Perilaku 'Sok Caper' di Dunia Pendidikan

Faisal Ramzy
Mahasiswa Universitas YARSI - Fakultas Teknologi Informasi Progam Studi Perpustakaan dan Sains Informasi
Konten dari Pengguna
15 Juni 2023 18:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faisal Ramzy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Taylor Flowe on Unsplash. School
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Taylor Flowe on Unsplash. School
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada dunia pendidikan, fenomena yang sering kita jumpai adalah adanya suatu individu atau kelompok yang sering menunjukkan perilaku “caper” atau cari perhatian kepada seseorang. Istilah kata “sok caper” mengacu pada sikap dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk terlihat lebih keren, hebat, atau superior di hadapan orang lain, terutama dalam konteks pendidikan. Walaupun sikap tersebut mungkin dilakukan dengan niat baik, tetapi seringkali istilah tersebut menjadi hambatan bagi perkembangan dan proses pembelajaran yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Satu contoh yang sering terjadi di dunia pendidikan adalah ketika seseorang yang terlalu fokus pada nilai akademik semata dan mendapatkan pengakuan dari pengajar dan teman sebaya. Mungkin, mereka berusaha untuk selalu terlihat pintar dan menonjol di kelas, namun sebenarnya mereka tidak benar-benar memahami materi yang sedang dipelajari. Mereka hanya mengejar nilai tinggi sebagai simbol prestige atau kehormatan, bukan karena minat atau pemahaman yang mendalam.
Di sisi lain, kompetisi yang terlalu fokus pada keunggulan pribadi juga dapat menciptakan ketidakseimbangan dan merusak hubungan sosial antar siswa. Sikap egois yang muncul akibat “sok caper” dapat menghambat terbentuknya kerja sama dan empati antar siswa. Belajar seharusnya merupakan proses kolaboratif di mana siswa saling membantu dan mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.
Raise hand. Photo by Artem Maltsev on Unsplash.
Selain itu, istilah tersebut juga bisa muncul dalam hubungan antara guru dan siswa. Sebagai pengajar yang terjebak dalam “sok caper” terlalu berfokus pada penampilan dan kekuasaannya sebagai seorang pendidik, daripada memberikan pengajaran yang bermakna kepada siswa. Mereka lebih mementingkan kehadiran dan popularitas mereka daripada memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan dan kemajuan individu siswa.
ADVERTISEMENT
Dampak negatif yang perlu diwaspadai terhadap perilaku tersebut adalah sikap “sok caper” yang berpusat pada pencapaian semata dapat membuat seseorang melupakan esensi sebenarnya dalam proses belajar. Mereka akan terkenal dalam siklus haus pujian. Tidak memahami atau menghargai materi yang sedang dipelajari. Alhasil, mereka hanya memiliki pengetahuan yang dangkal dan rentan terhadap kesulitan di masa depan.
Namun, perilaku tersebut mempunyai dampak positif. Perilaku “sok caper” bisa menjadi motivasi untuk kita berkembang di dunia pendidikan. Seperti, ada siswa yang ingin terlihat pintar di kelas, jadi mereka akan rajin belajar dan membaca buku yang rajin. Meskipun niat awalnya mungkin “sok caper”. Akan tetapi usaha mereka bisa menghasilkan peningkatan kemampuan dan pengetahuan yang berguna.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi fenomena sok caper di dunia pendidikan, penting bagi kita semua baik siswa maupun guru untuk memiliki kesadaran diri. Kita harus memahami bahwa proses belajar itu lebih penting daripada hanya mencapai prestasi yang kelihatan. Belajar itu tentang pemahaman dan pengetahuan, bukan soal pengakuan.
Dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat, pendekatan yang berbasis kolaborasi dan kerja sama harus ditekankan. Guru berperan sebagai fasilitator untuk menciptakan atmosfer yang kondusif untuk belajar, di mana siswa didorong untuk saling membantu dan bekerja sama. Penting juga bagi guru untuk memberikan perhatian yang cukup kepada kebutuhan individu siswa, sehingga mereka merasa didengar, dihargai, dan didorong untuk mengembangkan minat bakat mereka
Jadi, kita harus lebih peduli dengan proses belajar dan perkembangan kita sendiri. Sikap yang lebih positif dan kolaboratif akan membantu kita tumbuh berkembang dengan baik di lingkungan pendidikan. Dengan kesadaran diri yang sehat dan semangat belajar yang benar, kita dapat mencapai pencapaian yang bermakna dan meraih kesuksesan sejati dalam dunia pendidikan.
ADVERTISEMENT