Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Janji 500 Tahun Kerajaan Majapahit Tak Sereceh Itu Ferguso
21 Januari 2020 12:39 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Fajar Widi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ini adalah tembang Sinom bait pembuka yang ditulis oleh pujangga jawa Ranggawarsito yang konon seorang Oracle. Saya tidak bisa detail menuliskan kelengkapan bait ini daripada ada pihak-pihak tertentu yang mengaitkannya dengan hilangnya budaya karena ekspansi kerajaan Islam di Jawa.
Namun yang menjadi catatan saya adalah sebuah bait berikut.
ADVERTISEMENT
Yang artinya.
Buat yang belum mengerti, Sabdo Palon dan Naya Genggong dalam tembang Sinom di atas adalah sosok pembimbing gaib raja-raja di tanah Jawa pada zaman Nusantara lama.
ADVERTISEMENT
Beliau berdua senantiasa hadir mengiringi Raja-Raja Jawa zaman Hindu Buddha. Beliau berdua pergi meninggalkan tanah Jawa semenjak keruntuhan Majapahit pada 1400 Saka, atau 1478 Masehi.
Terkenal dengan Surya Sangkala (kata sandhi penanda tahun kejadian) yang sangat populer di Jawa, yaitu Sirna Ilang Kerthaning Bhumi (Sirna: 0, Ilang: 0, Kertha: 4, Bhumi: 1 = 1400 Saka). Kalimat Kerthaning Bhumi, diambil dari nama asli Prabhu Brawijaya Pamungkas (Pamungkas = Terakhir), yaitu Raden Kerthabumi.
Janji kedatangan Beliau berdua diucapkan di Blambangan, ketika Majapahit hancur diserang oleh pasukan Demak Bintara. Prabhu Brawijaya meloloskan diri ke arah Timur, hendak menyeberang ke Pulau Bali, namun masih bertahan sementara di Blambangan (sekarang Banyuwangi).
Raden Patah, Pemimpin Demak Bintara, merasa bangga telah menghancurkan Majapahit yang dia anggap sebagai negara kafir. Serta merta, setelah mendengar kabar berhasil dikuasainya Majapahit oleh tentara Islam, Raden Patah datang dari Demak, ingin melihat langsung keadaan Majapahit yang berhasil dihancurkan. Setelah itu, dengan bangga beliau meneruskan perjalanannya ke Pesantren Ampeldhenta.
ADVERTISEMENT
Itulah sepetik peristiwa janji 500 tahun yang diucapkan oleh Sabdo Palon dan Naya Genggong.
Bagi manusia Jawa yang masih memegang local wisdom. Janji 500 tahun Sabdo Palon bisa diharfiahkan dengan banyak hal. Salah satunya adalah dengan kemunculan Satria Piningit--yang mungkin ada di dalam diri kita semua.
Titiknya adalah ketika gunung merapi meletus untuk pertama kalinya pasca runtuhnya Majapahit. Di tahun tersebut akan lahir seorang bayi yang merupakan bakal calon pemimpin Nusantara saat dia nanti matang menjadi pemimpin tanah ini.
Menurut hitungan awam peristiwa merapi meletus adalah sekitar tahun 1996 (saya masih SD). Konon nantinya si bayi ini akan tumbuh dewasa dan memimpin tanah ini (Indonesia) saat dia berumur sekitar 50 tahun. Artinya kita berada di tahun 2.046 Masehi.
ADVERTISEMENT
Logikanya dengan pertumbuhan ekonomi yang terus bagus Indonesia mungkin bisa jadi salah satu pemimpin dunia (negara adidaya). Itulah makna janji 500 tahun Sabdo Palon menurut saya.
Lantas Apa Hubungannya dengan Keraton Agung Sejagat?
500 tahun versi Keraton Agung Sejagat (KAS) adalah ketika tahun 1518, Prabu Nata Girindrawardhana Dyah Ranawijaya (Pabutala) dari kerajaan Majapahit melakukan perjanjian dengan Portugis.
Pabutala adalah menantu Kertabhumi dan ipar Raden Fatah/Senapati Jin Bun. Ia dilantik oleh Panembahan Jin Bun/Raden Fatah menjadi penguasa Majapahit sejak tahun 1488 dan meninggal tahun 1527.
Klaim 500 tahun ini sebenarnya enggak pernah jelas. Klaim Pak Totok sebagai Raja KAS, harus ada sanggahan sebenarnya dari expert macam arkeolog, sejarawan, peneliti, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Intinya saya tidak pernah tahu Pabutala melakukan perjanjian 500 tahun ke Portugis. Begitu juga dengan Anda kan?
Karena sejarah dimenangkan oleh pemenang.
Then history has become his story!