Promosi Gastronomi Nusantara oleh Pekerja Migran di Tengah Pandemi, Mungkinkah?

Faajr Kurniawan
Penyuka Long Exposure yang sedang berdiklat Sesdilu-72
Konten dari Pengguna
22 Mei 2022 8:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faajr Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Indonesia mulai menggarap secara serius dan komprehensif untuk mempromosikan kekayaan gastronomi nusantara melalui program Indonesia Spice Up The World (ISUTW). Program tersebut diluncurkan secara resmi oleh Presiden Joko Widodo pada awal November 2021 di sela-sela Dubai Expo, Uni Emirat Arab. Target utama program tersebut adalah untuk meningkatkan jumlah restoran Indonesia di luar negeri dari yang saat ini berjumlah sekitar 1.100 menjadi 4.000 dan nilai ekspor rempah-rempah nusantara yang tahun lalu hampir menyentuh USD1 miliar menjadi USD2 miliar di tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Upaya pemanfaatan keunggulan gastronomis untuk dijual ke komunitas internasional bukanlah hal baru yang dilakukan oleh suatu negara. Sekitar dua dekade silam, Thailand dianggap sebagai negara pertama yang melakukan diplomasi melalui gastronomi (gastrodiplomasi) melalui program Global Thai. Upaya tersebut berhasil meningkatkan jumlah restoran Thailand ke seluruh dunia dari sekitar 5.500 pada tahun 2002 menjadi lebih dari 15.000 pada 2018.
Negara lain yang dianggap berhasil adalah Korea Selatan dengan Kimchi Diplomacy-nya. Serupa dengan Thailand, negara asal boy band BTS tersebut berhasil meningkatkan jumlah restoran Korea Selatan di seluruh dunia hingga lebih dari 3 kali lipat. Jika pada 2009 tercatat hanya 9.200 restoran di seluruh dunia, maka pada 2017 terdapat lebih dari 33.000 restoran Korea Selatan di luar negeri. Keberhasilan tersebut mendatangkan manfaat ekonomi, mulai dari kenaikan nilai ekspor bahan baku makanan, peluang tenaga kerja ahli, hingga menjadi daya tarik turis mancanegara untuk mencicip langsung makanan Thailand dan Korea Selatan di negara asalnya.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, saat ini situasi yang Indonesia hadapi cukup menantang akibat pandemi yang masih menimbulkan lonjakan-lonjakan kasus di sejumlah negara/wilayah dan berdampak pada pembatasan sosial serta aktivitas makan di restoran. Dari sisi internal, dukungan anggaran Pemerintah untuk mencapai target jumlah restoran cukup terbatas mengingat adanya kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih mendesak, mulai dari pemulihan pandemi hingga upaya menjaga tingkat inflasi agar tetap aman.
Menyadari hal itu, Pemerintah Indonesia harus membuka peluang partisipasi dan kerja sama dari seluruh pihak, tidak hanya kalangan pengusaha, tetapi juga diaspora, termasuk Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang berjumlah total 3,2 juta orang. Besarnya jumlah PMI tersebut merupakan aset yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja dalam konteks upaya bersama mempromosikan gastronomi nusantara. Bahkan sebaliknya, PMI sektor rumah tangga memiliki potensi besar untuk diberdayakan sebagai salah satu quick wins dalam konteks promotor gastronomi karena sebagian besar dari mereka berkecimpung di urusan dapur.
ADVERTISEMENT
Sebagai langkah awal, Pemerintah Indonesia kiranya dapat mempertimbangkan pemberdayaan PMI di Hong Kong yang berjumlah sekitar 150 ribu orang karena memiliki sejumlah faktor pendukung. Pertama, penghargaan terhadap kebebasan berekspresi (non-politis) di Hong Kong cukup baik sehingga memungkinkan interaksi yang setara antara PMI dengan pemberi kerja. Kedua, hari libur wajib dalam sepekan yang harus dipenuhi pemberi kerja memungkinkan PMI memiliki waktu luang untuk meningkatkan kapasitas melalui berbagai kegiatan positif. Ketiga, hubungan baik dalam sektor perdagangan antara Indonesia dan Hong Kong mendukung arus ekspor rempah-rempah ataupun bahan makanan nusantara ke wilayah administrasi khusus RRT tersebut berjalan lancar. Faktor terakhir adalah karakter PMi di Hong Kong yang lebih berani dan aktif jika dibandingkan dengan PMI di negara/wilayah selain Hong Kong.
Sumber: Akun Youtube KJRI Hong Kong @KJRIHK Tube
Untuk mewujudkan potensi tersebut, PMI di Hong Kong memerlukan dukungan peningkatan kapasitas dari Pemerintah Indonesia, baik via Kementerian Tenaga Kerja dan Badan Pelindungan PMI pada masa persiapan pra-keberangkatan PMI, serta Kementerian Luar Negeri cq. Konsulat Jenderal RI Hong Kong ketika PMI sudah berada di Hong Kong. Program terkait kiranya difokuskan kepada peningkatan kemampuan berkomunikasi agar PMI dapat mempromosikan gastronomi nusantara kepada pemberi kerja yang bersangkutan. Fokus lainnya juga perlu diberikan kepada peningkatan wawasan tentang narasi utama makanan unggulan yang dipromosikan, seperti rendang, soto, ataupun gado-gado.
ADVERTISEMENT