Konten dari Pengguna

Menghadapi Tantangan Hidup dengan Stoisisme: Filosofi Ketabahan dan Pengendalian

Faiz Rahman
Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. IG & threads: faiz.r9 Email: [email protected]
8 Oktober 2024 10:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faiz Rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: tampak luar (cover) buku "Hening Adalah Kunci Terpenting" karya Ryan Holiday.
zoom-in-whitePerbesar
Foto: tampak luar (cover) buku "Hening Adalah Kunci Terpenting" karya Ryan Holiday.
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda mengalami kejadian yang membuat marah dan kesal, seperti terjebak macet di pagi hari ketika hendak bekerja, padahal Anda harus tiba tepat waktu agar gaji tidak dipotong? Atau, sebagai seorang mahasiswa, pernahkah Anda merasa frustasi ketika sudah bersiap-siap berangkat lebih awal agar tidak terlambat ke kelas, namun di tengah jalan ban motor Anda bocor? Situasi-situasi seperti ini memang bisa membuat emosi naik. Namun, pernahkah Anda mendengar tentang konsep stoisisme yang dicetuskan oleh Zeno dari Citium? Pada artikel kali ini, kita akan membahas bagaimana konsep stoisisme dapat membantu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan mengajarkan kita untuk menerima hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.
ADVERTISEMENT
Apa Itu Stoisisme?
Stoisisme pertama kali diperkenalkan pada abad ke-3 SM oleh Zeno, seorang filsuf Yunani yang lahir sekitar tahun 334 SM di Citium, Siprus. Zeno mendalami filsafat setelah kehilangan kapal dagangnya dan bertemu dengan seorang filsuf Cynic bernama Crates dari Thebes. Dari peristiwa ini, Zeno mulai merumuskan pemikiran tentang bagaimana manusia dapat hidup bahagia dengan cara menerima keadaan dan menjaga ketenangan batin, yang dikenal dengan ajaran Stoisisme.
Konsep Ketabahan dalam Stoisisme
Dalam ajaran stoik, ketabahan (resilience) adalah kemampuan untuk tetap tenang, sabar, dan kuat saat menghadapi kesulitan. Ketabahan ini mendorong seseorang untuk terus berusaha meskipun dihadapkan pada rintangan, sambil tetap menjaga keseimbangan emosi dan pikiran. Berikut adalah beberapa cara untuk mengimplementasikan konsep ketabahan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
1. Menerima Kenyataan
Salah satu prinsip utama dalam Stoisisme adalah menerima kenyataan atau yang dikenal dengan istilah amor fati (cinta terhadap nasib). Ketika Anda menghadapi situasi yang tidak dapat diubah, seperti terjebak macet atau kerusakan kendaraan, lebih baik menerima dan fokus pada apa yang bisa Anda kendalikan—reaksi dan tindakan Anda. Mengeluh atau marah tidak akan mengubah keadaan. Dengan menerima keadaan, Anda akan merasa lebih tenang dan bisa memikirkan langkah-langkah yang lebih efektif.
2. Mengendalikan Emosi
Prinsip lain dalam Stoisisme adalah pengendalian diri. Ketika menghadapi stres atau masalah, usahakan untuk tetap tenang dan rasional. Daripada tenggelam dalam kemarahan atau kesedihan, lebih baik Anda mencari solusi dari masalah yang ada. Pada dasarnya, kita tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi di luar kendali kita, tetapi kita bisa mengendalikan bagaimana kita merespons situasi tersebut.
ADVERTISEMENT
3. Melihat Masalah Sebagai Peluang
Ketika menghadapi kesulitan, cobalah melihatnya sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Misalnya, ketika terjebak macet, Anda bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk mendengarkan podcast atau buku audio yang dapat menambah wawasan. Dalam Islam, konsep ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 216, yang artinya: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."
4. Berbicara dengan Diri Sendiri
Dialog internal yang positif sangat penting untuk menjaga prinsip-prinsip stoik dalam diri kita. Afirmasi seperti, "Saya harus mengendalikan emosi saya. Marah tidak akan mengubah keadaan, lebih baik saya tenang dan mencari solusi," dapat membantu kita tetap kuat dan fokus dalam menghadapi tantangan. Apa yang kita katakan pada diri sendiri dapat mempengaruhi pikiran dan tindakan kita.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan: Sederhanakan Hidup
Sebenarnya, hidup itu sederhana; kamulah yang membuatnya rumit. Misalnya, ketika sedang berkendara dan mendapati jalan terhalang oleh tenda pesta, daripada marah, lebih baik putar balik dan cari jalan alternatif. Atau ketika dipecat dari pekerjaan, jangan terlarut dalam kesedihan. Fokuslah pada pengembangan diri dan peningkatan keterampilan, karena ketika kualitas diri meningkat, banyak peluang yang akan datang.
Stoisisme bukan berarti pasrah, melainkan menerima dengan bijaksana apa yang tidak bisa kita kendalikan, dan fokus pada hal-hal yang bisa kita ubah. Ini adalah filosofi yang dapat membantu kita menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia, terutama di tengah ketidakpastian hidup.
Jadi, mulai sekarang, hadapilah segala sesuatu dengan ketabahan dan pengendalian diri. Dengan begitu, Anda akan menemukan kedamaian di tengah badai.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka:
1. Russell, Bertrand. The History of Western Philosophy. New York: Simon & Schuster, 1945.
2. Holiday, Ryan. Hening adalah Kunci Terpenting. Jakarta: Bentang Pustaka, 2021