Konten dari Pengguna

Not Safe for Work, Not Safe for Brain?

Faiza Ayu Ribawaning Sekar
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
25 November 2021 15:22 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faiza Ayu Ribawaning Sekar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
NSFW (Not Safe For Work) adalah istilah yang digunakan untuk memperingatkan seseorang bahwa sebuah website, email, tulisan, gambar, ataupun video tidak “aman” untuk dilihat saat bekerja atau saat berada di ruang publik. Dalam konteks penggunaan sosial media dan slang masa kini, NSFW menjurus pada sesuatu yang berada di ranah konten seksual. Gampangnya, NSFW ini adalah trigger yang digunakan untuk konten pornografi.
Picture from Canva
zoom-in-whitePerbesar
Picture from Canva
ADVERTISEMENT

Pornografi Ini Sebenarnya Apa?

Pornografi adalah materi cetak atau visual yang berisi deskripsi eksplisit atau tampilan organ atau aktivitas seksual, yang dimaksudkan untuk merangsang perasaan erotis daripada estetika atau emosional. Jadi, lukisan atau patung renaisans dengan visual model berpakaian terbuka, yang tujuannya untuk mengungkapkan ekspresi seni, tidak termasuk pornografi ya!
Ada banyak sekali bentuk pornografi pada masa kini, baik dalam bentuk narasi, audio, gambar, maupun video. Kalian mungkin mengenal beberapa situs untuk mengakses konten pornografi yang terproteksi atau yang berbayar. Namun banyak juga situs yang sama sekali tidak terproteksi, terbuka untuk publik asalkan mengerti cara mencari dan mengaksesnya. Sebelum kalian berpikiran untuk mampir ke situs-situs tersebut, di artikel ini penulis akan memberikan beberapa alasan agar kalian berpikir 2 kali sebelum melakukannya.
ADVERTISEMENT

Apa yang Terjadi di Dalam Otak Ketika Terpapar Pornografi?

Dahulu, pornografi diakses melalui majalah dewasa dan rekaman CD (Blue Film). Pada saat itu tidak semua orang bisa mengaksesnya. Sekarang teknologi sudah banyak berevolusi. Semua bisa didapat di internet yang bisa dengan mudah diakses siapa pun, di rentang umur berapapun. Informasi dari berbagai ranah tersebar secara masif, termasuk pornografi. Ketika seseorang mengaksesnya, ini berarti stimulus telah diterima oleh indra dan diteruskan ke otak. Problemnya adalah di internet, konten pornografi tidak ada habisnya. Jadi ketika seseorang memutuskan untuk terus mengakses pornografi internet, stimulus yang masuk ke otaknya juga tak akan ada hentinya. Ini sebabnya pornografi internet disebut sebagai Supernormal Stimulus (Park et al., 2016)
ADVERTISEMENT
Di otak kita, terdapat “program kuno” yang sudah ter-install sejak ratusan juta tahun lalu, program ini dinamakan sistem limbik. Pekerjaan sistem limbik berkaitan dengan respons emosional dan perilaku, mekanisme dasar pertahanan hidup, seperti reproduksi, insting pengasuhan, serta mekanisme fight or flight. Sistem limbik adalah pusat dari sebagian besar hasrat dan dorongan yang kita miliki seperti lapar dan dorongan seksual. Libido bukan terletak di organ genital, tetapi di sistem limbik.
Picture from Wikimedia Commons
Keseimbangan proses kimiawi pada sistem limbik membentuk bagaimana kita melihat dunia. Itu sebabnya orang dengan sistem limbik normal akan berduka di sebuah pemakaman, alih-alih bersuka cita. Secara mendasar, sistem limbik bekerja untuk menghindari rasa sakit dan mengulang rasa senang, baik secara fisik maupun emosional.
ADVERTISEMENT
Ular buruk, es krim baik, tertusuk jarum buruk, dan dalam hal ini pornografi dipersepsikan sebagai baik. Dengan prinsip dasar sistem limbik, program kuno yang kita miliki akan memerintahkan untuk mengulang segala yang baik, termasuk pornografi. Bagaimana sistem limbik bisa mengetahui sesuatu itu baik? Jawabannya, karena dopamin (neurotransmiter rasa senang/pleasure) akan diproduksi ketika kita melakukan sesuatu yang dianggap limbik baik.
Sistem limbik terhubung dengan cerebral cortex, bagian terluar otak kita, otak logis dan rasional yang berperan dalam perencanaan dan berpikir kritis, yang bisa menciptakan ide-ide cerdas. Penghubung antara sistem limbik dan cerebral cortex dinamakan dengan reward circuit. Sirkuit ini memberi kita rasa senang dan memotivasi kita untuk melakukan sesuatu. Jika diibaratkan, reward circuit adalah mesin dan dopamin adalah bahan bakar untuk mesin tersebut (FreeMedEducation, 2020)
ADVERTISEMENT
Dopamin menggemari hal-hal baru. Sebuah eksperimen dilakukan kepada beberapa ekor domba. Ketika 1 domba jantan disatukan dengan 1 domba betina yang sama, waktu ejakulasi jantan akan makin melambat setiap kali mereka bereproduksi. Dari yang awalnya hanya dalam 2 menit, menjadi 18 menit di proses reproduksi terakhir. Sedangkan, ketika 1 jantan dialokasikan melakukan reproduksi dengan beberapa betina yang berbeda setiap kali, ejakulasi mereka terjadi secara konstan di rentang waktu 2-3 menit (Beamer, et al. in Wilson, 1976). Hal ini dinamakan Coolidge Effect, berlaku pula pada manusia karena sistem limbik seluruh mamalia memiliki struktur yang sangat mirip. Dalam konteks pornografi internet, pecandu akan mencari konten yang lebih menstimulasi daripada konten-konten yang sebelumnya pernah diakses.
ADVERTISEMENT
Adiksi timbul karena program kuno di otak kita terus-menerus menginginkan kesenangan yang diberikan oleh dopamin. Ini berlaku untuk segala macam adiksi, narkoba, alkohol, bahkan adiksi makanan. Masalahnya, orgasme adalah penyebab ledakan terbesar dopamin di otak dan tidak seperti prinsip adiksi makanan, kita tidak merasa kenyang dan sakit perut ketika terus-menerus mengakses pornografi. Dopamin akan terus disalurkan oleh reward circuit dari sistem limbik ke cerebral cortex, jadi ketika sudah berlebihan, pleasure berlebihan yang kita punya akan berpengaruh ke pengambilan keputusan dan cara kita berpikir kritis.
Sebagian pengguna suatu situs konten pornografi mencoba untuk berhenti dari apa yang mereka lakukan, lalu beberapa gejala muncul pada mereka. Gejalanya bervariasi, ada yang mengalami gangguan cemas, ketidakstabilan emosi seperti lekas marah, kelelahan, depresi, demam, flu, sakit kepala, hingga gangguan tidur. Beberapa orang bahkan sampai mengabaikan hidup untuk terus mengakses pornografi (FreeMedEducation, 2020).
ADVERTISEMENT
Kalian sudah bisa simpulkan sendiri, Not Safe For Work = Not Safe For Brain
Referensi:
Beamer, Bermant and Clegg. as quoted in Glenn Wilson, The Great Sex Divide, pp. 41-45. Peter Owen (London) 1989, Scott-Townsend (Washington D. C.) 1992.
FreeMedEducation. (2020). Part 1-5: Your Brain on Porn | Animated Series [Video]. YouTube. https://youtu.be/i6gk4lW1hPo
Park, B. Y., Wilson, G., Berger, J., Christman, M., Reina, B., Bishop, F., Klam, W. P., & Doan, A. P. (2016). Is Internet Pornography Causing Sexual Dysfunctions? A Review with Clinical Reports. Behavioural Sciences Journal, 6(3), 17. https://doi.org/10.3390/bs6030017