Jepang Negara Adidaya Kereta

Konten dari Pengguna
27 Agustus 2020 11:14 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fajar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi orang yang pernah berkunjung ke Jepang, tentu pernah mencoba atau melihat langsung transportasi umum utama di negeri Sakura tersebut yaitu kereta. “Organized chaos” atau sengkarut (berjalin-jalin, berkait-kaitan, dan tidak karuan) yang beraturan, Itulah yang pertama kali muncul di benak saya saat melihat sistem kereta di Jepang.
ADVERTISEMENT
Hilir mudik ribuan manusia, “jaring laba-laba” rute kereta dan lorong-lorong bawah tanah yang rumit kerap ditemukan di stasiun kereta, terutama di kota-kota besar seperti Tokyo dan Osaka. Kendati kondisi sengkarut tersebut, kereta dan para penggunanya di sana dapat bergerak secara teratur hingga mencapai tujuan dengan lancar, nyaman dan aman.
Gambaran situasi di area sekitar stasiun kereta di Jepang (Foto: Pixabay)
Ini berkat sistem kereta Jepang dikenal sangat terorganisir dengan baik, efisien dan tepat waktu. Tak mengherankan apabila sistem kereta Jepang dinilai sebagai yang terbaik di dunia. Predikat tersebut bukannya tidak beralasan. Setidaknya ada empat faktor utama yang juga menjadi bukti kedigdayaan sistem kereta Jepang berkaca pada pengalaman saya tinggal di Osaka, Jepang kurang lebih selama 3 tahun (2016-2019).
Jejaring dan Jangkauan
ADVERTISEMENT
Kereta di Jepang memiliki jejaring yang terintegrasi dan jangkauan luas, terutama di kota-kota besar. Seluruh jenis kereta saling berkesinambungan dan melengkapi satu sama lain. Kereta Metro (subway) melayani mobilitas di dalam kota, sementara kereta komuter menghubungkan kota besar dengan kota-kota satelit terdekat. Kemudian, kereta antar kota dan Shinkansen bisa menjadi pilihan bagi penumpang yang hendak berpergian jarak jauh lintas kota atau provinsi.
Peta Jejaring Kereta di Tokyo (Foto: Tokyo Metro)
Kereta di Jepang dapat menjangkau pemukiman di perkotaan dan bahkan hingga pedesaan. Kemudian, alat transportasi ini bisa menghubungkan daerah pemukiman dengan tempat-tempat yang menjadi pusat aktivitas masyarakat. seperti kawasan perkantoran, bisnis, perbelanjaan, fasilitas publik dan sekolah. Suatu stasiun bisa memiliki beberapa akses (pintu masuk dan keluar) berbeda yang mudah dicapai para pengguna serta berdekatan dengan tempat-tempat di atas.
ADVERTISEMENT
Ketepatan waktu dan Fasilitas Penunjang
Disiplin dan ketertiban adalah bagian tak terpisahkan dari budaya Jepang. Kedua prinsip ini juga tertanam di dalam sistem kereta nasional sehingga membuatnya mampu menjaga ketepatan waktu. Menurut Laporan Tahunan Japan Railway 2018, ketidaktepatan waktu kereta di Jepang rata-rata hanya 0,7 menit atau sekitar 42 detik. Oleh karenanya, kereta dapat memberi kepastian waktu dibanding alat transportasi lain seperti bus, taksi atau mobil pribadi.
Jadwal kereta dengan berbagai rute tercantum di layar infomasi (Foto: Pixabay)
Para penumpang juga dapat menggunakan kereta dengan praktis dan nyaman dengan adanya fasilitas penunjang yang sangat baik. Mesin otomatis tersedia di luar dan di dalam area peron yang dapat menjual tiket, mengisi ulang kartu pra-bayar, dan melakukan refund. Penyandang disabilitas, ibu hamil, orang tua dengan anak kecil, dan lansia bisa dapat terlayani dengan adanya gerbong, lift, kursi dan jalur khusus. Di area stasiun terutama stasiun besar juga dapat ditemukan beragam amenitas seperti restoran, mini market, loker koin, hingga hotel dan mal.
Gambaran Stasiun Osaka dengan segala fasilitasnya (Foto: Pixabay)
Keterhubungan dengan Moda Transportasi Lain
ADVERTISEMENT
Sistem kereta di Jepang juga dibangun terhubung dengan moda transportasi umum lainnya seperti bus kota, bus antar kota, taksi, trem dan monorail. Saat penumpang keluar dari stasiun kereta, mereka dapat dengan mudah mengakses alat transportasi lainnya. Moda-moda tersebut umumnya memiliki pemberhentian atau stasiun yang berbeda dengan kereta yang lebih dekat dengan tujuan perjalanan penumpang. Keterhubungan ini bertujuan untuk mempermudah para penumpang untuk mencapai tempat tujuan.
Stasiun di Osaka yang memiliki area khusus bagi bus kota, bus antar kota dan taksi (Foto: Pixabay)
Teknologi mutakhir: Shinkansen dan MAGLEV
Jepang memiliki kereta cepat, Shinkansen sejak tahun 1964. Meskipun berkecepatan tinggi sekitar 300 km/jam, Shinkansen tidak pernah mengalami kecelakaan sepanjang 50 tahun lebih keberadaannya. Kereta ini dilengkapi dengan teknologi deteksi dan pemberhentian otomatis dalam merespon bencana seperti gempa bumi.
ADVERTISEMENT
Selain unggul dari segi keamanan, Shinkansen juga sangat nyaman berkat sistem peredam suara dan guncangan yang canggih. Suara bising yang umumnya ditemui pada kereta nyaris tidak terdengar. Guncangan hanya terasa saat kereta berangkat dan berhenti. Bahkan, apabila kita memberdirikan koin di dalam Shinkansen, benda itu tidak akan terjatuh atau menggelinding.
Tidak berpuas diri dengan teknologi Shinkansen yang dimiliki, saat ini Jepang sedang menyempurnakan kereta linier, MAGLEV (Magnet Levitation). Kereta tersebut saat ini masih dalam tahapan uji coba dan rencananya dioperasikan tahun 2027. Dengan teknologi terbarunya, MAGLEV bisa melaju tanpa roda, melainkan dengan daya magnet yang membuatnya melayang 10 cm dari permukaan rel. MAGLEV bisa melaju dengan kecepatan hingga 603 km/jam!
ADVERTISEMENT
Dengan keempat keunggulan tersebut, sistem kereta di Jepang dapat melayani dengan baik sekitar 8 miliar penumpang per tahun menurut data Japan Railway tahun 2018. Sistem kereta Jepang juga sudah diakui dunia tercermin dari ekspornya ke berbagai negara seperti AS, Irlandia, Inggris, Mesir, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, UAE, dan Hongkong. Keandalan dan kemajuan teknologi serta pengakuan dunia internasional membuat sistem kereta Jepang layak sebagai yang terbaik di dunia. Apakah anda setuju?