Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.3
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Keuangan Berkelanjutan Indonesia 2025: Langkah Nyata atau Sekadar Wacana?
19 Maret 2025 12:51 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Faiz Ajhar Arundaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Indonesia terus berupaya memperkuat komitmennya dalam mengembangkan keuangan berkelanjutan sebagai upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan ramah lingkungan. Peta Keuangan Berkelanjutan Tahap II (2021–2025), yang disusun oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menjadi landasan strategis dalam mendorong sektor jasa keuangan untuk beralih menuju praktik yang lebih berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Pada 11 Februari 2025, OJK meluncurkan Taksonomi untuk Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) Versi 2. TKBI ini mencakup sektor-sektor baru seperti konstruksi, real estate, transportasi, serta sebagian sektor kehutanan dan perkebunan kelapa sawit. Pengembangan ini diharapkan dapat memperluas cakupan aktivitas ekonomi yang mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan dan transisi menuju ekonomi hijau.
Pemerintah Indonesia menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 dengan alokasi belanja negara sebesar Rp3.621,3 triliun. Kebijakan belanja ini salah satunya diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, termasuk melalui efisiensi belanja nonprioritas dan penguatan belanja modal untuk transformasi ekonomi.
Dan pada bulan Februari 2025, pemerintah meluncurkan Dana Anagata Nusantara Indonesia (Danantara Indonesia), sebuah sovereign wealth fund baru yang akan mengelola lebih dari USD 900 miliar aset untuk investasi di bidang pengolahan mineral, energi terbarukan, kecerdasan buatan, hingga produksi pangan berkelanjutan. Danantara Indonesia diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8%.
ADVERTISEMENT
Melalui Asian Development Bank (ADB) menyetujui pinjaman sebesar $500 juta untuk Indonesia pada September 2024. Dana ini ditujukan untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara dan meningkatkan investasi di sektor energi terbarukan, sejalan dengan target net-zero emissions pada tahun 2060.
Hingga saat ini, Indonesia menunjukkan kemajuan signifikan dalam menangani Keuangan berkelanjutan. Menurut International Monetary Fund (IMF), Indonesia berhasil mencapai posisi 8 sebagai ekonomi terbesar di dunia, mengalahkan negara-negara maju seperti Prancis dan Inggris. Pencapaian ini mencerminkan pertumbuhan yang signifikan di tengah tantangan global.
Selain itu, dari rangking perguruan tinggi yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM) menduduki peringkat 383 dunia dan peringkat 1 di Indonesia dalam QS Sustainability Ranking 2025, meningkat dari peringkat 476 dunia pada tahun sebelumnya. Peringkat ini berbasis pada pilar keberlanjutan yang terdiri atas dampak lingkungan, sosial, dan tata kelola.
ADVERTISEMENT
Meskipun terdapat kemajuan, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam implementasi keuangan berkelanjutan. Beberapa tantangan tersebut meliputi kebutuhan akan kejelasan lebih lanjut dalam implementasi Peta Keuangan Berkelanjutan Tahap II, serta ancaman dan peluang yang perlu diidentifikasi untuk memastikan keberhasilan implementasi.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Peningkatan literasi keuangan berkelanjutan, penguatan regulasi, dan pengawasan yang ketat dapat mencegah praktik greenwashing serta memastikan bahwa inisiatif hijau benar-benar memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Selain itu, pengembangan produk dan layanan keuangan inovatif yang mendorong keberlanjutan, serta kolaborasi yang lebih erat antar pemangku kepentingan, sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia optimistis mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif, menciptakan lapangan kerja hijau, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Keuangan berkelanjutan bukan hanya menjadi instrumen pertumbuhan ekonomi, tetapi juga sarana mencapai kemaslahatan umat dan menjaga keberlanjutan lingkungan untuk generasi mendatang.***
ADVERTISEMENT
Faiz Ajhar Arundaya, mahasiswa Sarjana Ekonomi UMY.