Manggarai Station of Madness

Faisal Ramzy
Mahasiswa Universitas YARSI - Fakultas Teknologi Informasi Progam Studi Perpustakaan dan Sains Informasi
Konten dari Pengguna
13 Februari 2023 13:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faisal Ramzy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana kepadatan penumpang di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (30/5/2022). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kepadatan penumpang di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (30/5/2022). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Kegilaan di Stasiun Manggarai memang meresahkan. Terutama bagi karyawan yang setiap harinya harus melewatinya untuk berangkat atau pulang kerja. Belum lagi mereka harus transit antara kereta (KRL) satu ke kereta lain.
ADVERTISEMENT
Stasiun Manggarai memang sudah semakin madness hingga sekarang. Nyaris tak ada celah, bejubel dipenuhi orang-orang yang menunggu kereta. Tak jarang dari mereka hingga berlari-larian mengejar kereta biar tidak telat se-per sekian detik.
Orang-orang yang menaiki KRL di Stasiun Manggarai pun merasa bodo amat dengan penuhnya peron dan kereta. Sekalipun kereta terlihat penuh, namun mereka masih saja memaksa untuk masuk. Katanya biar lebih cepat, tapi terlihat pengap.
Orang-orang di sana juga tidak bisa menaati peraturan seperti main masuk kereta saja. Padahal orang yang mau turun saja belum sempat menginjakkan kaki di peron. Pun dengan para pengguna eskalator yang seharusnya di sisi kiri untuk diam dan kanan mendahului. Bagian kanan malah diam saja sehingga membuat antrean yang sangat banyak.
Ilustraso Gerbong Kereta. Foto : Dokumen Pribadi
Saya mengalami seperti ini saat saya menjadi mahasiswa. Waktu itu, saya ingin ke rumah teman saya yang berada di Sentiong pada sore hari. Saya berangkat dari Stasiun Nambo hingga Stasiun Gangsentiong.
ADVERTISEMENT
Saat saya ingin transit di Manggarai, baru saja keluar gerbong sudah diadang oleh segerombol orang-orang yang tidak patuh aturan. Saya susah untuk turun dan dipaksa untuk mundur pada pintu tersebut. Akan tetapi, saya berhasil keluar walaupun diadang oleh kebanyakan orang.
Setelah itu, saya ingin menaiki Stasiun tujuan Jatinegara. Namun, ampasnya adalah banyak sekali orang-orang yang menunggu di sana hingga seluruh rangkaian kereta terlihat sangat penuh.
Langit sudah mulai gelap dan saya masih di Stasiun Manggarai yang penuh drama. Daripada saya menunggu lama untuk ke Jatinegara, saya terpaksa untuk menaiki ojek online. Untung saja ongkosnya murah, di bawah Rp15.000. Akhirnya aku pun sampai tujuan.
Ilustrasi Keramaian Stasiun Manggarai. Foto: Dokumen Pribadi
Cerita lain, saat saya ingin pulang ke rumah saya yang terletak di Bogor pinggiran. Saya harus cepat-cepat untuk mengejar jadwal Stasiun Nambo sebab jarang sekali lewat. Hanya 2 jam sekali untuk rute Stasiun Nambo.
ADVERTISEMENT
Saya pergi ke Stasiun Tebet dengan menaiki ojol dari mal sehabis nonton film di Bioskop. Ampasnya, baru saja saya tap kartu, kereta rute Nambo sudah datang. Saya berlari-lari dengan membawa tas yang cukup berat dan pada akhirnya saya tertinggal.
Kekesalan saya ditinggal kereta tujuan Nambo. Daripada saya menunggu lama, saya langsung pergi ke Stasiun Bojonggede saja. Walaupun saya mengeluarkan uang banyak untuk memesan ojek online yang penting saya selamat dari ramainya kereta yang pengap. Saya hampir pingsan akibat dorong-dorongan.
Masih banyak lagi cerita saya dan Manggarai yang ramai dengan hiruk pikuk dan keruwetannya. Padahal, aturan-aturan pada kereta sudah tertera pada tiap rangkaian kereta bahwa dahulukan yang turun. Lalu, pada eskalator jalur kanan untuk mendahului dan kiri diam. Bukan dua-duanya diam begitu saja. Walaupun sepele, tetapi itu patut dipatuhi.
ADVERTISEMENT