Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Happy Eid Al-Adha! Jadi Yang Mau Dikorbankan Ishak atau Ismail?
1 September 2017 11:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Fajar Widi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bertepatan dengan perayaan Idul Adha, hari ini saya akan membahas sosok bernama "Bapa Ibrahim a.k.a Nabi Abraham". Terlepas dari siapa anak yang dulu bakal dikorbankan.
Bapa Abraham mempunyai
ADVERTISEMENT
Banyak sekali anak-anak
Aku anaknya, engkau juga
Marilah puji Tuhan,
*tangan kanan, tangan kiri
*kaki kanan, kaki kiri
Setidaknya sebait lirik diatas yang teringat di benak saya soal Bapa Abraham. Dulu saya diperkenalkan oleh sosok ini saat masih kecil di acara sekolah Minggu Gereja.
Kalau Nabi Ibrahim? Apa yang kita ingat jika mendengar nama Nabi Ibrahim? Tentunya adalah ketaatan beliau kepada Allah SWT, dimana sang Nabi rela mengorbankan anak yang dicintainya. Inilah akar dari ke-Tauhidan tiga agama Samawi. Dalam Islam beliau adalah salah satu Nabi favorit saya.
Terserah kita mau menyebut beliau Bapa Abraham atau Nabi Ibrahim. Yang jelas di era ini kita perlu belajar dari beliau soal konsep Iman Monothisme. Tulisan ini saya tujukan khusus bagi mereka yang doyan jualan agama. Yang tersinggung jangan ketawa apalagi baper.
ADVERTISEMENT
Kenapa? Karena menurut saya saat ini orang tidak mau mengikuti contoh teladan Nabi Ibrahim. Itu kata teman saya yang hidup dari dua agama samawi. Teman saya yang atheist perkataanya malah lebih satir. Tau ndak bedanya jaman Ibrahim dan orang sekarang? Sekarang orang pegang ayat sementara Ibrahim dulu cuma pegang kepala dan barangnya sendiri.
Ibrahim sangat percaya kepada Allah yang muncul di kesadarannya sendiri. Bukan percaya orang khotbah apalagi jualan ayat seperti jaman sekarang.
Apakah Ibrahim beragama? Kalau iya Apa Agamanya?
Yahudi? Bukan. Kristen? Bukan. Islam? Apalagi bukan. Ibrahim cuma percaya Allah, sang kausa prima Tuhan yang satu, yang muncul di kesadarannya, tanpa rujukan nabi-nabi dan ayat-ayat. Makanya disebut kakek moyangnya orang beriman. Ibrahim mencontohkan bagaimana caranya jadi orang beriman. “Dengarlah suara Allah yg muncul di kesadaran Anda sendiri”.
ADVERTISEMENT
Dulu 2000 tahun sebelum Masehi, sebelum mengenal Monotheisme, Ibrahim pun pernah menjadi Pagan. Karena bapaknya Ibrahim (namanya Terah dari Ur Kasdim) adalah pembuat patung dewa-dewa Pagan. Bagusnya Ibrahim pun bebas mengeksplorasi spiritualitasnya sampai ribut dengan bapaknya dan menemukan konsep Tuhan yang satu. Tapi Tuhan yang satu itu belum ada namanya.
Di kitab-kitab Yahudi dan Kristen tertulis, bahkan sampai masa Musa orang tidak tahu nama Allah mereka siapa. Nama sesembahannya siapa. Orang Ibrani cuma tahu “Allahnya Ibrahim, Ishak dan Yakub”. Kalau mereka berdoa, doanya ditujukan kepada “Allahnya Ibrahim, Ishak dan Yakub”, yaitu leluhur mereka.
Soal Kambing, Ishak dan Ismail
Saya punya pertanyaan penting ga penting. Mana yang akan disembelih Ibrahim waktu itu Ishkak atau Ismail?
ADVERTISEMENT
Menurut keimanan Kristen dan Yahudi putra yang dikorbankan oleh Ibrahim adalah Ishak, tetapi menurut keimanan Islam putra yang dikorbankan adalah Ismail. Perbedaan dua keimanan ini tidak mungkin benar kedua-duanya, pasti salah-satunya saja yang benar.
Jadi mana yang benar? Wa..ini udah masalah market share sampai bisa beda begitu di Talmud, Injil, dan Quran. Hahahahahahahahahahahahahaha......
Kalau menurut saya yang konsep keimanannya sudah saya rooting sendiri, ngapain memperdebatkan hal ini? Jawabannya adalah keduanya. Terserah Anda. Yang percaya Ishak monggo, Ismail ya monggo. Toh ngapain memperdebatkan, orang akhirnya ga jadi mati kok. Yang jadi korban adalah si kambing.
Tapi jangan Anda pikir Ibrahim yang pertama-kali mengorbankan kambing untuk Allah. Tidak begitu. Membakar hewan sampai habis menjadi abu sudah jadi tradisi di Timur Tengah sejak ribuan tahun sebelum Ibrahim. Silakan cari di buku-buku sejarah.
ADVERTISEMENT
Itu kalau kita mau rekonstruksi. Tapi, bisa kita duga bahwa pembunuhan anak lelaki pertama juga menjadi tradisi. Tradisi di Ur, yaitu kota tempat Ibrahim lahir. Dan pastinya di tempat-tempat lainnya juga di Timur Tengah. Dikorbankan untuk siapapun yang menjadi Allahnya.
Terobosan dari Ibrahim cukup sederhana, sebenarnya, yaitu memutuskan bahwa pengorbanan anak lelaki pertama harus diakhiri. Banyak terobosan sifatnya seperti itu sebenarnya.
Ibrahim percaya kepada Allah yang muncul di kesadarannya, tanpa rujukan ayat, tanpa rujukan nabi-nabi, karenanya dia disebut orang benar. Itulah intinya, menemukan pencerahan lewat pengertian yg muncul di dalam kesadarannya sendiri, bukan menjadi robot ayat seperti kebanyakan orang Indonesia. Setidaknya itulah yang saya pelajari soal spiritual Ibrahim atau sebuat saja Tauhid, atau sebut saja Manunggaling Kawula Gusti.
ADVERTISEMENT
So Happy Eid Al-Adha. Selamat berkurban kambing sebagai simbol ketaatan pada Allah SWT, bukan simbol status sosial di masyarakat seperti sekarang.