Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Latar Belakang Timbulnya Stigma Bermain Game Adalah Pemalas
19 Desember 2021 8:15 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Fajar Hidayatulloh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak orang-orang berbicara "bahwasanya orang yang bermain game adalah seorang pemalas". Perkataan tersebut sering terdengar oleh para gamer atau pecinta game. Perkataan tersebut secara tidak langsung menyakiti hati para gamer, akan tetapi para gamer ini hanya bisa memendam dan nantinya akan ditunjukkan sebuah fakta yang mengejutkan.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa alasan orang-orang yang mengatakan mengapa bermain game adalah pemalas. Karena mungkin kurangnya pengetahuan, kurangnya beradaptasi dengan perkembangan zaman dan lain sebagainya. Iya hal itu lumrah. Akan tetapi orang yang mengatakan hal tersebut sejatinya dia hanya tau dan melihat saja tanpa belum mencoba atau merasakan. Selain itu terkadang orang-orang tersebut mengatakan bermain game menghabiskan waktu. Pernyataan ini sebenarnya bisa dibantah kalaulah bermain game menghabiskan waktu maka segala sesuatu pasti membutuhkan waktu bukan hanya game saja, contohnya seperti makan, minum, merokok, dan lain sebagainya.
Game pada masa sekarang telah mengalami banyak perubahan, sudah tidak seperti dahulu lagi. Game pada masa sekarang sudah seperti layaknya pekerjaan, orang yang bermain game secara profesional bisa mendapatkan "uang" yang kadang itu tidak sedikit, bahkan bisa untuk membeli sebuah rumah, mobil, dan sebagainya. Kalangan gamer telah membuktikan hal itu. Game bisa dijadikan sebuah sumber penghasilan.
ADVERTISEMENT
Gamer seperti Lemon, yang bermain game Mobile Legend telah menghasilkan uang loh! CEO RRQ, Andrian Pauline, menuturkan ada klausul untuk menebus Lemon dari timnya. Bagi tim eSports yang ingin merekrut Lemon, maka harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 15 miliar! Angka tersebut memang sangat tinggi untuk seorang pemain eSports. Harga transfer RRQ Lemon lebih tinggi dibanding pemain Bali United, yaitu Stefano Lilipaly.
Kemudian tidak sampai di situ saja gamer terutama eSport telah meraih banyak prestasi di kancah dunia internasional seperti tim RRQ divisi PUBG Mobile. RRQ Athena jadi salah satu yang terkuat di Thailand dan dunia dengan memenangkan beberapa turnamen, seperti PMCO SEA Fall Split 2019. Sementara RRQ RYU menempati posisi ketiga dalam gelaran PINC 2019. Sangat membanggakan sekali bukan?
ADVERTISEMENT
Dari fakta di atas menunjukkan bahwasanya stigma negatif itu tidak selalu benar bahkan terkesan mengada-ada. Sebab apabila seseorang telah mengetahui bahwasanya game tidak seperti suatu hal yang kerdil yang didefenisikan sebagai pemalas, pengganguran, menghabiskan waktu dan sebagainya. Maka game yang ada di indonesia ini maju bahkan tidak hanya game-nya saja para pemain game pun ikut serta berkontribusi dalam memainkan gamenya. Hingga kelak suatu saat nanti indonesia bisa membuat game sendiri kemudian disukai kalangan gamer di dalam negeri ataupun diluar negeri. Yang itu bisa mengangkat atau mengharumkan nama indonesia, dan sampai bisa membuat turnamen yang diadakan dibanyak negara. Menarik Bukan?
Kemudian kalau kita berbicara gamer atau orang yang bermain game terkadang mereka merasa kesal oleh stigma-stigma negatif yang berkembang, karena masih banyaknya orang-orang di luar angsana, yang masih percaya akan stigma negatif. Akan tetapi gamer tidak putus asa, dia terus mengembangkan dirinya untuk mencapai "professional dalam bermain game" sehingga bisa menjadikan game tidak lagi hal yang buruk yang dianggap tidak bermanfaat bagi masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya game tidak selalu buruk karena game bisa membuahkan sebuah hasil dan prestasi untuk mengharumkan nama negara kita Indonesia. Demikian fakta-fakta mengenai game.