Konten dari Pengguna

Aktualisasi Nilai-Nilai Ketauhidan dalam Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Faishal Hafizh
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
22 September 2024 15:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faishal Hafizh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan tradisi umat Islam yang dirayakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah. Sebagai wujud kecintaan dan penghormatan umat terhadap Rasulullah SAW yang diutus oleh Allah SWT sebagai pembawa risalah tauhid. Ketauhidan yang diwujudkan dalam perayaan ini menjadi nilai yang diaktualisasikan oleh umat Islam, mereka diingatkan akan hakikat keesaan Allah yakni tauhid dan peran Nabi Muhammad saw sendiri sebagai utusan Allah.
ADVERTISEMENT
Cinta kepada Nabi sebagai manifestasi Cinta kepada Allah
Salah satu ajaran utama Islam adalah mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya. Maulid Nabi memberi umat Islam kesempatan untuk menunjukkan cinta dan penghormatan mereka kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan teladan sempurna dalam beribadah kepada Allah. Namun, cinta kepada Nabi harus dipahami sebagai bagian dari cinta kepada Allah SWT karena Nabi Muhammad SAW adalah pembawa wahyu Ilahi, dan mencintai Nabi berarti mengikuti ajarannya serta meneladani kehidupannya yang sepenuhnya berlandaskan pada tauhid.
Aktualisasi nilai cinta kepada Nabi sebagai bagian dari tauhid dalam perayaan Maulid terlihat melalui mengikuti Sunnah Nabi. Perayaan Maulid adalah sarana untuk mengingat dan mengamalkan sunnah dan ajaran Nabi. Selain itu, peringatan Maulid mendorong umat Islam untuk menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik dalam hal ibadah, akhlak, maupun hubungan sosial. Peringatan ini mendorong orang-orang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan meningkatkan kualitas ibadah mereka, seperti shalat, berzikir, dan bershalawat.
ADVERTISEMENT
Menghindari praktik yang menyimpang dalam perayaan Maulid
Praktik menyimpang dalam pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad SAW merujuk pada tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh sebagian umat Islam dalam peringatan Maulid, namun tidak sesuai dengan ajaran Islam atau melanggar prinsip-prinsip syariah. Meskipun perayaan Maulid Nabi pada dasarnya bertujuan untuk memperingati kelahiran Nabi dan mengekspresikan kecintaan kepada Rasulullah, beberapa praktik bisa menjadi menyimpang apabila mengandung unsur yang tidak dibenarkan dalam agama.
Meskipun mencintai dan menghormati Nabi Muhammad SAW adalah bagian dari iman, memuji Nabi secara berlebihan hingga menyamakan atau mendekatkannya dengan derajat ketuhanan dianggap menyimpang dari ajaran tauhid. Beberapa orang melakukan hal ini karena mereka percaya bahwa Nabi memiliki sifat-sifat ketuhanan atau kekuatan untuk membantu seseorang secara mandiri, tanpa bantuan Allah. Dalam beberapa momentum, Saya pernah mengikuti acara Maulid yang berlangsung terlalu lama sehingga mengabaikan waktu shalat atau tidak memberikan cukup waktu bagi peserta untuk melakukan ibadah wajib pada waktunya. Ini bertentangan dengan keyakinan Islam yang menyatakan bahwa kewajiban ibadah harus tetap diutamakan, bahkan saat perayaan dilakukan.
ADVERTISEMENT
Perayaan Maulid, bukan sekadar tradisi seremonial, melainkan momen penting untuk mengaktualisasikan nilai-nilai ketauhidan dalam kehidupan umat Islam. Dengan mengingat perjuangan Nabi dalam menegakkan tauhid, umat diharapkan semakin menguatkan keimanan dan ketakwaan mereka kepada Allah SWT, serta menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam menjalani kehidupan yang berlandaskan pada ajaran tauhid. Semangat tauhid yang dihidupkan dalam perayaan Maulid ini diharapkan dapat terus berlanjut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ajaran Islam tetap tegak dan kokoh di tengah-tengah umat.
Oleh : Faishal Hafizh, mahasiswa UIN Bandung