Konten dari Pengguna

Mimpi Bagaikan Bintang di Langit Malam

Faisal Ramzy
Mahasiswa Universitas YARSI - Fakultas Teknologi Informasi Progam Studi Perpustakaan dan Sains Informasi
19 Februari 2023 15:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faisal Ramzy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Langit Malam dan Bintang. Graphic by Canva
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Langit Malam dan Bintang. Graphic by Canva
ADVERTISEMENT
Semua orang pasti mempunyai banyak mimpi. Mimpi ingin menikah usia muda, sukses, lulus cumlaude, mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, dan sebagainya. Namun, apakah mimpi-mimpi itu mudah untuk digapai? Tentu tidak. Mimpi akan tercapai jika kita terus berusaha menjadi pribadi yang baik serta menjadi orang yang berguna. Jika kita hanya bermalas-malasan dan hanya berkhayal serta hanya memikirkan "Rezeki itu datang sendiri". Mimpi itu akan sulit digapai bagaikan bintang di langit malam.
ADVERTISEMENT
Mimpiku saat masih anak-anak salah satunya adalah ingin menjadi seorang polisi. Walaupun saya orang yang cengeng tetapi saya tetap tegar untuk menjadi seorang polisi yang gagah dan beribawa.
Saat saya masih anak-anak, saya terlalu dimanja ingin dibelikan barang yang tidak perlu. Saya sering membeli kaset kartun yang berjudul "Tom and Jerry". Sampai saya beranjak remaja setengah dewasa, istilahnya anak SMA. Saya sudah takut untuk meminta yang tidak perlu saya beli, saya juga sudah mulai untuk menabung untuk membeli sesuatu yang saya inginkan dan impikan. Barang tersebut adalah Kamera. Namun, apa daya yang saya lemah iman dalam hal jajan hingga uang saya terseret habis dan harus mengumpulkan uang dengan susah payah.
ADVERTISEMENT
Ketakutan bagi saya adalah pupusnya mimpi-mimpi yang ada di benak pikiran saya. Banyak sekali mimpi-mimpi yang ingin saya gapai tetapi beberapa hangus sebab tidak tercapai. Salah satu mimpi yang saya harapkan bukanlah membahagiakan orang tua. Sebagai anak, membahagiakan orang tua itu sangat harus kita lakukan dan jangan sampai membuat orang tua dibuat kecewa. Harapan saya adalah menjadi seorang penulis ataupun karyawan yang ada di SCBD. Jadi dosen juga menjadi mimpi saya untuk mengajar kepada anak-anak mahasiswa. Namun, apakah aku bisa menggapai itu semua? Bisa iya, bisa juga tidak, karena tidak semua mimpi akan bisa tercapai jika kita tidak berusaha semaksimal mungkin.
Saya ditakutkan saat saya masih menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dimana kepolosan saya sudah menghilang akibat salah memilih pertemanan. Harapan dan kehidupan saya mulai berantakan saat kelas 8 dengan maraknya trending bullying dan penindasan. Akibat dari hal itu, saya merasa kepercayaan diri mulai menghilang dan sudah mulai bermalas-malasan untuk bersekolah. Walaupun saya ditindas selama satu tahun, guru-guru disana bisa membantu saya untuk kuat. Orang tua saya pun mengatakan hal yang sama kepada saya. Saat itu, saya sudah bisa bertahan walaupun diterjang hujan air mata. Hingga saya lulus, saya mempunyai keinginan untuk berubah dan membuka lembaran baru di SMA.
ADVERTISEMENT
Saat saya SMA, saya masih mengingat dejavu saya bahwa pernah dijauhi karena tidak goodlooking dan terlihat cupu. Namun, perspektif saya meleset, saya dibuat senang saat saya SMA dengan pertemanan yang cukup sehat daripada sebelumnya. Mengikuti organisasi saat SMA juga mungkin bisa merubah saya menjadi lebih baik. Saya memilih rohis dan klub ekonomi sebagai organisasi saya yang diikuti. Pertemanan di organisasi pun sangat baik dan membuat saya tersenyum kembali dari suramnya zaman anak baru puber. Dengan mengikuti acara-acara saat SMA sudah bisa melupakan cerita masa lampau bahkan cerita saat SD yang tidak mengesankan.
Pandemi pun menyerang yang membuat pembelajaran serba online. Saya yang mendengarnya cukup senang karena banyaknya tugas yang hampir pusing tujuh keliling. Akan tetapi, sudah hampir satu semester pembelajaran masih saja online yang membuat kangen berkumpul bareng teman-teman. Jalan-jalan untuk perpisahan pun dibatalkan. Padahal, perpisahan adalah yang kutunggu-tunggu sebagai kenangan manis. Maka dari itu, teman-teman saya membuat acara bakar-bakaran.
Foto Bersama teman SMA. Foto: Dokumen Pribadi
Sampai saya menduduki bangku kuliah semester satu pembelajaran pun masih online. Padahal, harapan bagi saya adalah ingin bertemu teman-teman di kampus. Diriku juga berfikir "Mengapa pandemi sampai sepanjang dan separah ini, online 2 tahun sudah cukup berat bagi saya". Pada saat itu, senangnya saya bisa berkumpul dengan teman-teman saya di Perpustakaan Nasional Merdeka Selatan yang membuat saya bisa bersosialisasi kepada orang luar.
Foto diri sendiri. Foto ; Dokumen Pribadi
Mimpi-mimpi saya pun tercapai dengan pertemanan yang sehat daripada pertemanan sebelumnya. Apakah karena pada faktor umur kedewasaan yang membuat pola fikir berubah? Memang benar dan terjadi kepada saya sendiri. Seolah pola berfikir saya mulai ada sedikit perubahan pada perkuliahan dan berkembang pada awal semester. Namun, apakah aku bisa kuat untuk menghadapi semester selanjutnya?
ADVERTISEMENT