Konten dari Pengguna

Gerbong Para Pejuang Itu Sudah Sampai Tujuan: Sang Khalik!

Fakhri Adzhar
Writer @pesantrendaqu
30 Juni 2021 15:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fakhri Adzhar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto: dokumen istimewa
zoom-in-whitePerbesar
foto: dokumen istimewa
ADVERTISEMENT
Berkah punya ayah seorang pejuang agama memang tidak ada habisnya. Bersyukur pada Allah 'Azza Wa Jalla kami lahir dari sepasang suami istri yang istiqomah pada jalan-Nya. Benar kata Ustaz Yusuf Mansur, kalau kita fokus pada jalan Allah, dunia mah ngikutin
ADVERTISEMENT
Hampir satu tahun ayah kami pergi meninggalkan kami. 2 Desember 2020. Bertepatan dengan 4 tahun peristiwa bersejarah bagi umat muslim di negeri ini. Jumatan kubro di sekeliling Monas jadi saksi persatuan muslim di Indonesia. Terlepas dari kontroversi yang ada, momen itu selalu dikenang sebagai harinya umat muslim. 
Ayah kami tentu tak ingin ketinggalan momen itu. Ia juga yang menyusun buku memoar peristiwa tersebut, yang akhirnya dilarang terbit oleh oligarki kekuasaan. Sedikit cerita tersebut yang turut menandai perjuangan ayah kami sejak dulu hingga Sang Khalik memanggilnya.
Ayah kami seolah berada dalam rombongan pejuang agama yang dipanggil Allah SWT. Sebelumnya, para tokoh ulama negeri juga dipanggil Sang Khalik. Sebut saja salah satu Trimurti Pesantren Darussalam atau yang lebih dikenal dengan Gontor, KH Abdullah Syukri Zarkasyi. 
ADVERTISEMENT
Setelah kepulangan ayah kami, rombongan lain menyusul, sebut saja Syaikh Ali Jaber. Ulama asal Madinah yang tidak ada satu pun hatersnya di negeri ini.
Ulama yang dipandang kontroversial bagi masyarakat namun istiqomah dengan jalan juangnya juga tak ketinggalan. Di antaranya Ustaz Tengku Zulkarnain dan Ustaz Maaher At-Thuwailibi. “Rumah Singgah” terakhir mereka pun bersandingan di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an milik Ustaz Yusuf Mansur. 
Baru-baru ini, salah satu guru dan teman perjuangan ayah kami pun menyusul muridnya itu menghadap sang pencipta. Beliau adalah KH Mohammad Siddik, ketua umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) periode 2015-2020. Beliau pula yang mengajak ayah kami untuk bergabung dengan kendaraan dakwahnya itu, hingga ajal menjemput keduanya. 
ADVERTISEMENT
Mereka semua juga dalam satu gerbong dengan para pejuang dakwah lain yang habis “masa tugas” nya di dunia. Apa yang Allah SWT takdirkan untuk mereka? Kita tak pernah tahu. Yang pasti, Insya Allah, kasih sayang Allah dan rasa kangennya pada para kekasihnya itu membuat para “singa padang pasir modern” itu harus menemui Tuhannya. 
Mungkin Allah juga tak ingin mereka berlarut dalam pandemi yang mengerikan ini. Penanganan yang berlaut-larut ini juga menyengsarakan rakyat. Jelas sekali peringatan dari Allah ini bukan untuk mereka, para kekasih-Nya. 
Kepergian ayah kami mengajarkan kami, para keturunannya, untuk terus istiqomah dalam jalan dakwah ini. Beliau wafat dalam perjalanan dakwah. Kami selalu bangga ketika menceritakan musabab beliau wafat. Karena ayah kami sedang berada dalam perjalanan safari dakwah ke berbagai pelosok negeri.
ADVERTISEMENT
Saat seseorang wafat dalam perjalanan kerja yang halal saja, Insya Allah, mendapat pahala syahid. Lalu, bagaimana ketika perjalanan untuk menafkahi keluarga dari jalan yang halal itu juga berada dalam posisi memperjuangkan agama-Nya? Allahu Akbar! 
Ya Rabb, berikanlah tempat terbaik di sisi-Mu untuk para pejuang itu, juga ayah kami. Serta lindungilah para ulama yang senantiasa menyerukan agamamu.