Konten dari Pengguna

KRL Dirasa Perlu Penambahan Gerbong Khusus Perempuan

3 November 2017 8:44 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fajri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Stasiun pasar minggu pada Jumat pukul 06.30 WIB (3/11) terlihat belum begitu ramai. Antrean tiket KRL yang biasanya memanjang sampai mendekati pintu masuk, kali ini belum nampak.
ADVERTISEMENT
"Kereta tujuan Jakartakota sebentar lagi tiba" Informasi dari petugas stasiun langsung direspon para penumpang dengan berlari menuju ke depan pintu KRL.
Berbanding terbalik dengan suasana loket di Stasiun Pasar Minggu yang masih sepi. Pantauan Kumparan (Kumparan.com) didalam stasiun menyaksikan KRL yang sudah penuh sesak oleh penumpang baik laki-laki maupun perempuan.
Seperti yang sudah diketahui, bahwa KRL sebenarnya sudah menyediakan tempat khusus bagi penumpang perempuan yang berada di gerbong depan dan belakang. Namun, di gerbong umum jumlah perempuan juga tidak kalah banyak dengan jumlah penumpang laki-laki. Penumpang perempuan harus rela berdesak-desakan dengan laki-laki.
"Sudah kebiasaan mas naik KRL, jadi nyaman." Kata seorang perempuan yang tidak mau disebutkan namanya. Setelah memberikan penjelasan, beliau langsung berjalan cepat karena takut terlambat masuk kantor.
ADVERTISEMENT
Senada dengan perempuan tersebut. Ibu Putri, seorang penumpang KRL tujuan Stasiun Cikini mengatakan,
"Nyaman saja sih mas naik KRL meskipun berdiri, tetapi lebih nyaman lagi bisa duduk," Ujar beliau.
Menanggapi harus berdesak-desakan dengan laki-laki, perempuan 30 tahun tersebut tidak begitu merisaukannya.
"Tidak masalah mas. Di gerbong perempuan biasanya juga lebih sesak. Saya jarang juga dapat tempat duduk. Tetapi kalau di gerbong umum biasanya lebih toleran, saya biasa dapat tempat duduk meskipun lebih sering berdiri karena mengalah dengan yang lain." Lanjutnya.
Di tengah Jakarta yang sering macet, KRL menjadi sarana transportasi yang menawarkan solusi. Selain biayanya yang murah, jarak yang ditempuh juga menjadi tidak terlalu lama. Namun, melihat banyaknya penumpang perempuan menimbulkan sebuah permasalahan baru. Tidak semua perempuan merasa nyaman jika harus berdesak-desakan dengan laki-laki.
ADVERTISEMENT
"Kaki pegal mas rasanya, kadang ada penumpang yang tidak tahu diri. Sudah tahu kereta penuh sesak masih saja naik, tidak mau menunggu kereta berikutnya," Keluh Ibu Yuni, penumpang KRL dari Bojong menuju Cikini.
"Mengapa Ibu tidak memilih gerbong perempuan?"
"Pengennya gitu mas, tapi selalu penuh mas kalau tidak berangkat dari stasiun awal. Saya sebenarnya ingin ada gerbong tambahan lagi yang khusus perempuan." Lanjut Ibu dari tiga anak tersebut.
Melihat begitu banyaknya jumlah penumpang yang menggunakan KRL, sepertinya keinginan penambahan gerbong khusus perempuan menjadi sesuatu yang realistis. Mengingat penumpang perempuan bukan hanya anak muda. Tetapi dari semua usia, mulai anak kecil sampai yang berusia senja. Belum lagi perempuan hamil yang memilih untuk tetap menggunakan transportasi KRL.
ADVERTISEMENT
Menarik memang untuk menindaklanjuti fenomena tersebut kepada pemegang kebijakan.