Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Terima Kasih Trafique Coffee, Makanannya Enak
7 November 2017 22:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Fajri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pagi ini sepertinya aku salah playlist. Alarm yang biasanya ku setting lagunya Via Vallen, kali ini yang terdengar malah Jikustik. Kalau Jikustik yang Selamat Malam Dunia mungkin nggak masalah, lah ini Bahagia Melihatmu Dengannya. Sepertinya semalam aku sangat ngantuk sehingga tidak fokus baik-baik persoalan alarm ini.
ADVERTISEMENT
Sayup-sayup terpaksa kudengarkan lantunan Bahagia Melihatmu Dengannya, aku tidak bisa langsung bangun. Aku langsung terbayang nyata wajahmu di depan mata, hai kresek Ind*maret. Mataku mulai benar-benar terbuka saat ada panggilan masuk.
"nguuuuk, nguuuuk, nguuuuuk," dering hapeku di atas kasur.
Kulihat baik-baik, ternyata dari Pak Petrusz, UPTD Kecamatan Pulau Masela.
"ada apa ini UPTD pagi-pagi telepon, kangen kah apa e," batinku.
Belum sempat aku mengangkat, dering hapeku sudah mati. Ternyata beliau sudah menelepon lebih dari satu kali. Sempat terpikir untuk telepon balik, namun kuurungkan. Setidaknya melalui tulisan ini aku ingin minta maaf dan berterima kasih kepada UPTD yang pagi ini sudah membangunkanku.
Aku memilih untuk segera mandi. Mengingat hari ini aku mendapat tugas ke Trafique Coffee. Aku ingin berangkat lebih awal sebelum tempatnya rame. Kalau sudah rame, pasti penjaganya pada sibuk sehingga memungkinkan sulit untuk diajak wawancara.
ADVERTISEMENT
Selama perjalanan aku terbayang isi dompetku. Aku langsung komat-kamit,
"Tuhan, semoga makanannya gratis, semoga makanannya gratis,"
Keinginanku mendapat gratisan semakin menguat saat aku melihat tagihan ojek online yang aku tumpangi. Pada saat memesan, di ponselku terlihat hanya Rp 8.500. Tetapi di driver tertera tagihan sebesar Rp 22.000. Aku sempat kaget sebelum mengetahui kalau itu adalah akumulasi karene pada hari sebelumnya aku menggunakan menu cancel pada aplikasi.
Aku sampai di lokasi liputan satu jam setelah Trafique Coffee buka. Saat melihat tempatnya dari luar, dari dalam hati aku semakin khusyuk berkomat-kamit,
"Tuhan, semoga makanannya gratis, semoga makanannya gratis,"
Akhirnya masuklah aku dengan memasang muka tanpa dosa. Menggunakan setelan celana jeans hitam dan kemeja lengan pendek dengan percaya diri aku mengenalkan kalau dari Kumparan (Kumparan.com). Alhamdulillah kali ini aku tidak ditanya Kumparan itu apa yah mas? Karena mereka sudah tahu.
ADVERTISEMENT
Aku pun langsung saja bertanya-tanya dengan Barista yang mendapatkan wewenang wawancara. Belum lama berhaha-hihi, Barista lain menawarkan,
"Mas, mau minum kopi atau apa?"
"Waduh nggak usah mas, enggak apa-apa," ucapku seraya berharap tetap dibuatkan.
"Yaudah mas tak bikinin, mau panas atau dingin?"
"Waduh mau nggak pesan kok nggak enak, kalau pesan kok kantong tipis," batinku.
Aku pun menjawab dengan nada berat,
"Yaudah, kalau gitu kopi hangat aja mas,"
Beberapa saat kemudian kopi sudah jadi. Tidak lama setelah wawancara, Barista tersebut membawa makanan ke tempatku. Aku tidak tahu makanan ini namanya apa. Aku hanya berpikir ini pasti mahal.
"Ahh tak nikmatin dulu lah, urusan bayar nanti belakangan," pikirku.
ADVERTISEMENT
Aku menikmati makanan sambil menulis berita. Makanannta beneran enak. Sejenak, disela menulis aku memandang kopi dan makanan di depanku. Aku baru sadar kalau meja yang kutempati harusnya untuk berdua. Ada satu kursi kosong yang berhadapan denganku. Harusnya kamu yang duduk disitu, hai kresek ind*maret.
Setelah berita selesai kuposting, aku langsung memeriksa isi dalam dompetku. Sudah enggak ada fotomu, adanya selembar berwarna merah. Dengan perasaan was-was aku mendekat ke Barista,
"Mas, berapa tadi?"
"Halah mas enggak usah, gratis,"
"Beneran ini mas?" tanyaku penuh harap.
"Waduh jadi enak ini mas, eh jadi nggak enak maksudnya, hehehee," jawabku.
Aku langsung berpamitan dengan Barista Trafique Coffee. Sebelum balik, aku menyempatkan diri untuk membasuh muka di kamar mandi. Sambil membasuh muka aku berucap dalam hati tanpa menengadahkan tangan ke atas,
ADVERTISEMENT
"Terima kasih ya Tuhan, nikmatmu sungguh luar biasa,"
Rasa-rasanya setelah sadar kalau makanan tadi gratis, aku seperti terharuh sampai pengen nanges nganti metu eluh getih putih, saaaayaaaaaang opo kowe krunguuu jerite atikuuu mengharap engkau kembali, sayang nganti memutih rambutku ra bakal luntur tresnoku ~~.
Aku pun keluar Trafique Coffee dengan senyum bahagia. Sebahagia saat aku melihatmu dengannya.