Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Prof. Amirul Hadi: Refleksi Diri Institusi dari Akreditasi Internasional ACQUIN
17 Februari 2025 13:07 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Faizal Arifin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akreditasi internasional dengan hasil "Unconditional" dari ACQUIN yang diraih Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi salah satu pencapaian penting dalam sejarah akademik fakultas. Keberhasilan ini tidak hanya menjadi pengakuan atas kualitas pendidikan, tetapi juga membuka ruang refleksi untuk lebih meningkatkan standar dan relevansi program studi di tingkat global. Salah satu dosen sekalgus guru besar yang turut memberikan perspektif akademik dalam akreditasi ini adalah Prof. Amirul Hadi, M.A., Ph.D., dosen Program Studi Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam (MSKI), yang juga mengajar di Prodi SPI dan Pascasarjana UIN Jakarta.
ADVERTISEMENT
Prof. Amirul Hadi menekankan pentingnya proses akreditasi ini sebagai bentuk evaluasi menyeluruh. “ACQUIN tidak hanya menilai status kita, tetapi juga bagaimana kita bercermin dari sudut pandang internasional. Asesor yang berasal dari berbagai negara memberikan masukan substantif tentang kurikulum, fasilitas, hingga manajemen, yang sangat berharga untuk meningkatkan mutu pendidikan kita,” jelasnya. Menurutnya, kritik dari para asesor menjadi peluang refleksi yang sangat penting, meskipun ada aspek lokal seperti nomenklatur program studi serta berbagai aturan dalam negeri dari kementerian, yang terkadang kurang dipahami secara mendalam oleh pihak luar.

Prof. Amirul Hadi, dosen yang mengikuti visitasi ACQUIN (Sumber: Dokumentasi Tim ACQUIN FAH)
Ia juga menyoroti bahwa proses akreditasi ini membantu program studi memetakan posisinya di tingkat internasional, khususnya dalam perspektif Barat atau Eropa. “Dimensi kurikulum dievaluasi secara mendalam. Kita ditanya, kenapa kurikulum ini dirancang seperti ini, apa urgensinya, dan bagaimana relevansinya. Dengan masukan ini, kita tidak hanya mempertahankan keunggulan berbasis lokal tetapi juga bisa memperluas market internasional,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Prof. Amirul Hadi mencatat bahwa kompetensi dosen, khususnya dalam bahasa Inggris, menjadi salah satu fokus penting dalam akreditasi ini. Ia menegaskan bahwa kemampuan bahasa internasional tidak hanya penting untuk pengajaran, tetapi juga untuk memperkuat reputasi akademik melalui publikasi dan kolaborasi internasional. “Kompetensi dosen perlu ditingkatkan, baik dari sisi keilmuan maupun bahasa. Ini akan memberikan dampak besar, terutama di Pascasarjana, untuk membuka peluang penilaian yang lebih baik dari pihak internasional,” katanya.
Prof. Amirul Hadi, dosen yang mengikuti visitasi ACQUIN (Sumber: Dokumentasi Tim ACQUIN FAH)
Tidak hanya dosen, input dan proses seleksi mahasiswa juga menjadi perhatian. Prof. Amirul menyarankan agar program studi kebahasaan, seperti Bahasa dan Sastra Arab maupun Sastra Inggris, memiliki otonomi dalam menetapkan kriteria tambahan untuk seleksi mahasiswa. “Tes nasional terkadang kurang relevan dengan kebutuhan prodi kebahasaan. Kita perlu jalur khusus atau persyaratan tambahan yang memastikan input mahasiswa sesuai dengan visi program studi,” ujarnya. Menurutnya, peningkatan kualitas input akan berdampak signifikan pada kualitas output yang dihasilkan.
ADVERTISEMENT
Dalam refleksinya, Prof. Amirul menekankan pentingnya keberlanjutan setelah akreditasi internasional ini tercapai. “Akreditasi ini seperti hafalan Quran; mencapainya sulit, tetapi mempertahankannya lebih sulit lagi. Kita perlu terus meningkatkan fasilitas, kurikulum, dan kapasitas dosen serta mahasiswa. Kualitas skripsi dan tesis juga harus menjadi perhatian utama,” tuturnya. Ia juga menyarankan agar kurikulum direview secara berkala, setidaknya setiap tahun di tingkat prodi meskipun ditetapkan lima tahun sekali.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya memperkuat program studi sebagai “dapur akademik” kampus. “Kampus tidak ada tanpa prodi, karena akademik tercermin di prodi melalui mahasiswa dan dosen. Dukungan keuangan, staf, fasilitas, dan kebijakan kesejahteraan harus lebih ditingkatkan untuk memperkuat prodi,” jelasnya. Ia juga mendorong dosen untuk lebih aktif menghasilkan karya ilmiah di jurnal internasional sebagai salah satu cara memperkuat reputasi akademik.
ADVERTISEMENT
Dengan optimisme, Prof. Amirul berharap bahwa keberhasilan akreditasi ACQUIN ini menjadi momentum untuk terus menjaga standar internasional. “Akreditasi ini bukan akhir, tetapi langkah awal untuk terus berkembang. Kita perlu mempertahankan distingsi akademik dan menjadikannya modal untuk meningkatkan kualitas di masa depan,” tutupnya.