Konten dari Pengguna

Perbandingan Gaya Kepemimpinan Prabowo Subianto, Joko Widodo, dan Lee Kuan Yew

Bung Fai
Peneliti Lembaga Pendidikan Politik Dignity Politica / Magister Ilmu Komunikasi Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta
17 Oktober 2024 5:57 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bung Fai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://kumparan.com/kumparanbisnis/sri-mulyani-pertemuan-jokowi-prabowo-jadi-contoh-untuk-generasi-muda-1rSvi6u9hjx
zoom-in-whitePerbesar
https://kumparan.com/kumparanbisnis/sri-mulyani-pertemuan-jokowi-prabowo-jadi-contoh-untuk-generasi-muda-1rSvi6u9hjx
ADVERTISEMENT
Indonesia berada pada titik penting dalam sejarahnya, di mana kepemimpinan yang kuat dan visioner sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan globalisasi, ketidakpastian ekonomi, dan perubahan geopolitik. Dua figur utama yang menjadi sorotan adalah Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
ADVERTISEMENT
Keduanya memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, namun masing-masing membawa pendekatan unik untuk memajukan Indonesia. Jika Prabowo sering dibandingkan dengan pemimpin visioner seperti Lee Kuan Yew, bagaimana jika kita juga bandingkan potensi kepemimpinannya dengan Jokowi?
1. Kepemimpinan yang Kuat dan Tegas
Lee Kuan Yew dikenal karena kepemimpinan yang sangat tegas dan berani mengambil keputusan besar, meskipun terkadang kontroversial. Prabowo juga menunjukkan ciri kepemimpinan yang kuat dengan latar belakang militer dan pendekatan tegas terhadap keamanan dan stabilitas nasional. Ia percaya bahwa kekuatan politik yang tegas diperlukan untuk menciptakan fondasi yang kokoh bagi pembangunan ekonomi di Indonesia.
Sementara itu, Jokowi dikenal dengan pendekatan kepemimpinan yang lebih demokratis dan merangkul rakyat. Ia sering mendengarkan aspirasi masyarakat di lapangan dan mendorong pendekatan "blusukan" untuk mendekatkan dirinya dengan rakyat. Jokowi juga lebih memilih untuk memfasilitasi konsensus dan kerja sama daripada menggunakan pendekatan yang lebih keras. Meskipun Jokowi membawa stabilitas politik, gaya kepemimpinan ini sering dianggap kurang tegas dalam hal pengambilan keputusan yang mendesak, terutama terkait reformasi struktural.
ADVERTISEMENT
2. Fokus pada Pembangunan Ekonomi
Lee Kuan Yew berhasil membangun Singapura sebagai kekuatan ekonomi global dengan fokus pada perdagangan internasional dan investasi asing. Prabowo juga menunjukkan pandangan ekonomi yang inklusif, terutama terkait pertanian, industri, dan infrastruktur. Prabowo menekankan pentingnya peningkatan kesejahteraan petani dan pengembangan industri dalam negeri untuk menciptakan kemandirian ekonomi, serupa dengan strategi Lee yang pragmatis dalam membangun perekonomian Singapura.
Di sisi lain, Jokowi telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam bidang infrastruktur. Selama masa kepemimpinannya, Indonesia melihat pembangunan besar-besaran dalam bentuk jalan tol, pelabuhan, dan bandara baru. Proyek-proyek infrastruktur ini menjadi salah satu pencapaian utama Jokowi.
Namun, fokus Jokowi yang kuat pada pembangunan infrastruktur belum sepenuhnya menyelesaikan masalah fundamental seperti ketimpangan ekonomi dan daya saing industri. Prabowo, di sisi lain, bisa memberikan perhatian lebih pada sektor-sektor produktif seperti pertanian dan manufaktur.
ADVERTISEMENT
3. Penekanan pada Nasionalisme dan Identitas Bangsa
Lee Kuan Yew sangat menekankan pentingnya nasionalisme dalam mempersatukan Singapura yang plural. Ia berhasil menjaga kohesi sosial di negara yang multi-etnis. Prabowo juga dikenal dengan retorika nasionalismenya yang kuat. Ia sering menekankan kemandirian nasional dan mengangkat isu kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, dengan fokus pada menjaga warisan budaya sambil membawa negara menuju modernisasi.
Jokowi juga memiliki pandangan nasionalisme, namun dalam bentuk yang lebih pragmatis. Kebijakan Jokowi dalam mengedepankan pembangunan infrastruktur dan membuka pasar bagi investasi asing menunjukkan bahwa ia lebih fleksibel dalam menjaga keseimbangan antara nasionalisme dan keterbukaan terhadap globalisasi. Ia sering dipuji karena mampu memproyeksikan Indonesia di panggung internasional sebagai negara yang terbuka dan ramah terhadap kerja sama global.
ADVERTISEMENT
4. Kebijakan Anti-Korupsi dan Good Governance
Lee Kuan Yew sangat keras terhadap korupsi, yang menjadi fondasi bagi tata kelola pemerintahan yang bersih di Singapura. Dalam hal ini, baik Prabowo maupun Jokowi memiliki visi yang sama. Prabowo menekankan perlunya reformasi hukum dan pemberantasan korupsi yang lebih tegas, sebuah elemen penting dalam memastikan pemerintahan yang efisien dan adil.
Jokowi telah memimpin upaya reformasi birokrasi dan penegakan hukum yang cukup signifikan, namun sering kali kebijakan anti-korupsi di era Jokowi mendapat kritik karena kurangnya konsistensi, terutama dalam beberapa kasus besar. Upaya penegakan hukum yang terkesan lambat dan kasus melemahnya KPK selama masa pemerintahannya menjadi salah satu catatan negatif.
5. Modernisasi Infrastruktur dan Teknologi
Singapura di bawah Lee Kuan Yew dikenal sebagai negara dengan infrastruktur dan teknologi yang sangat maju. Di bawah Jokowi, Indonesia telah melakukan lompatan besar dalam pembangunan infrastruktur fisik, seperti jaringan tol trans-Sumatra dan Jawa, serta pengembangan pelabuhan dan bandara. Namun, Prabowo menekankan bahwa selain infrastruktur fisik, Indonesia juga harus meningkatkan teknologi dan inovasi untuk bersaing dalam ekonomi global. Jika Prabowo memimpin, mungkin akan ada penekanan lebih besar pada pengembangan teknologi dan peningkatan daya saing industri berbasis inovasi.
ADVERTISEMENT
6. Posisi Geopolitik yang Strategis
Lee Kuan Yew memanfaatkan posisi strategis Singapura di jalur perdagangan internasional untuk menjadikan negaranya sebagai pusat logistik global. Prabowo juga menyadari pentingnya posisi strategis Indonesia sebagai negara maritim, dengan ribuan pulau yang menghubungkan dua samudra dan dua benua. Ia telah berulang kali menekankan perlunya memperkuat angkatan laut Indonesia untuk menjaga kedaulatan dan meningkatkan perdagangan maritim.
Sementara itu, Jokowi juga menyadari potensi besar ini dan telah meluncurkan visi "Poros Maritim Dunia." Kebijakan ini berfokus pada penguatan sektor maritim, namun implementasinya masih menghadapi tantangan, terutama dalam hal regulasi dan kapasitas sumber daya manusia.
7. Kesimpulan
Baik Prabowo maupun Jokowi memiliki pendekatan yang berbeda dalam memimpin Indonesia menuju masa depan. Prabowo, dengan gaya kepemimpinan yang tegas dan nasionalistik, dapat mengambil inspirasi dari Lee Kuan Yew untuk membangun Indonesia menjadi negara yang kuat, mandiri, dan berdaya saing global. Fokus Prabowo pada stabilitas, kemandirian ekonomi, dan pemberantasan korupsi menunjukkan kesamaan dengan visi Lee Kuan Yew yang membawa Singapura menuju kemajuan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Jokowi telah membawa perubahan signifikan, terutama dalam bidang infrastruktur dan diplomasi internasional. Namun, fokus yang terlalu besar pada infrastruktur fisik terkadang mengabaikan kebutuhan reformasi struktural di sektor lain seperti industri dan pemberantasan korupsi yang lebih konsisten.
Jika Prabowo mampu menerapkan visi yang mirip dengan Lee Kuan Yew, Indonesia bisa menjadi negara yang lebih maju dan stabil secara ekonomi dan politik. Sementara itu, Jokowi telah membuka jalan dengan fondasi yang kuat di sektor infrastruktur, yang bisa menjadi dasar bagi pembangunan lebih lanjut di masa depan.