetapi dengan adanya hambatan tersebut tidak menghilangkan semangat para guru dalam mendidik masyarakat pribumi.
ADVERTISEMENT
Sistem pembelajaran dilakukan secara sembunyi sembunyi untuk menghindari pihak Belanda. Menanggapi diberlakukanya Undang-Undang sekolah liar tersebut Ki Hajar semakin semangat dalam melakukan perjuangan. Sistem "Ditangkap satu diganti seribu" dengan banyaknya guru yang ditangkap karena dianggap tidak bersertifikasi sebagai lulusan sekolah Belanda. Ki Hajar melakukan upaya untuk menangani masalah tersebut diantaranya adalah mengeluarkan himbauan kepada para guru dan pengelola taman siswa untuk melanjutkan tugas mereka.
Ki Hajar juga mengirimkan surat telegram kepada pejabat Gubernur Hindia Belanda di Bogor dengan suara lantang bahwa akan terus mempertahankan taman siswa. Pada tahun 1934 Undang-Undang sekolah liar itu dicabut. Taman siswa mengalami perkembangan sampai tahun 1936 terdapat 161 cabang yang terspesifikasi secara jelas meliputi jenjang sekolah dasar hingga jenjang yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT