Konten dari Pengguna

Ziarah Kubur Sebagai Sarana Merawat Peradaban

30 Juli 2024 12:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faisal Muhammad Safii tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kegiatan ziarah kubur (sumber:https://www.vecteezy.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kegiatan ziarah kubur (sumber:https://www.vecteezy.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Semua yang bernyawa pasti akan mati. Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al-Ankabut: 57 Kullu nafsin żā`iqatul-maụt, ṡumma ilainā turja'ụn (tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati dan hanya pada Allah kalian semua Kami dikembalikan).
ADVERTISEMENT
Ayat tersebut mengingatkan manusia bahwa akan ada suatu masa dimana manusia bakal menghadap Allah guna mempertanggung jawabkan semua perbuatan yang dilakukan semasa hidupnya.
Adapun cara yang dapat ditempuh oleh manusia untuk mengingat mati diantaranya adalah ziarah kubur. Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya aku dulu melarang kalian untuk ziarah kubur. Maka sekarang ziarahlah karena akan bisa mengingatkan pada kematian dan akan menambah kebaikan bagi kalian dengan menziarahinya (HR. Muslim).
Meskipun sudah terdapat dalil mengenai anjuran ziarah kubur, praktik ziarah kubur seringkali diidentikkan pada perilaku yang mengarah pada kemusryikan dan bid'ah oleh sebagian kalangan tertentu.
Ziarah Kubur Sebagai Sarana Merawat Peradaban
Terlepas dari polemik tentang boleh atau tidaknya ziarah kubur bagi umat Islam, selama niat ziarah kubur adalah untuk mengingat mati maka hal tersebut sudah sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Disamping mengingatkan kematian, ziarah kubur ternyata bisa dijadikan sebagai sarana untuk merawat peradaban. Ketika melakukan ziarah kubur terkadang menemukan makam-makam kuno yang kemungkinan didalam makam itu terdapat figur atau tokoh penting pada masanya. Kuburan atau makam kuno ada yang terawat dengan baik dan ada juga yang terbengkalai. Dengan melihat makam tersebut,penziarah dapat menggali sekaligus mempelajari sejarah dari orang yang dikuburkan dalam makam itu.
Nabi Muhammad SAW bersabda Uthlubul 'ilma minal mahdi ilal lahdi (tuntulah ilmu dari dalam buaian hingga ke liang lahat). Menurut Yaser Muhammad Arafat, hadis tersebut dapat diartikan dan dijadikan dasar seseorang untuk ziarah ke kuburan dalam rangka menggali pengetahuan dan merawat peradaban.
Langkah-langkah untuk Merawat Makam Kuno dalam Perspektif Arkeologis
ADVERTISEMENT
Jejak peradaban pada makam dapat diketahui dari bentuk nisan, jirat, dokumen tertulis, bangunan dan pohon disekitar makam. Hal tersebut merupakan tinggalan arkeologis yang harus dirawat dan dilestarikan.
Menurut Uka Tjandrasasmita (2009), ada beberapa cara untuk melacak jejak peradaban:
Pertama, melalui pemberitaan orang, baik langsung atau tidak langsung, mengenai temuan yang diduga tinggalan arkeologis.
Kedua, melalui kajian sumber literatur yang mungkin mengandung petunjuk adanya temuan atau pernah adanya temuan yang belum dilakukan penelitian atau kajian dilapangan tentang keadaan sebenarnya. Sumber tersebut dapat dicari arsip, dokumentasi, laporan berita-berita asing, naskah-naskah kuno seperti babad, hikayat, tambo, legenda dan lainnya.
Ketiga, berdasarkan petunjuk-petunjuk adanya tinggalan arkeologis yang dikenali dari sumbermber diatas, mulailah melacak jejak arkeologis tersebut di lapangan.
ADVERTISEMENT
Keempat, setelah jejak atau tinggalan arkeologis atau situsnya di lapangan benar-benar dinyakini termasuk benda cagar budaya, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikutnya, yaitu inventarisasi dan dokumentasi tentang keberadaan atau kondisinya.
Kelima, setelah jejak arkeologis itu diinventarisasi dan didokumentasikan, baru kemudian direncanakan apakah hendak diadakan eskavasi, pemugaran, konservasi, dan pengamanan sesuai dengan tujuan pemanfaatannya sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya Pasal 19, yaitu untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
Dengan memaknai ziarah kubur sebagai sarana merawat peradaban disamping mengingat mati, maka diharapkan bisa memunculkan kesadaran bagi para peziarah atau masyarakat pada umumnya terhadap makam-makam tua yang ada dilingkungan setempat supaya merawat dan melindunginya agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya pemalsuan makam atau silsilah yang disematkan pada golongan tertentu tanpa melalui kajian maupun penelitian berbasis ilmiah.
ADVERTISEMENT