Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Memahami Isi Manuskrip untuk Meningkatkan Derajat Iman
16 Desember 2020 8:40 WIB
Tulisan dari Faizah Fatin A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Seperti yang kita ketahui, agama islam telah datang ke Indonesia bertahun-tahun yang lalu. Pada zaman itu ulama-ulama menuliskan ilmu-ilmu yang mereka punya pada berbagai media. Seperti pada kulit pohon, kulit hewan, daun lontar, dan lain sebagainya. Tidak jarang juga yang menggunakan media kertas seperti manuskrip Tuhfah al-Mursalah ila Ruh al-Nabi yang ditulis pada kertas snouck horgronje. Mereka menuliskan ilmu-ilmu tersebut agar orang-orang di generasi selanjutnya dapat mempelajarinya dan ilmu itu tetap terjaga. Bukan hanya ilmu-ilmu agama, manuskrip menyimpan berbagai warisan seperti budaya, hikayat, wasiat, dan lain sebagainya. Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas isi dari manuskrip Tuhfah al-Mursalah ila Ruh al-Nabi.
ADVERTISEMENT
Manuskrip ini berisi tentang mengenal Allah lebih dekat agar kita bisa mencapai tingkat iman yang lebih tinggi. Dimulai dengan mengetahui bahwa Allah SWT adalah al-Wujud yang satu, yang bentuknya tidak bisa digambarkan dan tidak memiliki batas. Dan segala hal yang Dia ciptakan, hingga hal terkecil sekalipun, tidak terlepas dari wujud itu.
Al-Wujud memiliki berbagai tingkatan yang sering disebut dengan Martabat Tujuh, antara lain: Martabat Tanzih (la Ta’yun), Martabat at Ta’yun al Awwal, Martabat at Ta’yun ats Tsani, Martabat ‘Alamul Arwah, Martabat ‘Alamul Mitsal, Martabat ‘Alamul Ajsam, dan Martabat al-Insan. Ketika seseorang berhasil mengenal Allah melalui satu persatu dari tingkatan martabat ini dan mencapai martabat ke-tujuh, maka dia telah mencapai tingkatan yang paling sempurna, seperti yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Untuk dapat merasakan kedekatan dengan Allah, kita harus melakukan pendekatan, yaitu dengan melakukan berbagai amalan wajib (qurbul fara’id) dan berbagai amalan sunnah (qurbul nawafil). Dengan melakukan pendekatan ini, seorang hamba dapat merasa bersatu dengan Tuhan nya atau dapat disebut Wahdatul Wujud.
Wahdatul wujud atau kesatuan wujud memiliki tiga tingkatan. Yang pertama ialah, seorang hamba mengetahui bahwa Allah SWT adalah hakikat seluruh makhluk. Tetapi dia tidak melihat Allah dalam ciptaan-Nya. Yang kedua, melihat Allah SWT melalui makhluk-Nya dengan kesaksian hati. Dan yang ketiga, melihat kehadiran Allah SWT pada makhluk-Nya dan melihat makhluk pada Allah SWT. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan diantara keduanya.
Jika seseorang merasa belum cukup akan imannya dan ingin mencapai derajat wushul ilallah ta’ala, maka ikutilah segala hal dari Nabi SAW, baik dari perkataan maupun perbuatan lahir dan batin, serta pahamilah dengan betul konsep
ADVERTISEMENT
.