Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kasian Gadis Manis Itu
15 September 2017 12:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Fajar Widi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Melepas sukma, melayang ke angkasa, kerinduan badan roh akan tempat itu membawa alam pikir menuju sebuah ruas sempit jalan di Jogja dimana aku tumbuh.
ADVERTISEMENT
Semiotika alam bawah sadar semalam masih merupakan misteri bagiku akan keberadaan kehidupan sesudah kematian. Kemanakah mereka?
Di satu judut jalan dekat Wongsodirjan tiba-tiba ku bertemu ‘adik’, seorang tetangga yang sudah menjadi pengarit rumput. Lama ku tak bersua dengannya. Dia anak dari tetanggaku yang suka mencuci mobil. Lama kita tidak bermain bersama. Setelah ngobrol-ngobrol mukanya terlihat masam.
“Ngopo dek,” tanyaku. Dia menjawab dengan muka sedih. “Aku ora oleh dolan ibu mas,” jawabnya singkat. “Padahal aku meh niliki ‘kanca’ (teman) sing bunuh diri ning arah kidul (selatan),” paparnya.
“Bunuh diri?”, tanyaku serius. Ia pun lantas menjelaskan bahwa di tempat kediaman kita kala itu terdapat gadis muda cantik seusia kita berdua (mungkin sekitar 21-25 tahun). Kulitnya kuning langsat. Parasnya cantik hampir ada keturunan Indo-Belanda (karena rumah kita dulu memang bangunan tua Belanda).
ADVERTISEMENT
Tapi ada yang disayangkan. Gadis itu sedikit cacat mental walau cantik. Entah apa sebabnya. Entah karena apa dia dikucilkan warga sekitar. Mungkin karena peraingainya yang aneh. Dia memotong rambutnya hingga seperti laki-laki, acak-acakan. Hobinya suka duduk termenung.
Nah, pada suatu ketika. Dia bermain arit (alat penyabit rumput, senjata orang madura). Dia pun lantas memotong-motong seluruh bagian tubuhnya sendiri (memutilasi).
Darah bercucuran dimana-mana. Tak ada ekspresi kesakitan mendalam pada wajahnya. Dia hanya diam, melihat organ tubuhnya berserakan mulai dari otak, leher, tangan, kaki, sampai akhirnya dia meninggal mengenaskan karena kehabisan darah.
Banyak orang berkumpul kala itu. Namun tak ada satupun yang mendengarkan arwahnya. Tak ada satupun warga yang mendoakan dia. Saat dikuburkan pun semua ibu-ibu melarang anaknya mendekati mayatnya. Begitu papar teman kecilku bercerita dengan muka sedih.
ADVERTISEMENT
Mungkin sosok wanita ini adalah salah satu entitas penunggu rumah gudang uyah di jalan Gowongan Kidul dulu. Yang kebingungan mencari ‘arah balik’ kehidupan setelah kematian.
Tak hanya entitas ini, saya pun lantas melihat beberapa entitas lain yang dulunya juga manusia. Saya tidak kenal siapa mereka. Sama seperti gadis ini, mereka tampaknya meninggal dengan tidak wajar. Energi mereka dipenuhi rasa amarah yang mendalam, protes, sedih, bercampur pasrah kebingungan. Ya saya bisa merasakan energi mereka. Energi para lost soul itu. Dan ini masal.. jumlahnya banyak banget.
Apakah ini? pernahkah daerah ini dulu mengalami pembantain masal suatu kelompok tertentu. Sepertinya begitu. Saya yakin dan sangat yakin. Ketika saya mencoba terkoneksi dengan mereka di alam dimensi 4 ini, sepertinya saya tidak kuat.
ADVERTISEMENT
Beberapa dari mereka sepertinya mengenakan baju khas petani dengan caping, ada cangkul juga, ada arit. Beberapa bagian tubuh termutilasi, semakin dalam saya selami, semakin ngeri energinya. Ada wanita dia cuma bengong bersimbah darah dalam keadaan telanjang dan sepertinya habis diperkosa. Oh sang pencipta alam, saya mohonkan keadilan bagi mereka. Apapun kejadian waktu itu..tunjukannlah mereka jalan berpulang pada-Mu.
Emang bar mati kowe meh balik nang ndi?
Kematian memang menjadi misteri terbesar manusia saat ini. Tak ada yang tahu kemena mereka (sukma-sukma itu) setelah meninggalkan badan wadagnya. Kecuali dibumbui cerita2 agama / kesaksian-kesaksian yang dijual untuk memperluas umat. Hey, tapi jujurlah kalau bercerita itu yang objektif jangan dibelokkan ke kepercayaan tertentu. Pengalaman spiritual orang pasti berbeda antara satu dan yang lain. Karena encodingnya otak kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Puas bercerita dengan teman kecilku pun aku lantas ‘terbang’ ke langit sembari menunggu Senja, sebelum kembali ke badan fisik. Menikmati langit biru adalah perasaan kebebasan astral atau Lucid Dream tak tergambarkan. Sedikit bermeditasi di sana aku pun bertanya kepada diriku sendiri.
“Apakah dia (wanita itu) tidak tahu jalan pulang ke Tuhan / Roh Semesta ya, kok sampai masih meninggalkan banyak energi negatif di tempat dia meninggal?”
Tiba-tiba dalam diriku muncul suara lain. “Lah, emange wong edan iso mikir filsafat kehidupan koyo kowe? bahwa setelah badan fisik shut down, semua materi terurai kembali ke alam, yang tersisa hanyalah database untuk mencari jalan ke sang pencipta,”. Ora lahh…, itulah yang menjadi misteri. Karena sukma (energi pikiran adalah database orang selama hidup), maka jika orang gila meninggal, dia masih menjadi arwah gila. Mesake po ora nek ngono kui,” (kasian ga klo udh gitu).
ADVERTISEMENT
“Oh ngono to?” paparku. “Ya iyalah…rumangsamu wong edan nek mati terus menjadi normal arwahe? Kecuali ada kesadaran lain yang masuk ke dirinya kala dia hidup, itu beda cerita,” lanjutnya.
“La terus kasihan dong mereka?,” sambungku dengan pertanyaan ababil. “Ya sampeyan tau sendiri lah, bagaimana derita sukma mereka menunggu ketidakjelasan nasib beratus-ratus tahun, bahkan beribu-ribu tahun,”.
“Maka sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang yang masih hidup untuk menyempurnakan mereka, mendoakan mereka agar kembali ke jalannya. Jalan roh alam semesta. Untuk itu kamu memperoleh mimpi ini,” sambungnya.
“Mimpi!!!?”, mak jengirat (bahasa indonesia: bangun mendadak dengan jantung berdebar). Setelah kusadar, ternyata aku tertidur dengan posisi bersila lotus di depan pintu kamar yang terbuka, dengan udara malam yang dingin yang mengalir ke paru-paru. Untung sarung bawaan dari Jogja kulilitkan di pundak. Kulihat jam menunjukan baru sekitar pukul 12 malam. Weww..’dilatasi waktu’ pikirku. Kehilangan kesadaran tadi itu cuma 3 jam toh. I feel Rejuvinate. Thanks for everyone that teach me last night anyway….who ever or whatever u are…
ADVERTISEMENT
Catatan Pejalan Mimpi semalam ,
Jumat Pahing (14/1/2011), kurang lebih seperti itu kejadiannya….