Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Layoffs
30 Mei 2020 16:49 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Fajar Widi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bagi bisnis, ini adalah masa yang cukup sulit. Pemimpin perusahaan harus ekstra hati-hati untuk melewati masa pandemi ini. Dalam bisnis naik turun itu biasa. Saat bisnis turun, yang kita pikirkan adalah cara mantulnya, bukan hanya mempertahankan profit dan menjaga cash flow.
ADVERTISEMENT
Paling tidak begitu kata Bosman Mardigu Wowiek dalam channel Youtubenya belakangan ini. Tapi kita tidak sedang membahas Bosman. Melainkan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) alias layoffs!
Pembahasan masalah pengurangan tenaga kerja, cost efficiency memang lagi naik di circle saya. Sebagai pebisnis kita harus benar-benar bijak dalam mengambil sebuah keputusan tidak peduli kita berada di level startup ataupun perusahaan skala global.
Nah, ngomongin masalah layoff saya ada cerita menarik soal perusahaan bernama Nokia. Anda pasti tahu dong. Produsen hape legend yang sekarang sudah tutup usia --dan lagi bangkit kembali, namun apes terhadang pandemic Covid-19.
Belajar dari Nokia
Kisah ini saya dapatkan saat menjadi wartawan teknologi dulu. Ceritanya pada tahun 2008 para senior managers Nokia tengah merayakan peningkatan profit tahunan mereka yang mencapai 67%. Saat itu Nokia masih dihantui pemain kelas low-end dari Asia lainnya, yang nantinya memaksa perusahaan bermarkas di Finlandia tersebut untuk menurunkan harga produk mereka.
ADVERTISEMENT
Juha Akras sebagai Sr VP Human Resources pada waktu itu membuat keputusan sulit dengan melakukan layoff kepada 2,300 karyawan mereka di Jerman.
Imbas dari keputusan tersebut sangat kacau. Karyawan banyak yang melakukan aksi protes menuntut hak mereka dipenuhi. Aksi pun menyebar. Seminggu setelah keputusan tersebut sebanyak 15,000 orang melakukan aksi demonstrasi, yang memaksa pemerintah Jerman menuntut Nokia atas pemutusan hubungan kerja tersebut.
Tak hanya itu, warga Jerman pun mulai melakukan boikot terhadap produk-produk Nokia. Tentu saja kerugian bisnis jadi lebih besar lagi karena peristiwa ini.
Dalam kurun 2008 ke 2010 Nokia telah kehilangan angka penjualan sebanyak 700 Juta Euro, serta profit loss 100 Juta Euro.
Penderitaan belum berakhir.
Memasuki 2011, Nokia dihajar bertubi-tubi oleh kompetitor yang mulai naik. Sebuah keputusan dari manajemen diambil. Restrukturisasi pun dilakukan dengan cara me layoff -lagi- 18,000 karyawan di 13 negara dalam kurun dua tahun. Hasilnya bisa ditebak ke mana Nokia sekarang?
ADVERTISEMENT
Apakah Layoff Efektif?
Menurut saya layoff perusahaan pasti bakal terjadi. Ini hanya masalah waktu. Perlu diketahui dalam bisnis ini adalah hal yang biasa untuk mengurangi beban operational perusahaan. Sebelumnya saya pernah bekerja di dua perusahaan raksasa retail dan telco. Saya pernah melalui kasus-kasus bisnis tersebut -dengan selamat.
Yang jadi pertanyaan adalah cara layoffnya. Ada yang kasar ada yang halus. Cara yang dilakukan Nokia cukup singkat dan 'kasar' kepada karyawan. Mengapa saya sebut kasar? Jelas saja. Karena yang terjadi adalah sebuah aksi yang diikuti demo besar apalagi sampai pemerintah harus turun tangan.
Berdasar data dari harvard business review, yang dikutip dari Bureau Of labor Statistic USA melaporkan 880,000 - 1,500,000 karyawan telah di-layoff selama tahun 2000 hingga 2008 dan dari 2010 ke 2013.
ADVERTISEMENT
Ini semua bukan alasan. Pasalnya selama 2009 terjadi sebuah resesi hebat di negeri Paman Sam tersebut. Ada 2,1 Juta tenaga kerja yang di layoff. Itu baru Amerika.
Berdasar data lain dari ILO (International Labour Organization) masih ada 34 Juta pekerja yang di layoff dari 2007 hingga 2010.
Sebuah data lain yang saya kutip dari HBR, diambil dari Deepak Data University of Texas mengatakan layoff menimbulkan negative effect pada pasar saham pada hari ketika pengumuman diberitakan media.
Yang unik, dari 20 studi pada laporan tersebut mengatakan setelah pengumuman layoff, biasanya sebuah perusahaan mengalami penurunan profitability dalam kurun tiga tahun ke depan.
Jadi buat teman-teman yang penasaran sebuah perusahaan itu bakal melakukan layoff atau tidak, pelajari saja laporan keuangannya.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya ada sebuah langkah yang bisa digunakan agar perusahaan dan bisnis tetap bisa selamat saat melewati bumpy road ini.
...bersambung (part 2)