SNF 2022: Kolaborasi Ciptakan Ruang Digital yang Aman, Kreatif, dan Inklusif

Fajar Subhi
Muhammad Fajar Mahasiswa S1 Jurnalistik UNPAD
Konten dari Pengguna
13 Desember 2022 12:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fajar Subhi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi Nicholas Saputra saat memberikan sesi talkshow Siberkreasi Netizen Fair (SNF) 2022 di Hotel Grand Inna Yogyakarta, Sumber: Kominfo
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Nicholas Saputra saat memberikan sesi talkshow Siberkreasi Netizen Fair (SNF) 2022 di Hotel Grand Inna Yogyakarta, Sumber: Kominfo
ADVERTISEMENT
Yogyakarta, 10 Desember 2022 – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan Siberkreasi Netizen Fair (SNF) di Hotel Grand Inna Malioboro, Yogyakarta pada Sabtu, 10 Desember 2022.
ADVERTISEMENT
Kegiatan tersebut merupakan puncak selebrasi kegiatan literasi digital yang meliputi talkshow, workshop, dan hiburan untuk seluruh warganet Indonesia.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kecakapan digital masyarakat serta mendorong kolaborasi multistakeholders untuk literasi digital dalam rangka menciptakan ekosistem digital yang cerdas, positif, kreatif, produktif, dan bertanggungjawab. SNF 2022 dilaksanakan secara hybrid dengan dihadiri sekitar 665 peserta offline dan lebih dari 1400 peserta online.
Penyelenggaraan SNF 2022 terdiri dari rangkaian acara yang terbagi menjadi 6 sesi talkshow OOTD dan 10 sesi workshop. Selain itu, SNF 2022 juga menjadi ajang apresiasi kepada warganet yang kreatif dalam membuat konten positif serta mitra-mitra yang paling berkontribusi dalam Gerakan Nasional Literasi Digital melalui Siberkreasi Award.
ADVERTISEMENT
Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, dalam sambutan virtualnya menjelaskan bahwa SNF adalah festival tahunan yang memberi masyarakat wadah berdiskusi tentang literasi digital.
“Walau kita menghadapi tantangan pandemi covid, kita harus memberikan bukti bahwa kreativitas di dunia digital tidak surut, tapi bahkan bertambah maju. Seluruh warganet diharapkan dapat memanfaatkan teknologi lebih baik bersama Siberkreasi maupun berdaya sendiri untuk dapat bersaing,” jelasnya.
Talkshow Obral-Obrol liTerasi Digital (OOTD) berlangsung di panggung utama dengan membahas tema sebagai berikut ruang digital yang inklusif, transformasi digital, public speaking, keamanan data pribadi, perundungan di media sosial, dan tantangan bagi Gen Z di media sosial.
OOTD sesi pertama bertema “Ruang Digital yang Inklusif” mendiskusikan tentang pentingnya literasi digital bagi seluruh kalangan bersama Yosi Mokalu sebagai Ketua Umum GNLD Siberkreasi, Novi Kurnia dari Japelidi sebagai Dewan Pengarah Siberkreasi, dan Hamas Nadhly dari PMII sebagai Kepala Divisi Program Siberkreasi.
ADVERTISEMENT
“Siberkreasi merupakan gerakan yang didasarkan oleh keinginan pegiat literasi digital untuk mencerdaskan kehidupan seluruh masyarakat Indonesia di bidang literasi digital, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan secara akses dan keterbatasan yang lain. Teman difabel memiliki hak dan kewajiban yang sama di ruang digital, sehingga membutuhkan perhatian kita agar mereka dapat memanfaatkan teknologi digital.”, Terang Yosi
Sesi kedua OOTD bertema “Kolaborasi Menuju Transformasi Digital” membahas tentang pentingnya kolaborasi untuk mengatasi tantangan kesenjangan digital bersama Gustaf H. Iskandar dari Common Room, Abdulrahman Soleh Fauzi dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, dan Asep Kambali dari Komunitas Historia Indonesia.
“Kolaborasi akan tercipta jika kita mempertemukan kekurangan dan kelebihan dalam satu waktu. Transformasi digital akan terjadi jika ada kolaborasi seperti itu,” ujar Asep.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengajak para peserta untuk mulai berkolaborasi membangun awareness terhadap pemanfaatan teknologi digital di masyarakat dalam era transformasi digital.
Sesi ketiga OOTD dengan tema "Public Speaking dan Personal Branding" bersama Nadia Mulya dari CommPassion memperkenalkan tentang YMCA, yaitu Yourself, Message, Channel, dan Audience, merupakan empat aspek komunikasi yang perlu diterapkan oleh komunikator agar pesan tersampaikan dengan benar kepada pendengar.
“Komunikasi itu adalah siapa bilang apa, melalui apa, kepada siapa, dan efeknya seperti apa,” ucapnya.
OOTD sesi keempat bertema "Keamanan Data Pribadi di Platform Digital" bersama Donny B.U dari ICT Watch sebagai Dewan Pengarah Siberkreasi, Shinto Nugroho sebagai Chief of Public Policy and Government Relations dari GoTo Group, dan Al Akbar Rahmadillah dari Sobat Cyber Indonesia membicarakan tentang pentingnya menjaga data pribadi di platform digital dan bagaimana cara melakukannya.
ADVERTISEMENT
Dalam sesi ini, Donny berbagi tips agar tidak salah memberikan data ke aplikasi berbahaya, misalkan ketika bertransaksi di aplikasi fintech.
“Syarat [melakukan transaksi di dunia digital] adalah memastikan apakah aplikasi fintech itu terdaftar di OJK, sudah terdaftar di Kominfo atau belum. Kalau sudah terdaftar, berarti relatif aman,” ucapnya.
Shinto menambahkan bahwa untuk menjaga data pribadi juga bisa menggunakan two-steps verification untuk data kita.
“Pertama, kita cek resources yang sudah ada (legal atau tidak). Pakai two-steps verification, bisa dengan menginstal Google Authenticator. jadi kita tidak hanya memakai satu ‘pagar’,” tuturnya.
OOTD sesi kelima bertema "Stop Perundungan, Harumkan Sosmed Mu!" membahas tentang perundungan atau cyberbullying dan cara menghadapinya dengan narasumber yang terdiri dari Diena Haryana dari Sejiwa sebagai Dewan Pengarah Siberkreasi, Rita Nurlita dari Komunitas Internet Sahabat Anak, dan Nicholas Saputra, seorang figur publik. Ketiga narasumber menggarisbawahi bahwa tindakan perundungan adalah masalah yang serius, termasuk perundungan di dunia digital (cyberbullying), sehingga penting bagi masyarakat untuk mengetahui cara mencegah dan mengatasinya.
ADVERTISEMENT
“Kita tidak bisa menggunakan standar kita yang dulu untuk bercanda dan berbicara, apalagi sekarang di media sosial kita bisa menjadi anonim. Justru karena tidak ketahuan dia siapa, malah semakin bebas mem-bully orang. Salah satu yg perlu dilakukan ketika sedang beraktivitas di dunia digital adalah dengan berpikir ulang. Kita bertanya pada orang lain, bertanya ke diri kita sendiri, apa dampaknya kalau kita berbicara seperti ini.”, Ujar Nicholas
Diena menambahkan dengan berpesan kepada seluruh peserta untuk menunjukkan diri mereka yang terbaik, terlepas dari apapun yang orang lain katakan untuk membangun kepercayaan diri. Hal ini bisa mencegah diri kita terjerumus sebagai korban maupun pelaku perundungan.
“Yakinlah bahwa kita adalah sosok yang unik, sosok yang baik, yang tidak ada duanya di dunia, we are the best version of ourselves. Jadi, tunjukkan kepada dunia we are somebody,” pesannya.
ADVERTISEMENT
Kegiatan dilanjutkan kembali dengan sesi terakhir OOTD bertema "Problema Gen-Z di Media Sosial" bersama Wicaksono yang dikenal sebagai Ndoro Kakung, sebagai Dewan Pengarah Siberkreasi, Neraca Cinta Dzilhaq dari Riliv, dan Marcella Zalianty dari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) 56 sebagai Dewan Pengarah Siberkreasi yang membahas tentang pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental anak-anak muda bagian Generasi Z (Gen-Z). Ketiga narasumber menyatakan keprihatinan terhadap dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari penggunaan media sosial secara berlebihan oleh para pemuda Gen-Z.
Ndoro Kakung menyatakan bahwa teknologi selain membawa dampak positif, bisa membawa dampak negatif terhadap kesehatan mental anak-anak muda. Salah satu dampaknya adalah kehilangan fokus. Karena terdistraksi dengan gadget, anak muda menjadi abai terhadap lingkungan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
“Anak-anak muda Gen-Z harus diingatkan bahwa teknologi bisa bermanfaat tapi juga bisa membuat celaka jika tidak ada batasan dalam menggunakannya,” pungkasnya.
Melanjutkan pernyataan Ndoro Kakung, Marcella mengatakan penggunaan media sosial yang berlebihan bisa menimbulkan dampak negatif seperti kecenderungan Fear of Missing Out (FOMO), yang berarti ketakutan ketika tidak bisa mengikuti apa yang dilakukan oleh orang lain. Cinta lalu mengingatkan tentang pentingnya para anak muda untuk bijak dalam menyikapi informasi di media sosial, karena terkadang yang ada di media sosial itu hanya memperlihatkan bagian luar dari suatu informasi, belum keseluruhannya.
Per Desember 2022, Kemenkominfo telah berhasil melakukan literasi digital kepada lebih dari 5.500.000 penduduk Indonesia di segmen kelompok masyarakat, komunitas, pendidikan, dan pemerintahan. Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id atau media sosial Instagram @literasidigitalkominfo dan @siberkreasi.
ADVERTISEMENT