Bangkitkan Literasi Membaca Buku dengan UMKM 'Makan di Tebet'

Faisal Ramzy
Mahasiswa Universitas YARSI - Fakultas Teknologi Informasi Progam Studi Perpustakaan dan Sains Informasi
Konten dari Pengguna
15 Maret 2023 10:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faisal Ramzy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Permasalahan literasi di Indonesia sudah sangat darurat. Menurut BPS minat membaca di Indonesia sangat rendah dengan angka 59,52 atau hanya membaca buku 4-5 jam per minggu. Tak hanya itu, faktanya di Indonesia lebih suka bermain media sosial daripada membaca buku secara fisik maupun nonfisik.
ADVERTISEMENT
Perkembangan arus globalisasi yang akan berkembang memberikan dampak pada perpustakaan sebagai lembaga yang mempunyai fungsi menyediakan berbagai informasi serta meningkatkan minat membaca buku. Perpustakaan perlu membuat inovasi sarana dan prasarana yang menarik bagi pengunjung perpustakaan. Berdasarkan hal itu, salah satu konsep baru yaitu learning commons yang dapat membantu memanfaatkan ruang kosong pada perpustakaan sebagai tempat belajar dan dilengkapi fasilitas yang mendukung kemajuan perpustakaan. Fasilitas tersebut berada didalam gedung supaya mendukung proses belajar di perpustakaan.
Pada konsep learning commons yang dapat meningkatkan rasa keinginan berkunjung bagi pengunjung di perpustakaan adalah menyatukan perpustakaan dengan fasilitas kafe. Hal tersebut akan memberikan kesan yang eksis dan keren di lingkungan masyarakat. Pengunjung juga akan mendapatkan edukasi dan hiburan. Salah satu perpustakaan yang menggunakan konsep tersebut adalah Baca di Tebet/Makan di Tebet.
ADVERTISEMENT
Baca di Tebet menjadikan terobosan untuk minat berkunjung serta minat baca yang memanfaatkan ruangan yang bersatu dengan perpustakaan. Tujuan kolaborasi antara perpustakaan dengan kafe akan memberikan citra yang terlihat elegan dan masa kini, sehingga akan menimbulkan keinginan masyarakat terutama bagi para kalangan pemuda untuk perpustakaan. Kolaborasi perpustakaan dengan kafe bertujuan mengembangkan perpustakaan untuk meningkatkan minat baca serta sebagai sarana untuk berinteraksi satu sama lain. Hal ini bisa diterapkan saat pasca pandemi pada perpustakaan yang sudah tidak pernah dikunjungi saat pandemi. Orang-orang sudah terbiasa beraktivitas diluar, seperti membaca buku di perpustakaan.
Saat pandemi merajalela, seluruh aktivitas dilakukan di rumah saja dan tidak boleh keluar semena-mena tanpa menggunakan masker. Kegiatan membaca buku di Perpustakaan pun ditiadakan karena terserang virus COVID-19. Bukan karena perpustakaan tutup jadi tidak bisa membaca. Kita tetap bisa meningkatkan literasi membaca dengan menggunakan digital. Jika kita tidak suka menggunakan buku digital, kita bisa membeli secara online tanpa harus datang ke toko buku.
ADVERTISEMENT
Kita juga bisa mengirim barang secara online, misalnya membeli sebuah buku. Semenjak adanya pandemi, pengiriman barang secara online meningkat drastis. Salah satunya adalah pengiriman JNE (Jalur Nugraha Ekakurir).
Pelayanan JNE pun sangat banyak dan tak hanya pengiriman di ke nasional saja tetapi sampai ke internasional. Berikut pelayanan yang ada pada JNE.

JNE YES

Pada layanan tersebut kita bisa membeli barang yang ingin secepatnya besok sampai. Jadi, jika orang yang tidak sabar barang tersebut sampai bisa menggunakan layanan tersebut apalagi disaat pandemi dan tidak bisa keluar rumah disaat urgen.

JNE REG (Reguler)

Pelayanan reguler adalah pelayanan yang mengikuti waktu sesuai dengan daerahnya. Jika rumah berada di JABODETABEK dan toko lokasi yang sama, maka barang tersebut bisa terkirim 2 sampai 3 hari. Pada intinya bisa menyesuaikan lokasi rumah dan toko.
ADVERTISEMENT
Pelayanan JNE tak hanya itu saja. Banyak sekali pelayanan-pelayanan yang bisa dilakukan pada JNE pengiriman internasional, pengiriman logistik, bahkan bisa mengirim oleh-oleh untuk makanan di kampung.
Berbicara kembali soal literasi membaca dan membangun sebuah perpustakaan. Jadi, salah satu pembelajaran yang bisa diterapkan adalah ilmu perpustakaan. Perpustakaan juga mempunyai ilmu dengan cara mengolah buku dengan benar, preservasi buku, dan sebagainya. Jarang terdengar oleh kebanyakan orang tetapi mempelajari ilmu perpustakaan banyak ragam untuk dipelajari seperti belajar teknologi hingga kewirausahaan.
Korelasi dari perpustakaan dan kewirausahaan, di antaranya:

Sumber Daya Informasi

Ilmu perpustakaan akan mempelajari cara mengelola sumber daya informasi, termasuk koleksi buku. Hal ini sangat penting untuk kewirausahaan dalam melakukan riset pasar, analisis pesaing, dan bagaimana mengambil keputusan berdasarkan data yang akurat.
ADVERTISEMENT

Keahlian Teknologi

Pada era digital, kewirausahaan sangat bergantung dengan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas bisnis. Ilmu perpustakaan menekankan pada penggunaan teknologi dalam pengelolaan informasi sumber daya perpustakaan. Maka dari itu, ilmu perpustakaan dapat memberikan keahlian teknologi yang diperlukan untuk kewirausahaan.

Inovasi dan Kreativitas

Kewirausahaan sangat perlu membangun inovasi dan kreativitas dalam menciptakan produk dan layanan yang baru dan menarik untuk pelanggan. Ilmu perpustakaan sangat bisa untuk membantu dalam hal tersebut dengan memberikan akses sumber informasi yang dapat memperluas pemahaman dan wawasan ide baru. Contoh inovasi yang bisa diterapkan adalah UMKM Makan di Tebet. UMKM tersebut menyatukan restoran/cafe dengan perpustakaan. Pengunjung akan bisa membeli makanan sambil membaca buku di tempat. Contoh inovasi ini akan menarik bagi para pelanggan untuk menyantap makanan dengan menambah wawasan dengan membaca buku.
ADVERTISEMENT
Salah satu usaha yang sangat unik adalah UMKM 'Makan di Tebet' atau 'Baca di Tebet'. Konsep yang menerapkan restoran yang menyatukan dengan perpustakaan. Jadi, orang-orang yang mengunjungi tempat tersebut bisa menyantap makanan dan minuman serta membaca di sana. Sangat unik terutama pada pemuda zaman sekarang yang suka mendatangi tempat yang estetik dan viral.
Tampak Depan Perpustakaan Baca di Tebet. Sumber: Dokumen Pribadi
Perpustakaan Baca di Tebet (BDT) hadir sebagai tempat alternatif dari ruang publik bersifat konsumerisme. Menurut KBBI, konsumerisme adalah kebijakan atau gerakan untuk melindungi konsumen dengan menata metode standar kerja produsen, penjual dan pengiklan. Jadi, konsumerisme pada UMKM 'Makan di Tebet' menggerakkan kepada masyarakat untuk meningkatkan literasi dengan menyatukan suatu restoran yang unik. Di dunia yang sudah tergila-gila dengan kecanggihan teknologi atau dunia virtual semenjak pandemi tetapi perpustakaan tersebut memilih untuk menghadirkan sebuah perpustakaan berbentuk fisik. Baca di Tebet mengajak untuk berproses walaupun di tengah masyarakat yang mengglorifikasi kehidupan serba instan dan langsung mendapatkan hasil.
Rak buku 'Baca di Tebet'. Foto : Husna Humaira
Baca di Tebet tidak hanya sekedar perpustakaan yang menyimpan banyak sekali buku tetapi untuk mengembangkan pengetahuan serta merawat koleksi pada buku. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan interaksi secara tatap muka bukanlah hanya virtual saja. Dunia virtual tidak akan menghilangkan kebutuhan dasar misalnya bernafas, tidur dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Layanan serta fasilitas 'Baca di Tebet' sebagai berikut:

Ruang Diskusi

Ruang tersebut bergabung dengan kafe UMKM 'Makan di Tebet' yang berada di lantai 1. Selain untuk berdiskusi, tempat ini bisa untuk sekadar rekreasi atau menyantap menu yang ada di kafe.

Ruang Temu Roy B.B Janis

Dalam ruangan ini, pengunjung perpustakaan boleh membawa makanan dan minuman sambil baca dan berdiskusi.

Ruang Baca

Ruang baca 'Baca di Tebet'. Foto : Husna Humaira
Sama dengan tata tertib pada perpustakaan umumnya. Ruangan ini tidak boleh membawa makanan tetapi boleh membawa air mineral. Tempat dengan pemandangan yang indah dan tenang.

Ruang Pikir

Hampir sama dengan ruang baca, hanya dibolehkan untuk membawa air mineral saja serta bisa untuk berdiskusi dengan tenang tanpa adanya distraksi.

Ruang Karya

Ruangan untuk disewakan dengan agenda tertentu. Jadi, tidak sembarangan orang memasuki wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Pengunjung yang mengunjungi tempat tersebut didominasi oleh pemuda, terutama pada mahasiswa yang ingin bersantai sambil mengerjakan tugas. Sangat jarang sekali di Perpustakaan membolehkan makan dan minum di tempat. Konsep UMKM ini bisa membangkitkan kembali para pemuda untuk meningkatkan literasi membaca buku.
Foto Baca di Tebet. Sumber: Dokumen Pribadi.
Perpustakaan Baca di Tebet mendekorasi dengan konsep perpustakaan yang millenial serta terlihat estetik. Pustakawan yang bekerja di sana terlihat lebih serius dalam membangun tata kelola dalam perpustakaanya. Mengunjungi Perpustakaan Baca di Tebet dan UMKM Makan di Tebet hanya membayar 35k saja. Kita bisa membaca sepuasnya sambil berekreasi. Untuk cara pendaftaran kalian bisa mengunjungi website bacaditebet.id
Kalian bisa mengunjungi 'Makan di Tebet' dengan alamat Jalan Tebet Barat Dalam Raya No.29. Jika kalian menggunakan transportasi umum, kalian bisa turun di Stasiun Cawang dan menggunakan transportasi online. Jika kalian ingin hemat, kalian bisa berjalan kaki sekitar 2 km melewati Tebet Eco Park.
Tampak Depan Perpustakaan Baca di Tebet. Sumber: Dokumen Pribadi.
Ayo ramaikan UMKM Indonesia 'Makan di Tebet' atau istilahnya 'Baca di Tebet' supaya berkembang kembali. Jarang sekali kedai kafe restoran yang mempunyai konsep perpustakaan. Konsep tersebut bertujuan bagi para pengunjung bisa menyantap makanan dan minuman serta membaca buku dengan santai.
ADVERTISEMENT

Sumber

Pitri, Uci Elisa. "Libri cafe: Kolaborasi kafe dan perpustakaan sebagai sarana learning commons dalam upaya meningkatkan literasi informasi pemustaka:(Studi Kasus Perpustakaan Universitas Syiah Kuala)." IJAL (Indonesian Journal of Academic Librarianship) 5.1 (2021): 9-18.
https://dataindonesia.id/ragam/detail/minat-baca-masyarakat-yogyakarta-paling-tinggi-pada-2021
#JNE32tahun#JNEBangkitBersama#jnecontentcompetition2023 #ConnectingHappiness