Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten dari Pengguna
Asal Usul Beberapa Kebiasaan Sehari-Hari
17 Maret 2022 17:37 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhamad Faisal Holiq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Foto: Peninggalan Rumah Bergaya Tradisional dan Belanda. Sumber: kebudayaan.kemendikbud.go.id](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/2ec9f3718a78db2d2fc66a1562984789c47c5bbace22a4df2bb02345f1f876d3.jpg)
ADVERTISEMENT
Pada suatu hari, saya sedang makan bersama dengan keluarga. Anggota keluarga lain makan menggunakan tangan langsung, sedangkan saya menggunakan sendok dan piring. Karena terlihat berbeda sendiri, salah satu anggota keluarga mengatakan, "makanlah menggunakan tangan langsung, sekali-kali tidak perlu memakai alat dari Belanda". Percakapan tersebut hanya senda gurai saja dan tidak ada maksud apa pun. Namun percakapan tersebut menggugah rasa penasaran mengenai bentuk kebudayaan-kebudayaan yang ada di sekitar kita dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang berasal dari pengaruh orang-orang Belanda pada masa penjajahan.
ADVERTISEMENT
Di dalam buku yang ditulis Djoko Soekiman mengenai pencampuran kebudayaan Belanda dengan kebudayaan pribumi (di dalam persoalan ini adalah pribumi di Jawa). Kedua kebudayaan tersebut mengalami pembauran sehingga muncul suatu kebudayaan baru yang disebut kebudayaan Indis.
Kebudayaan Indis muncul ketika para Kolonial Belanda menjajah bangsa Indonesia. Berbagai gaya hidup orang Belanda perlahan-lahan ditiru oleh kalangan priyayi, bangsawan atau saudagar kaya yang mampu bergaya hidup seperti orang-orang Belanda. Selain itu, berbagai kebiasaan sehari-hari orang Belanda banyak dicontoh dan diterapkan oleh kaum pribumi yang menjadi budak bagi pejabat atau pedagang kolonial Belanda yang sangat kaya. Namun ada juga para perempuan pribumi yang menjadi pasangan tidak resmi orang-orang Belanda karena mereka tidak boleh membawa Istrinya dari negeri asalnya di Eropa. Dari dinamika inilah kedua kebudayaan berkembang saling berakulturasi nilai-nilai yang memunculkan suatu kebudayaan baru yang khas yaitu kebudayaan Indis.
ADVERTISEMENT
Ada berbagai gaya hidup atau kebiasaan-kebiasaan yang ada di sekitar kita yang berasal dari kebudayaan Indis. Dimulai dari peralatan dan kebiasaan saat makan seperti penggunaan sendok, garpu, piring dengan hiasan seni unsur Jawa. Kemudian alat-alat rumah tangga seperti meja, kursi dan lemari yang disebut meubelair juga merupakan hal yang baru dikenal pada masa Belanda oleh orang Jawa. Meubelair dibuat dari kayu Jati (salah satunya dari Jepara) dengan ukiran atau hiasan seni Jawa. Alat-alat tersebut pada awalnya dipakai oleh kalangan priyayi dan saudagar kaya termasuk dari Cina dan Arab.
Selain itu, banyak menu makanan yang merupakan hasil dari campuran makanan Eropa dan Jawa, diantaranya beafstuk, resoulles, dan soep.
Banyak ornamen-ornamen dan struktur rumah saat ini yang berasal dari kebudayaan Indis seperti bentuk cendela, pintu, atap, tangga, alat-alat rumah tangga meubelair higga kamar mandi. Pada awalnya, orang-orang pribumi memiliki kebiasaan setiap pagi ke kali (sungai). Kemudian keluarga keturunan Belanda membuat tempat mandi di tepi sungai. Bagi orang Belanda yang lebih kaya dan terhormat pasti memiliki kamar mandi sendiri di halaman rumahnya. Konsep tersebut secara perlahan diadop masyarakat pribumi secara luas hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Bahkan ada kebiasaan-kebiasaan unik yang terinspirasi dari orang-orang Belanda. Setiap bangun tidur pagi, mereka duduk di serambi belakang rumah sambil minum kopi dan teh dengan menggunakan baju takwo dengan celana atau sarung batik. Mereka juga membaca surat kabar, sambil mendengarkan gamelan dan musik Eropa sambil merokok cerutu.
Sejak dulu, orang Belanda suka menunjukan gaya hidupnya yang mewah melalui kepemilihan rumah yang luas, hiasan mewah, bersih dan rapi. Biasanya tempat tinggalnya memiliki halaman yang luas dan beberapa bangunan lain disekitar rumahnya seperti gudang, kandang kamar budak dan sebagainya. Orang-orang Belanda juga menonjolkan kepemilikan jumlah kuda yang banyak sebagai trasnportasi. Berbagai aset yang dianggap mewah tersebut pasti membutuhkan perlakukan orang banyak yaitu kehadiran budak. Kepemilikan jumlah budak juga menjadi tolak ukur kekayaan pada masa itu. Untuk budak atau pembantu perempuan disebut babu dan untuk pembantu laki-laki disebut jongos.
ADVERTISEMENT
Ada hal menarik tentang gaya hidup super mewah orang-orang Belanda. Banyak beberapa kisah hidup mereka yang awalnya merupakan pejabat tinggi dengan kehidupan mewah menjadi hancur karena pemborosan. kemewahan seperti rumah, jumlah budak, jumlah kuda dan tanah yang luas membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan akhirnya membuat orang Belanda menjadi bangkrut.
Kebudayaan Indis juga menghasilkan religi yang unik hasil lokalisasi agama Kristen di Jawa. Hal tersebut disimbolkan pada acara-acara agama Kristen yang mengandung unsur Jawa seperti penggunaan gamelan pada upacara agama, figur-figur raja Jawa beserta atribut Jawa yang dipadukan dengan figur keagamaan Kritesn pada pewayangan. Patung Sang Kristus di Gereja Ganjuran, Bantul juga divisualisasikan dengan seni-seni Jawa.
Banyak sekali kebudayaan Indis yang eksis hingga saat ini dan tetap menjadi kebiasaan-kebiasaan kita sehari-hari.
ADVERTISEMENT
dikutip dari Soekiman D. (2014) Kebudayaan Indis dari Zaman Kompeni Sampai Revolusi.