Konten dari Pengguna

Politik dalam Rhythm: Budaya Populer Tools Komunikasi Politik Pemilu 2024

Faisal Dudayef
Pendidikan Sosiologi (S1) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa , Ilmu Komunikasi (S2) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
27 Agustus 2023 5:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faisal Dudayef tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi Komunikasi Politik. Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Komunikasi Politik. Freepik.com
ADVERTISEMENT
Budaya populer telah lama menjadi cerminan dan penggerak dinamika sosial dalam masyarakat. Dari musik hingga film, dari meme internet hingga tren mode, elemen-elemen budaya populer telah memainkan peran penting dalam membentuk pandangan dan perilaku individu serta menghubungkan mereka dengan isu-isu politik. Dalam konteks Pemilu 2024 di Indonesia, peran budaya populer semakin menonjol sebagai alat komunikasi politik yang efektif.
ADVERTISEMENT
Populer merupakan konteks gagasan tentang budaya postmodernisme pertama yang terbentuk dan trend budaya dalam postmodernisme yang menentang permusuhan modernisme terhadap budaya massal. Terminologi populer banyak digunakan sebagai citra yang melingkupi berbagai aspek bidang kehidupan seperti pendidikan, gelar, proyek, dan pekerjaan.
Produk budaya pop dapat diprediksi berdasarkan masalah yang dihadapi dalam sejarah nenek moyang seperti masalah kawin, pola asuh, bertahan hidup dan hidup social (Fisher and Salmon 2012).
Budaya populer umumnya mengacu pada gambar, narasi, dan gagasan yang beredar dalam budaya mainstream. Budaya "populer" dikenal oleh kebanyakan massa di masyarakat tertentu yang terpapar dengan aspek dominan budaya pop yang sama.
Sedangkan Bieniek and Leavy mengemukakan bahwa orang-orang lebih cenderung melihat budaya pop sebagai hal yang menyenangkan dan sembrono, dan karena itu mungkin gagal untuk mengintrogasi pesan budaya pop dan bagaimana dampaknya terhadap masyarakat.
com-Ilustrasi seseorang yang sedang mendengarkan podcast. Foto: Shutterstock
Malthy dalam Tressia menerangkan bahwa budaya populer berkaitan dengan budaya massa. Budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan dari khalayak konsumen massa. Budaya massa ini berkembang sebagai akibat dari kemudahan-kemudahan reproduksi yang diberikan oleh teknologi seperti percetakan, fotografi, perekaman suara, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Budaya populer memiliki daya tarik yang kuat karena mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Musik populer, misalnya, memiliki kemampuan untuk menginspirasi, menggerakkan emosi, dan menyampaikan pesan-pesan politik dengan cara yang lebih mudah diingat dan diterima oleh publik.
Melalui lirik-lirik lagu, seni visual, dan konten digital, budaya populer mampu merangkul audiens yang luas, termasuk kaum muda yang sering kali menjadi penentu dalam pemilu.
Selain sebagai alat untuk menyampaikan pesan politik, budaya populer juga berperan dalam membentuk opini dan pemahaman masyarakat terhadap isu-isu politik.
Film, serial televisi, dan konten media sosial sering kali menggambarkan cerita-cerita yang mencerminkan realitas sosial dan politik. Ini dapat memengaruhi cara orang melihat isu-isu politik dan menciptakan kesadaran baru yang mungkin sebelumnya tidak tercakup dalam diskursus politik.
ADVERTISEMENT

Relevansi Budaya Populer dalam Pemilu 2024

Warga menggunakan hak politiknya ketika mengikuti Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilu 2019 di TPS 02, Pasar Baru, Jakarta, Sabtu (27/4). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Pentingnya budaya populer dalam Pemilu 2024 dapat dipahami melalui perspektif kekuatan komunikasi. Budaya populer memiliki kemampuan untuk merangkul masyarakat luas melalui media yang akrab dan dapat diakses, seperti musik, film, dan media sosial. Pesan-pesan politik yang tersemat dalam budaya populer memiliki potensi besar untuk menjangkau berbagai lapisan masyarakat, bahkan mereka yang awalnya tidak terlalu tertarik pada isu politik.
Melalui lirik lagu, dialog dalam film, dan meme yang viral, partai politik dapat menyalurkan pesan-pesan mereka dengan cara yang lebih menarik dan mudah dicerna oleh publik. Selain itu, budaya populer juga memiliki dampak pada partisipasi masyarakat dalam proses pemilu. Dalam era digital, tren media sosial dan konten viral memiliki kemampuan untuk menciptakan efek domino yang signifikan dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif.
ADVERTISEMENT
Elemen budaya populer yang diintegrasikan dalam kampanye politik mampu menciptakan momentum dan eksitasi di kalangan pemilih, mendorong mereka untuk berbicara, berbagi, dan bahkan memberikan kontribusi dalam rangka mempengaruhi hasil pemilihan.
Relevansi budaya populer dalam Pemilu 2024 juga terlihat melalui perannya dalam membangun resonansi emosional dengan pemilih. Musik, misalnya, memiliki kemampuan untuk menyentuh perasaan dan menginspirasi tindakan.
Ketika pesan politik disampaikan melalui lirik-lirik lagu yang dapat mencerminkan keinginan dan aspirasi masyarakat, hal ini dapat menghasilkan hubungan yang lebih dekat antara partai politik dan pemilih.
Dengan segala potensinya, penggunaan budaya populer dalam politik juga menghadapi risiko manipulasi dan penyalahgunaan. Dalam era disinformasi, pesan-pesan politik yang disampaikan melalui budaya populer perlu diperiksa secara cermat untuk memastikan kebenaran dan integritas informasi yang disampaikan.
ADVERTISEMENT

Budaya Populer sebagai Media Komunikasi Politik: Meretas Jalan Baru dalam Pemilu 2024

Ilustrasi politik identitas. Foto: Shutter Stock
Dalam era digital yang terus berkembang, budaya populer telah menjadi media komunikasi politik yang semakin berpengaruh dalam proses Pemilu 2024 di Indonesia. Musik, film, meme, dan tren media sosial semuanya telah menjadi alat penting bagi partai politik dan kandidat untuk menyampaikan pesan-pesan politik mereka kepada pemilih dengan cara yang lebih kreatif dan menarik. Budaya populer, yang mencakup elemen-elemen yang dikenal luas oleh masyarakat, memiliki daya tarik yang kuat dalam menciptakan koneksi emosional dan memperluas dampak pesan politik.
Budaya populer menciptakan jalur komunikasi baru yang melibatkan pemilih dari berbagai lapisan masyarakat. Musik, sebagai contoh, memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan politik dalam bentuk yang mudah diingat dan dilantunkan oleh banyak orang.
ADVERTISEMENT
Lirik-lirik lagu dapat memuat pesan-pesan kandidat atau partai, menyoroti isu-isu yang relevan, dan menginspirasi pemilih. Bahkan, lagu kampanye telah menjadi semacam "soundtrack" dari kampanye politik, membangun identitas kampanye dan menarik minat pemilih dengan cara yang tidak mungkin dilakukan oleh cara komunikasi konvensional.
Film dan video pendek juga telah menjadi sarana yang efektif dalam menyampaikan pesan politik. Kombinasi visual, narasi, dan elemen budaya populer dalam produksi film pendek atau video kampanye mampu mengekspresikan pesan secara menyeluruh dan menggugah perasaan pemirsa.
Di sisi lain, meme dan konten viral di media sosial menyediakan ruang untuk menyampaikan pesan dalam format singkat yang mencolok, dengan potensi untuk menyebar dengan cepat di kalangan pemilih muda yang sangat terhubung dengan dunia digital.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam memanfaatkan budaya populer sebagai media komunikasi politik, perlu ada keseimbangan dan kehati-hatian. Pesan politik yang disampaikan melalui budaya populer harus mematuhi norma-norma etika dan menghormati keberagaman pandangan. Selain itu, keaslian dan integritas pesan tetap harus dijaga agar tidak terdistorsi dalam upaya mencari perhatian.

Pemilu 2024: Transformasi Pesan Politik melalui Budaya Populer

Warga menggunakan hak politiknya ketika mengikuti Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilu 2019 di TPS 02, Pasar Baru, Jakarta, Sabtu (27/4). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Pemilu 2024 di Indonesia membawa tantangan baru dalam cara pesan politik disampaikan kepada masyarakat. Dalam era di mana informasi tersebar dengan cepat melalui platform digital dan media sosial, budaya populer telah muncul sebagai alat transformasi yang kuat dalam menyampaikan pesan politik kepada pemilih.
Budaya populer tidak hanya menjadi jembatan komunikasi yang efektif antara partai politik dan masyarakat, tetapi juga membawa perubahan signifikan dalam dinamika politik dan partisipasi pemilih.
ADVERTISEMENT
Dalam transformasi pesan politik melalui budaya populer, musik memiliki peran yang tak terbantahkan. Lirik-lirik lagu dapat mengangkat isu-isu politik yang kompleks dan merangkul audiens dari berbagai latar belakang.
Lagu-lagu kampanye yang berirama dan mudah diingat dapat membawa pesan politik ke telinga dan hati pemilih, menciptakan koneksi emosional yang kuat. Ini membuka peluang untuk mengajak masyarakat berpartisipasi lebih aktif dalam proses pemilu.
Tidak hanya dalam musik, tetapi juga dalam film dan media sosial, budaya populer menciptakan ruang bagi partai politik untuk mengubah cara pesan politik dihasilkan dan disampaikan. Film pendek dan video kampanye dapat merangkum isu-isu penting dalam format yang menarik dan mudah diakses.
Di era media sosial, meme dan konten viral menjadi alat yang efektif dalam menyebarkan pesan politik dengan cepat, sambil mempertahankan daya tarik dan daya tangkap pemirsa.
ADVERTISEMENT
Namun, transformasi pesan politik melalui budaya populer juga menimbulkan pertanyaan etika dan integritas. Dalam usaha untuk menarik perhatian dan mencapai pemilih, pesan politik tidak boleh disajikan dengan cara yang memanipulatif atau merendahkan lawan politik. Penting untuk menjaga integritas pesan politik, sehingga budaya populer tetap menjadi sarana komunikasi yang efektif dan beretika.
Dalam konteks Pemilu 2024, transformasi pesan politik melalui budaya populer bukan sekadar tren, tetapi juga refleksi dari perubahan dalam cara masyarakat berinteraksi dengan informasi.
Partai politik yang mampu mengadaptasi dan memanfaatkan budaya populer dengan bijak memiliki potensi untuk menciptakan dampak yang signifikan dalam opini publik dan partisipasi pemilih.
Dengan tetap berpegang pada nilai-nilai etika dan kebenaran informasi, budaya populer dapat menjadi alat yang mendorong transformasi positif dalam politik dan masyarakat.
ADVERTISEMENT