Konten dari Pengguna

Mengenal Ki Gede Baki, Santri Syekh Siti Jenar

Faisal Muhammad Safii
Alumni FH UMS Pemuda Desa
15 September 2024 15:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faisal Muhammad Safii tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kehidupan Ki Gede Baki (Sumber: https://pixabay.com/photos)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kehidupan Ki Gede Baki (Sumber: https://pixabay.com/photos)
ADVERTISEMENT
Syekh Siti Jenar menurut dokumen Kroprak Ferrara memang pernah ada secara historis sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa (Zainal Abidin, 2017). Dalam Carita Purwaka Caruban Nagari, Syekh Siji Jenar adalah anggota wali songo yang dipimpin Sunan Ampel (Agus Sunyoto, 2017).
ADVERTISEMENT
Dalam berdakwah, Syekh Siti Jenar berkeliling dari satu tempat ke tempat lain sehingga memiliki banyak murid yang terdiri kalangan masyarakat biasa sampai dengan bangsawan (Mohamad Anwar, 2019). Melihat muridnya terus bertambah, Syekh Siti Jenar kemudian mendirikan pesantren di Dukuh Lemah Abang yang terletak disebelah tenggara Cirebon Girang (Agus Sunyoto, 2017).
Nama dan Jabatan Santri Syekh Siti Jenar
Pada saat Islam masuk di Jawa pendidikan mandala dikembangkan dalam institusi yang dimulai oleh para wali dengan sebutan pesantren. Produk pendidikan ini menghasilkan para tokoh yang ahli agama, teologi, dan ahli politik dalam komunitas masyarakat. Mereka itulah yang disebut kaum santri (M. Irfan Riyadi & Ridho Rokamah, 2022).
Naskah Babad Jaka Tingkir secara rinci menyebutkan siapa saja tokoh berpengaruh yang menjadi santri Syekh Siti Jenar. Diantara santri-santri tersebut yang disebut namanya adalah Ki Gede Banyubiru, Ki Gede Getasaji, Ki Gede Balak, Ki Gede Kayupuring, Ki Gede Butuh, Ki Gede Jati, Ki Gede Argoloka, Ki Gede Petalunan, Ki Gede Pringapus, Ki Gede Nganggas, Ki Gede Wanapala, Ki Gede Paladadi, Ki Gede Ngambat, Ki Gede Karangwaru, Ki Gede Babadan, Ki Gede Wanantara, Ki Gede Majasta, Ki Gede Tambakbaya, Ki Gede Baki, Ki Gede Tembelang, Ki Gede Karanggayam, Ki Gede Selandaka, Ki Gede Purwasada, Ki Gede Kebokangan, Ki Gede Kenalas, Ki Gede Waturante, Ki Gede Taruntum, Ki Gede Pataruman, Ki Gede Banyuwangi, Ki Gede Puma, Ki Gede Wanasaba, Ki Gede Kare, Ki Gede Gegulu, Ki Gede Candi di gunung Pragota, Ki Gede Adibaya, Ki Gede Karurungan, Ki Gede Jatingalih, Ki Gede Wanadadi, Ki Gede Tambangan, Ki Gede Ngampuhan, dan Ki Gede Bangsri Panengah.
ADVERTISEMENT
Dalam Nagara Kretabhumi, Babad Pengging, Suluk Saradin, dan Serat Syekh Siti Jenar, santri atau murid-murid Syekh Siti Jenar di Jawa adalah Ki Ageng Kebokenanga, Ki Ageng Banyubiru, Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Ngerang, Ki Ageng Butuh, Ki Bhisana, Ki Danabhaya, Ki Chantulo, Ki Pringgoboyo, Syaikh Jangkung, Sunan Geseng, dan Ki Lonthang ( Agus Sunyoto, 2017).
Pada tahun 1452 M, Ki Ageng Kebokenanga, Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Butuh, Ki Ageng Ngerang, dan keempat puluh tokoh dalam Babad Jaka Tingkir, oleh Syekh Siti Jenar dinobatkan dan diangkat menjadi Syaikh Akbar, wali, dan ulama. Jabatan Syaikh Akbar dijabat Ki Ageng Kebokenanga, demikian juga jabatan wali untuk Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Ngerang, dan Ki Ageng Butuh. Adapun keempat puluh tokoh tersebut memangku jabatan sebagai ulama di daerahnya masing-masing (Abdul Choliq Nawawi, 1998).
ADVERTISEMENT
Identitas dan Peran Ki Gede Baki Sebagai Ulama Daerah
Identitas para santri Syekh Siti Jenar pada dasarnya sampai saat ini masih belum sepenuhnya dapat diungkap. Misalnya, keempat puluh santri Syekh Siti Jenar, salah satunya adalah Ki Gede Baki. Sosok Ki Gede Baki kemungkinan adalah pendiri suatu daerah tertentu. Gelar Ki Ageng atau Ki Gede merupakan gelar pemimpin pada zaman dahulu, yang biasanya digunakan oleh tokoh pembuka lahan atau babad alas pada suatu daerah.
Gelar ini digunakan pada masa awal masuknya Islam di pulau Jawa, yaitu kira-kira semenjak keruntuhan Majapahit hingga awal berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. Nama Baki sendiri cenderung mengindikasikan nama tempat atau daerah. Jika dicermati, hampir semuanya nama santri Syekh Siti jenar tidak mengacu pada nama sesungguhnya. Nama-nama itu cenderung mengarah kepada asal-usul atau tempat tinggal sosok pemilik identitas tersebut.
ADVERTISEMENT
Sistem penamaan demikian, oleh Sulistyo Basuki (2017) disebut conffered name atau nama yang biasa diberikan kepada ulama yang tidak disebut nama aslinya melainkan menggunakan nama daerah asal. Ki Gede Baki dengan demikian dapat dikatakan sebagai tokoh pembuka lahan, pemimpin, dan ulama di daerah Baki. Oleh sebab itu, ia dijuluki Ki Gede Baki, yang berarti pemimpin dan ulama di Baki.
Dalam tipologi ulama Jawa, Ki Gede Baki termasuk golongan ulama negara, dalam hal ini negara Pengging dibawah pimpinan Syaikh Akbar Ki Ageng Kebokenanga dan Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Ngerang, serta Ki Ageng Butuh sebagai wali di negara Pengging.
Jabatan ulama di negara Pengging berfungsi sebagai pelaksana progam operasional (eksekutif), wali memiliki fungsi untuk membuat rencana progam operasional (legislatif), dan Syaikh Akbar adalah jabatan peradilan tertinggi di negara Pengging (yudikatif) (Abdul Choliq Nawawi, 1998).
ADVERTISEMENT
Sebagai ulama dan santri Syekh Siti Jenar, Ki Gede Baki mempunyai tugas untuk menyebarkan agama Islam di daerah tempat asalnya, yakni Baki. Metode dakwah Ki Gede Baki semestinya mengikuti jejak gurunya. Para wali Jawa, khususnya Syekh Siti Jenar menerapkan metode akulturatif dan sinkretisme dalam berdakwah. Ia berhasil mendorong gaya Islam pesisiran yang cenderung mistis-ortodoks lebih terbuka terhadap masuknya unsur-unsur Hindu-Budha dan Jawa (M. Irfan Riyadi, 2013).
Adapun ajaran yang dibawa Ki Gede Baki ke wilayah dakwahnya mungkin sama dengan ajaran Syekh Siti Jenar, yaitu ajaran tentang manusia, ruh Ilahi, manusia sebagai wakil Allah, bersatu atau melebur dengan Allah (manunggaling kawula gusti), dan meninggalkan nafsu badaniah yang menyesatkan (Sartono Hadisuwarno, 2018).
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Syekh Siti Jenar adalah anggota wali songo yang memiliki banyak santri. Pada tahun 1452 M, Syekh Siti Jenar mengangkat pemimpin negara Pengging, Ki Ageng Kebokenanga, dan para sahabatnya masing-masing dinobatkan sebagai ulama, wali, dan Syaikh Akbar di negara Pengging. Ki Gede Baki salah satu santri Syekh Siti Jenar dan sahabat Ki Ageng Kebokenanga. Ki Gede Baki merupakan tokoh pembuka lahan, pemimpin, dan ulama di daerah Baki. Metode dan materi dakwah Ki Gede Baki bisa dikatakan mengikuti ajaran Syekh Siti Jenar.